
__ADS_3
"Anggia," Veli masuk ke kamar Anggia tapi ia melihat tidak ada siapapun di sana.
"Anggia udah pergi Nak," kata Ratih yang tiba-tiba sudah berada di belakan Veli.
"Eh Mama," Veli sedikit kaget karena kehadiran Ratih yang tiba-tiba, "Anggia udah duluan berangkat Mi?" tanya Veli dengan kesal.
"Iya, sama Bilmar," jawab Ratih lagi.
"Ya udah Mi, Veli berangkat sendiri saja," jawab Veli sambil mencium punggung tangan Ratih.
"Veli tunggu, kamu berangkat naik apa?" tanya Ratih sebab ia tau mobil Veli masih di bengkel.
"Naik taxi Mi," jawab Veli.
"Kamu berangkat sama Aran saja."
"Tapi Mi," Veli sangat benci pada Aran lalu apa mungkin ia harus pergi dengan Aran.
"Ayo," Ratih menarik tangan Veli menuju kamar Aran yang ada di lantai satu.
TOK TOK TOK.
Ratih mengetuk pintu kamar Aran.
"Mami," Aran yang sudah siap dengan pakaian kerjanya membuka pintu.
"Aduh-aduh anak Mami calon Ceo udah rapi banget," kata Ratih sambil tangannya menarik gemas pipi Aran, Aran sudah terbiasa akan hal itu sebab Aran sudah dari usia 4 tahun di rawat oleh Ratih karena kedua orang tua Aran sudah meninggal. Bahkan nama Aran juga memakai nama belakang Rianda.
"Iya dong Mi, Papi kan hari ini mau meresmikan jabatan Aran jadi Ceo," Aran tersenyum bangga pada Ratih.
"Iya anak Mami udah besar banget ya," Ratih juga sangat bangga sekali, Aran akan segera menerima warisan dari alm sang Ayah yang sudah meninggal dunia. Karena Aran kini sudah tumbuh dewasa.
"Mi," Aran melihat musuhnya ada di bekang Ratih, "Ini cewek gesrek ngapain Mami bawa kesini," Aran menunjukan rasa bencinya pada Veli.
"Heh," Veli kesal sekali dengan Aran yang selalu menghinanya, "Ngomong jangan kurang ajar!" tutur Veli.
"Sudah-sudah," Ratih merentangkan tangan sebab Veli hampir memberi bogem pada Aran, "Kalau kalian bertengkar terus, Mami kurung kalian berdua di dalam kamar ini ya," kata Ratih menunjuk kamar Aran.
Aran dan Veli mendeguk saliva karena takut dengan ancaman Ratih.
"Enggak ah Mi najis," kata Aran.
"Emang lu pikir gue sudi, najis tau nggak," Veli juga tidak mau kalah.
"Masuk!" Ratih menunjuk kamar Aran yang artinya meminta keduanya masuk.
"Jangan ya Mi, Aran hari ini harus cepat ke kantor," kata Aran.
__ADS_1
"Mi, Veli juga ada jadwal oprasi pagi ini," bohong Veli dari pada di kurung oleh Ratih bersama Aran.
"Kalau begitu damai!" bentak Ratih.
"Iya Mi," jawab keduanya bersamaan.
"Cie kompak nie," Ratih menggoda keduanya. Aran dan Veli diam dari pada bertengkar lagi lalu di kurung keduanya sangat merinding sekali.
"Mi, Aran berangkat ya," Aran mencium punggung tangan Ratih dan berniat melangkah pergi, tapi dengan cepat Ratih memegang tangan Aran, membuat Aran urung melangkah.
"Aran, Veli bareng kamu ya?" tutur Ratih.
"Nggak ah Mi," tolak Aran.
"Aran kalau kamu sayang sama Mami pagi ini jangan buat darah tinggi Mami naik," kata Ratih, Aran tau Ratih dengan penyakit darah tingginya. Dengan berat hati Aran mengangguk dari pada terjadi sesuatu pada Ratih.
"Ya udah," jawab Aran dengan terpaksa.
"Veli ayo berangkat sama Aran," Ratih mendorong tubuh Veli untuk masuk kedalam mobil.
"Tapi Mi," Veli masih ragu dengan permintaan Ratih.
"Cepat!" Ratih membuka pintu mobil Aran, mau tidak mau Veli terpaksa masuk kedalam mobil.
Veli dan Aran kini sudah duduk bersebelahan Aran pun sudah melajukan mobilnya.
"Pede amat," kesal Aran.
"Ngapain intip-intip gue dari kaca spion!" tutur Veli.
"Ya ampun badan seperi tikus kecil, tapi mulut kamu kayak singa ya," kata Aran tidak mau kalah.
"Lu ngatain gue tikus kecil? Badan gue sebesar gini juga!" Veli melepas jas putih yang tadi sudah ia pakai dan menunjukan ototnya pada Aran.
"Ahahaha," Aran tertawa dengan kelakuan dokter gesrek di sampingnya.
"Apaan ketawa segala," gerutu Veli, niat hati mengertak Aran malah Aran menertawainya.
"Kamu nggak usah sok galak, badan aja kurus kering nggak ada bahenolnya sedikit pun apaan, kamu cowok bukan cewek," ejek Aran sambil terus fokus mengemudi.
"Kurang ajar, aku tu sexy tau!" teriak Veli.
"Sexy sibuk, Ahahahahaa," Aran semakin menertawai Veli dengan wajah kesalnya.
"Ish, dasar cowok gila," kesal Veli.
"Dari pada kamu dokter cowok gila," balas Aran.
__ADS_1
"Aku tu cewek," kesal Veli.
"Cewek jadi-jadian," kata Aran lagi sambil tertawa.
"Aran gila," teriak Veli sudah tidak kuat berkelahi dengan Aran.
"Apa buktinya kalau kamu cewek dada juga kecil banget," kata Aran sambil terkekeh.
"Kamu perhatiin dada aku dari tadi?" Veli malah melongo mendengar penuturan Aran.
"Ahahahaa, Apanya yang mau di perhatiin orang sekecil gini," Aran menunjuk jari kelingkingnya pada Veli, "Ahahaha," Aran terus tertawa sambil mengemudi.
"Kurang ajar," Veli dengan cepat memakai jas putihnya.
"Turun!" perintah Aran pada Veli karena mereka sudah sampai di rumah sakit.
Veli melihat sekitarnya, untuk masuk kerumah sakit masih harus menyebrang jalanan dan Aran dengan teganya menurunkannya di sebrang jalan. Dengan kesal Veli turun dan menyebrang tanpa melihat kanan kiri ia langsung berlari dan di tengah jalan langkahnya terhenti saat mendengar ada bunyi klakson yang nyaring.
TINNNN.
"AAAAAAA," Teriak Veli sambil menutup mata.
Veli menunggu rasa sakit yang akan menghantam tubuhnya, tapi lama Veli terdiam rasa sakit itu tidak ada. Hingga akhirnya dengan perlahan Veli membuka mata, di tambah dengan nafas yang memburu.
"Kamu nggak papa," tanya Aran.
Veli menggeleng, dengan wajah pucat ternyata Aran yang menarik tubuhnya barusan.
"Ini gara-gara kamu!" kesal Veli.
"Ya ampun bawel, aku udah nolongin kamu loh," kata Aran.
"Ish, jangan peluk aku," Veli baru sadar ternyarnyata ia masih berpelukan dengan Aran.
"Heh, bawel yang ada elu meluk gue," tutur Aran menujuk tangan Veli yang melingkar di pinggangnya.
"Ya ampun," Dengan gerakan cepat Veli melepas pelukannya rasa kesal dan malu bertapa bodohnya ia.
"Sini gue sebrangin," Aran menarik tangan Veli untuk menyebrang, "Lain kali adik bawel kalau mau menyebrang lihat kanan dan kiri, ya," kata Aran yang kini sudah berhasil menyebrang bersama Veli.
"Ish, apa sih emang gue anak kecil," Veli merapikan poni yang menutup wajahnya.
"Emang kamu masih anak kecil, itu aja kecil banget," kata Araman menujuk Veli.
"Kurang ajar," Veli masuk meninggalkan Aran yang masih menertawainya dengan lucu.
"Lumayan lah buat boneka hiburan," Aran bergumam sambil kembali ke mobilnya yang terparkir di sebrang jalanan, Aran hanya tertawa tidak jelas pagi-pagi sudah mendapat hiburan.
__ADS_1
__ADS_2