
__ADS_3
"Mi," Veli menggerak kan tangannya ke kanan dan kekiri di depan wajah Ratih, sebab setelah ia mendeguk kopi tersebut mendadak menjadi patung.
"Eh....iya Nak?" tanya Ratih bingung.
"Mami kenapa? Gimana Mi kopinya, tadi Anggia bilang gulanya dua sendok terus kopinya satu sendok. Anggia, cuman bilang begitu aja terus Dia di panggil sama tuan Bilmar tadi sebelum sempat liatin Veli meracik kopi ini. Eh....ternyata kopi buatan Veli enak, banyak yang muji juga, tanpa di ajari siapa pun," jelas Veli membanggakan diri di hadapan semua keluarga.
"Kamu mau coba?" tanya Ratih sambil memberikan cangkir di tangannya pada Veli.
"Nggak ah....Mi, Veli udah kenyang," ucap Veli menolak lagi pula ia tak terlalu menyukai kopi.
"Sedikit saja, agar kamu semakin pintar dalam menyehdukan kopi untuk suami," ucap Ratih sambil tangannya kembali memberika kepada Veli secangkir kopi.
"Ok.....Veli coba ya Mi," tangan Veli terulur mengambil cangkir yang di berikan Rath dan mulai mendeguknya.
HUEKKK......
Veli langsung memuntahkan kopi yang ia cicipi, setelah itu ia langsung menatap wajah Aran dengan rasa malu. Aran tersenyum padanya, kemudian Veli menatap wajah Ratih kembali.
"Mi, kopinya kok rasanya aneh begini?" tanya Veli dengan wajah cemberut.
"Itu karena terlalu banyak garam sayang, besok-besok pakai gula jangan garam ya," seloroh Ratih tersenyum lembut pada Veli.
"Maaf ya Mi," tutur Veli menunduk.
"Nggak papa, kamu hebat loh....kamu nggak bisa buat kopi tapi kamu mau belajar. Kalau pun kamu tidak berhasil tapi kamu udah nyoba, kamu hebat. Hanya sedikit perlu belajar ya Nak. Belajar terus pantang menyerah," tutur Ratih menyemangati Veli karena ia menghargai hasil kerja keras Veli.
"Terus kenapa nggak ada yang ngomong?" tanya Veli dengan wajah menunduk karena malu.
"Karena, kami semua menghargai kemauan kamu. Jadi walau pun salah gula tertukar garam rasanya tetap saja sama," jawab Rianda yang juga ikut menimpali.
"Sama Pi?" tanya Veli bingung.
"Ya....kami semua sama-sama bahagia," ucap Rianda.
"Ish....Papi mah ngejek," kesal Veli.
Rianda terkekeh karena Veli kesal padanya, "Semangat dong," tutur Rianda lagi.
__ADS_1
"Iya Pi, sekali lagi maaf ya Pi. Semuanya Veli pamit ya," Veli menunduk dan pergi meninggalkan meja makan dengan merasa malu.
"Veli mau kemana Nak?" tanya Ratih.
"Ke kamar Mi," jawab Veli dengan wajah murungnya, lalu melangkah pergi.
"Veli tunggu," kata Anggia yang berniat menyusul Veli.
"Anggi, biar saya saja," kata Aran pada Anggia, hingga Anggia mengangguk dan kembali mendudukan tubuhnya. Namun sebelum Aran bangun Bilmar yang duduk bersebelahan dengan Aran bebisik di teliga Aran.
"Abis buka bersama, buka berdua ya bro," tutur Bilmar, keduanya saling lempar senyuman hingga membuat yang lain bingung.
Aran mengacukan jempol pada Bilmar, lalu ia pergi menyusul Veli ke kamar.
"Veli," Aran membuka pintu dan masuk, matanya menyapu seluruh ruangan kamar namun Veli tak terlihat di sana, hingga akhirnya pintu kamar mandi terbuka dan terlihat Veli keluar dari sana.
Veli malah murung saat melihat wajah Aran, rasanya ia sangat malu dengan apa yang barusan terjadi.
"Maaf ya Mas, nanti Veli bakalan belajar yang rajin biar pintar buat kopi," ucap Veli dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ya....udah, nggak usah sedih juga," ucap Aran mendekati Veli dan menghapus setetes air mata Veli yang meluncur, "Kok nangis?" tanya Aran bingung.
"Ya....kan masih bisa belajar dan nggak perlu nangis," ucap Aran lagi.
"Iya....hiks....hiks...."Veli dengan cepat memeluk Aran, "Tapi tetep aja Veli malu," tutur Veli yang masih memeluk Aran.
"Kopinya enak cuman gula jangan di ganti garam, kan rasanya jadi nano-nano," seloroh Aran sambil terkekeh.
"Mas....hiks....hiks," Veli semakin menangis mendengar godaan dari Aran.
"Cupp...cupp....cupp....uluh, uluh dedek Khumaira nangis, mau di kasih balon?" tanya Aran dengan menarik gemas pipi Veli.
"Sakit Mas," Veli melepaskan tangan Aran dan mengelus pipinya.
Aran menatap wajah Veli dengan lekat, namun tatapannya berbeda dari sebelumnya. Apa lagi tatapan Aran lambat laun berfokus pada bibir merah merekah Veli, tak lama berselang Aran mulai memegang tengkuk Veli.
"Mmmfffpp," Veli tersentak saat merasakan ciuman mendadak, hingga tak lama berselang Aran melepasnya sebab Veli yang mendapat serangan mendadak shock hingga menahan nafas.
__ADS_1
"Khumaira bernafas, kalau tidak kau bisa mati," tutur Aran dengan nafas yang memburu karena berkabut gairah.
Veli menggangguk merutuki kebodohannya, "Makanya kalau mau cium Veli kasih aba-aba dong Mas," kata Veli pada Aran.
Aran tak perduli dengan ucapan Veli, ia kembali memegang tengkuk Veli dan melanjutkan apa yang barusan terhenti.
CLEK.
Pintu terbuka dan Anggia di sana.
"Vel...." ucapan Anggia terpotong karena melihat pemandangan dua orang manusia yang sedang saling menikmati pagutan itu, "Maaf," Anggia langsung menutup pintu kembali. Berulang kali ia mengetuk kepalanya, lalu memegangi dadanya karena napasnya yang memburu.
Sementara Veli dengan cepat menjauhi Aran, ia mengambil tisu dan membersihkan bibirnya.
"Veli," Aran menarik lengan Veli saat hendak memegang gagang pintu, "Biarkan saja, dia sudah terlebih dahulu merasakannya jugakan," ucap Aran sambil menyandarkan Veli di daun pintu.
"Mas," Veli mendorong Aran agar menjauh darinya, "Ada Anggia malu....." ucap Veli lalu ia dengan cepat membuka pintu meninggalkan Aran dengan wajah kesalnya.
"Sial, bini si Bilmar. Awas entar lakinya yang gw hajar," kesal Aran sambil memukuli udara karena kesal.
Sementara Veli yang melihat Anggia merasa tidak enak.
"Veli maaf ya, aku lupa kalau kamu udah nikah," tutur Anggia dengan rasa malu.
"Maaf ya Ngi," Veli juga merasa sangat malu karena Anggia melihat apa yang ia lakukan bersama Aran.
"Besok-besok pintunya di kunci ya Vel," ucap Anggia dengan konyolnya, "Untung aku cuman lihat yang pas itunya, coba kalau aku lihat yang part....." Anggia menaik turunkan kedua alis matanya tersenyum pada Veli, sebab Anggia yakin Veli tau maksud ucapannya.
"Anggia!" kesal Veli.
"Ingat Vel, cara mengurangi rasa sakit saat malam pertama adalah melakukan foreplay, supaya cairan lubrikasi lebih banyak, jangan lupa teori, apa perlu aku jelasin semendetil mungkin," seloroh Anggia.
"Sialan lu," Veli menepuk pundak Anggia dengan tangannya.
"Au, sakit tau Vel," Anggia mengelus pundaknya dan berpura-pura kesakitan, "Gw cuman ingatin, mana tau lu lupa teori karena udah termakan sama kenikmatan yang di kasih Aran," tutur Anggia lagi sambil terkekeh.
***
__ADS_1
Jangan lupa VOTE. MAkasih.
__ADS_2