Dokter Cantik Milik Ceo

Dokter Cantik Milik Ceo
Episode 133


__ADS_3

"Assalamualaikum Ma," ucap Veli tersenyum pada Laras yang duduk di sofa bersama dengan Baskara.


"Walaikum salam," jawab Laras.


Veli melangkah mencium punggung tangan Laras, setelah itu ia langsung memeluk Satria. Karena ia terbiasa bertingkah manja pada sang Papa.


"Assalamualaikum," ucap Aran yang juga melangkah masuk.


"Walaikum salam," jawab Laras lagi.


Aran mencium punggung tanggan Laras dan Satria, lalu ke empatnya duduk di sofa.


"Pa, maafin Veli ya. Papa udah gggak marah lagi kan sama Veli?" tanya Veli pada Satria yang masih ia peluk.


Satria menatap Laras kemudian menatap Aran, Aran hanya diam menunduk mendapat tatapan dari Satria. Sementara Veli bingung dengan Baskara yang hanya diam menatap wajah yang lainnya.


"Papa kenapa? Papa masih marah sama Veli?" tanya Veli lagi dengan berhati-hati karena ia sangat takut sang Papa belum memaafkannya.


"Memangnya Papa marah sama kamu?" tanya Satria sambil menangkup wajah Veli, putri kesayangannya yang terus ia anggap anak kecil walau pun sudah menikah.


"Loh....." Veli malah di buat bingung, "Papa emang nggak marah sama Veli?" tanya Veli yang masih saja penasaran.


"Memangnya kenapa Papa harus marah?" Satria bukan menjawab pertanyaan Veli, yang ada justru ia memberi pertanyaan pada sang putri yang di landa kebingungan.


"Kan kemarin itu Veli buat Papa kecewa, karena sampek harus terpaksa nikah, terus Papa marah," otak Veli kini malah di penuhi pertanyaan sebab Satria dan Laras saling melempar senyuman.


"Siapa bilang Papa marah, awalnya memang Papa marah, tapi....." Satriaa sejenak menjeda ucapannya lalu menatap Aran, "Tapi Papi dan Mami mertu mu itu sudah mengatakan semuanya, tentang kalian yang selalu ribut. Jadi mereka berani jamin kalau kalian tak pernah melakukan dosa, sebelum kalian menikah," jawab Baskara.


"Terus kenapa Papa tetep maksa Veli buat nikah sana Mas Aran!" Veli kini kesal mendengar jawaban Satria, yang ternyata sudah di jelaskan Ratih mengenai hubungannya dengan Aran. Dan Veli berpikir artinya ia tidak di fitnah sama sekali oleh Aran di hadapan keluargannya.


"Kalau pertanyaan yang itu, kamu tanya saja sama suami mu," kata Satria menatap Aran yang kini membuang pandangannya ke lain arah.


Veli juga ikut menatap Aran, ia benar-benar bingung dengan semua yang terjadi. Aran yang menyadari tatapan Veli malah berdiri.


"Ma, Aran ke kamar dulu ya...." pamit Aran.

__ADS_1


"Iya Nak," kata Laras yang tersenyum pada Aran, ia tau Aran kini tengah menghindari Veli.


Aran dengan langkah yang cepat berjalan menuju kamar Veli, ia ingin menghindari pertanyaan Veli. Dan kalau pun ia menjawab semua pertanyaan itu tak mungkin di hadapan kedua mertuanya di sana, bagaimana pun ia adalah seorang yang sangat di segani Baskara saat sebelum menikah dulu, karena Brian adalah pemilik saham terbanyak di perusahaan Baskara.


"Pa, Veli nyusul Mas Aran ya," pamit Veli.


"Iya," jawab Satria.


Veli berdiri dan setengah berlari menyusul Aran, "Mas tunggu!" ucap Veli dengan suara cukup kencang.


Laras dan Satria hanya geleng-geleng melihat putri manjanya, yang selalu membuat rumah mereka menjadi ramai.


"Mas tunggu....." ucap Veli lagi.


Aran yang berbalik dan melihat mertuanya sudah tidak terlihat, langsung berlari masuk kedalam kamar.


"Mas....tunggu!" kata Veli ia juga ikut berlari dan langsung membuka pintu kamar, namun ia tak melihat Aran di dalam kamar itu. Dengan langkah yang pelan dan mengendap-endap Veli mulai menuju kamar mandi, ia yakin Aran bersembunyi di sana. Lama Veli menunggu hingga ia membuka pintu namun Aran tak ada di sana.


"Mas...." kata Veli yang masih memanggil Aran, lalu ia berbalik ternyata Aran berdiri di belakang pintu kamar mandi, "Mas nggapain?" tanya Veli dengan kesal.


"Ish....." Veli menghempaskan tangan Aran, "Mas jangan gila dong," Veli sangat kesal pada Aran, mana mungkin Aran buang air tapi ia yang pegang.


"Yaudah sana keluar," tutur Aran sambil menarik Veli keluar dari kamar mandi.


"Mas, Veli tunggu di luar. Dan Veli butuh penjelasan mengenai ucapa Papa tadi," kata Veli yang setengah berteriak, bukan tanpa alasan Veli berteriak tapi karena Aran sudah menutup pintu kamar mandi dan ia ingin Aran mendengarnya.


Sementara Aran kini marah mondar-mandir tak jelas di dalam sana, memikirkan jawaban setiap pertanyaan Veli mengenai pernikahan mereka. Andai saja Satria tak menjawab sedemikian tadi ia pasti tak sepusing ini.


TOK....TOK....TOK....


"Mas."


TOK....TOK....TOK....


"Mas."

__ADS_1


Terdengar suara Veli yang terus memanggil Aran dari luar, sementara Aran masih pusing memikirkan jawaban.


CLEK.


Aran membuka pintu dan keluar dari kamar mandi.


"Apa? Kamu mau apa?" tanya Aran tetap santai.


"Mas, dari tadi ya.....Veli udah nunggu Mas disini karena nggak sabar......" ucapan Veli terpotong karena Aran dengan cepat mendorongnya ke ranjang.


"Yaudah.....kalau nggak sabar sekarang aja," tutur Aran mulai menindih tubuh Veli.


"Mas!" Veli meronta-ronta minta di lepaskan, namun semakin Veli banyak bergerak semakin menyentuh sesuatu miliknya yang seketika mengeras.


Sial bukannya cuman mau gertak doang.Tapi malah keras beneran.


"Diam, tadi katanya udah nggak sabar," Aran masih mengungkung Veli.


"Mas....." mata Veli berkaca-kaca dengan cepat Aran bangun karena ia tak mau kembali menjadi pemaksa seperti sebelumnya, karena ia sangat takut bila Veli kembali meminta berpisah.


"Maaf," tutur Aran menyadari kesalahannya, dengan perasaan cemas Aran menata Veli yang sudah duduk di sisi ranjang.


"Mas, jelasin," tutur Veli.


Aran berpikir Veli akan membahas tentang perlakuannya barusan, namun ternyata tidak. Yang ada justru Veli kembali membahas tentang ucapan Baskara barusan.


"Mas, jawab. Kenapa Mas maksa buat tetap nikah sama Veli padahal Papi sama Mami udah jelasin ke Papa kalau mereka yakin kita tidak ada apa-apa, Veli sampek bersujut memohon sama Mama dan Papa loh Mas. Buat nggak nikah sama Mas, terus kenapa Mas tetap maksa Veli buat nikah sama Mas. Apa hanya karena Mas mau buat Veli tersiksa, Veli mau cerita semuanya ke Papa," Veli berbalik dan hendak melangkah keluar dari kamarnya, namun dengan cepat Aran menutup pintu kamar. Mencegah Veli keluar.


"Veli, kamu jangan cerita ke Papa dong. Papa bisa bunuh Mas," tutur Aran dengan menatap wajah Veli.


"Bodo...." Veli berusaha membuka pintu tapi lagi-lagi Aran menghalanginya.


"Veli, Mas nggak mau ya pisah sama kamu," kta Aran dengan dengan reflek.


"Kenapa?" tanya Veli menatap Aran, "Sekalian jelasin kenapa kita bisa tetap nikah, padahal semua tau dan yakin kita nggak ngapa-ngapain? Apa yang Mas lakuin sampek Papa maksa Veli buat nikah sama Mas!"

__ADS_1


__ADS_2