
__ADS_3
Kini Veli sudah di pindahkan ke ruang rawat, walau pun ia masih tak sadarkan diri. Namun keadaannya sudah cukup baik karena cepat di tangani, walaupun begitu Aran masih terlihat tak bisa tenang sebelum melihat sang istri membuka matanya.
"Veli bangun, yakinkan aku kalau kau baik-baik saja," ucap Aran sambil menggenggam tangan sang istri, bahkan sesekali ia mengecup tangan yang terasa dingin itu.
"Aran, Veli baik-baik saja. Sebentar lagi dia akan sadar, itu hanya pengaruh obat dan kau tidak usah terlalu panik," kata Anggia berusaha meyakinkan Aran.
"Tapi aku belum tenang, kalau Veli belum sadar dan berbicara. Mengatakan kalau dia baik-baik saja," jawab Aran sambil tertunduk lesu.
Anggia tersenyum ia terharu dengan Aran yang begitu menghawatirkan Veli, dengan begitu tanpa di yakinkan pun semua orang sudah tahu bertapa Aran sangat mencintai Veli.
"Iya aku ngerti, kamu sabar ya....." ucap Anggia lagi.
Aran menatap Anggia dan mengangguk, kemudian ia kembali menatap Veli dan tangan Aran terulur menyisir rambut berantakan sang istri.
"Aran kamu makan dulu ya Nak, kamu belum makan dari tadi kan?" tanya Laras yang melihat Aran terus saja di samping Veli, tanpa berniat pergi sedetik pun dari sana.
"Aran makannya nanti Ma, setelah Veli sadar baru kami makan sama-sama," jawab Aran.
Laras menarik napas dengan dalam, ia kasihan pada Veli dan Aran. Tak lama berserang Satria datang, ia baru tahu tentang anak kesayangannya yang di bawa ke rumah sakit.
"Veli," Satria langsung berlari masuk, ia bahkan tak mengucapkan salam karena terlalu panik memikirkan keadaan putrinya. Bahkan Satria jelas terlihat sangat terpukul atas ke adaan Veli dari pada Laras sang ibu, sebab Satria memang sangat berlebihan bila menyangkut anaknya.
"Papa," kata Laras yang terkejut melihat Satria yang datang tanpa salam.
"Veli kamu kenapa Nak?" Satria langsung memeluk Veli yang berbaring di ranjang, ia ingat saat dulu anaknya pernah mengalami kecelakaan. Saat itu Veli juga sempat koma selama satu bulan, bahkan dokter sudah menyarankan untuk melepas semua peralatan medis yang masih melekat di tubuhnya. Namun Satria tetap yakin jika Veli yang masih berusia sepuluh tahun saat itu, pasti akan bangun dan benar penantian Satria tak sia-sia. Dan kini Veli kembali berbaring lagi, rasanya sangat menyakitkan bagi Satria.
"Veli nggak papa Pa, Anggia bilang Veli sebentar lagi akan sadar," jelas Laras lagi.
"Veli bangun Nak, Papa takut," kata Satria sambil beberapa kali wajah keriput itu berlinang air mata.
"Veli baik-baik aja Pa, Papa jangan takut," terang Anggia yang merasa kasihan melihat wajah khawatir Satria. Melihat apa yang di lakukan Satria pada Veli, Anggia langsung mengingat mendian sang Ayah yang selalu menyayanginya. Hidup serba seadanya tapi selalu berlimpah canda dan tawa.
"Anggia, sebenarnya Veli kenapa?" tanya Satria.
__ADS_1
Anggia diam dan menatap wajah satu persatu anggota keluarganya yang berada di ruangan itu, ia ingin melihat apakah wajah semua orang sedang sangat terpukul atau sudah lebih baik. Bila sudah lebih baik maka ia akan menbicarakan masalah itu, namun bila semua masih dalam keadaan panik Anggia akan menunggu sampai Veli sadar agar tak terlalu membuat semua semakin semakin panik. Terutama Satria yang memiliki riwayat penyakit jantung.
"Anggia kenapa diam?" tanya Satria yang penasaran, sebab Anggi terlihar masih menimbang semuanya.
"Veli keracunan makana Pa, Anggi tadi udah liat hasil pemeriksaannya," jelas Anggia.
"Keracunan?" tanya Aran yang shock, sebab ia tak tau apa-apa mengenai Veli.
"Iya, apa kalian sebelumnya memakan sesuatu?" tanya Anggia lagi.
"Saya tidak tau, saat saya kembali Veli sudah tidak sadarkan diri," terang Aran, sebab memang saat ia pulang Veli sudah tergeletak di lantai.
"Siapa yang tega melakukan ini?" tanya Satria yang ikut menimpali.
Semua orang kembali hening sambil memikirkan siapa orang yang tega berbuat sekejam itu.
"Aran kami mau ke apartement kalian sebentar, tapi kamu jangan tinggalin Veli ya. Jangan tinggalkan dia bersama siapa pun kecuali Mama atau Mami," ucap Anggia memberi pesan pada Aran.
"Iya," kata Aran, ia kembali menggenggam tang Veli dan mengecupnya. Rasanya apa yang di katakan Anggia barusan sangat membuatnya shock.
"Sayang, kenapa tidak meminta orang saja untuk memeriksa apartement itu?" tanya Bilmar, saat ini keduany akan masuk ke dalam lift.
"Anggi penasaran, dan pengen cari tahu sendiri," jawab Anggia.
TING......
Pintu lift terbuka.
BUUUK.....
Anggia di tabrak seseorang saat keluar dari lift.
"Maaf," kata orang tersebut, lalu ia bergegas masuk kedalam lift dan meninggalkan Anggia yang masih terjatuh di lantai.
__ADS_1
"Sayang, kamu ngak papa?" tanya Bilmar panik sambil berjongkok dan menolong Anggia.
"Anggi nggak papa," Anggia berdiri dan merapikan roknya yang sedikit kusut karena terjatuh.
"Yaudah yuk," keduanya berjalan masuk ke apartement Veli, telah tadi menekan pasword yang di berikan Aran.
Anggia dan Bilmar mulai melihat-lihat semua bagian sisi rumah, Tapi tak ada yang mencurigakan. Bilmar melihat meja makan ada banyak makanan di sana, tapi makanan itu terlihat belum di buka sama sekali. Anggia juga tak menemukan piring kotor atau pun benda mencurigakan yang lainnya.
"Abang, Veli abis makan di luar?" Anggia di buat bingung sebab tak ada yang mencurigakan dari semua isi rumah itu.
"Tapi ini banyak makanan?" ucap Bilmar yang menunjuk banyak makanan di meja makan.
"Tapi makan ini belum tersentuh sedikit pun, lihat semuanya masih sangat rapi," kata Anggia menunjukan makanan yang di letakan di atas meja masih dengan paperback.
Anggia menatap sudut ruangan mencari cctv, "Abang di sini ada cctv, di depan juga ada. Apa kita periksa cctv aja?" tanya Anggia.
"Sayang kamu sekarang sudah seperti detektif saja," kata Bilmar.
"Abang apa sih, Anggi serius," kesal Anggia.
"Bentar Abang tanya Aran dulu," Bilmar mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi Aran, namun tidak di jawab. Akhirnya ia menghubungi Ratih untuk berbicara dengan Aran, setelah selesai menghubungi Aran Bilmar kembali menatap Anggia, "Kita cari laptop Veli," kata Bilmar.
Anggia mengangguk, "Di kamar, Veli biasanya nyimpan laptopnya di kamar," kata Anggia, sebab ia sudah sangat kenal dengan apartement Veli tersebut, karena Anggia pernah juga tinggal di sana.
"Ini dia," Anggia melihat laptop itu tergeletak di sofa begitu saja.
Bilmar mulai membukanya, dan melihat hasil rekaman beberapa saat lalu. Namun semua gelap rekaman cctv itu tak menampakan apa-apa.
"Nggak ada Ngi, sepertinya orang yang melakukan ini sudah sangat tau tetang Veli. Sampai semua terlihat rapi, bahkan rekaman cctvnya saja tidak ada. Ada yang terlebih dahulu masuk ke sini sebelum kita."
***
Tinggalkan jejak, dengan LIKE dan VOTE.
__ADS_1
Terima kasih banyak:).
__ADS_2