
__ADS_3
"Saya terima nikahnya Anggia Tiffani dengan mahar tersebut TUNAI," Bilmar mengucapkan kobul hanya dengan satu tarikan nafas tanpa ada di ulangi.
Kini Anggia dan Bilmar sudah sah menjadi pasangan suami istri, tidak ada pesta atau pun lainnya. Hanya ada akad nikah dan nanti acara makan-makan sebatas keluarga saja, bahkan cincin nikah pun tak ada. Anggia hanya memakai kebaya yang di belikan Ratih, bukan Ratih tidak menghargai Anggia sebagai menantu. Tapi karena waktu yang di butuhkan sangat singkat bahkan Anggia terus pusing dan mual hingga ia meminta cincin nikahnya di tunda saja setelah menikah masih banyak waktu.
"Anggia ayo cium tangan suami mu," kata Sinta sebab Anggia masih diam dalam kebingungan.
Anggia rasanya tidak percaya dua kali menikah. Tapi tidak satu pun pernikahnya yang jelas, dulu juga sama tidak ada resepsi dan tidak ada hal lainya juga. Yang ada hanya air mata, dengan tangan bergetar Anggia mencium punggung tangan Bilmar, dalam hati ia berdoa semoga tidak ada penderitaan lagi dan Anggia juga tahu pernikahannya hanya sampai bayinya lahir, jadi tak perlu ada acara atau pun cincin nikah.
"Anggia kamu nangis?" tanya Ratih saat melihat air mata Anggia menetes.
"Jangan sedih dong, jangan ingat yang dulu ya," kata Ratih yang memberi semangat pada Anggia.
"Iya Mi," Jawab Anggia berusaha tetap tegar, sesaat Anggia kembali mengingat mendiang kedua orang tuanya yang telah tiada, ia merasa rindu juga pada kedua orang tuanya yang telah berperan penting dalam hidupnya.
Anggia dan Bilmar selanjutnya mencium punggung tanggan Ratih dan Rianda, setelah itu Hardy dan Sinta, semua keluarga tersenyum bahagia melihat Bilmar akhirnya menikah dengan Anggia.
"Heh, lu kok nggak cium tangan gw," seloroh Vano.
"Emang lu sapa?" kesal Bilmar.
"Baru beberapa menit lu jadi suami, udah lupa sama gw. Biar gw kenalan gw Kenzi Zavano, Kakak sepupu lu dan lu harus sopan sama gw, cium tangan gw," Vano memberikan tangannya pada Bilmar.
"Gw Bilmar Rianda Ceo, Rianda group. Gw nggak akan rela jatuhin harga diri di hadapan lu," jawab Bilmar menepis tangan Vano.
"Ahahhaha," Semua keluarga tertawa melihat keanehan dua sepupuan itu yang selalu bertingkah sesuka hati bila sedang bersama.
"Lu nggak cium tangan gue?" Tanya Arman yang juga ikut menggoda Bilmar.
"Ogah, lu kapan buruan nikah!" kata Bilmar, (Arman di sini belom menikah ya, duluan Bilmar menikah dan usia kandungan Anggia selisih empat bulan dengan Ziva yang saat hamil Zie)
"Entar lah, gw pelan-pelan aja, gw nikahnya baik-baik nggak kayak lu pada," jawab Arman dengan sombong.
"Caelah, kita juga tau lu maksa Seli buat jadi pacar lu," kata Vano.
"Sialan lu main bongkar rahasia," Kesal Arman.
Aran juga tidak mau kalah ia mendekat pada tiga orang yang sedang memperdebatkan hal tidak penting itu.
"Lu dah hapal belum doanya?" tanya Aran.
"Udah kalau belum belajar sama gw," kata Vano lagi.
__ADS_1
"Nggak ada yang beres kalian semua," kata Bilmar.
Kini semua keluarga berkumpul di meja makan, mereka akan makan bersama merayakan pernikahan Anggia dan Bilmar. Anggia juga duduk di kursi karena ramainya keluarga hingga Anggia mencium bau parfum yang berbeda-beda menyeruak di hidungnya. Anggia berusaha menahan mual dan meminta ijin pada semua untuk pergi meninggalkan meja makan.
"Ma, Anggi ke atas dulu ya," pamit Anggia.
"Loh kita kan mau makan bareng kamu," kata Sinta.
"Anggi mual banget Ma, bau parfumnya Anggi nggak kuat," Anggia menutupi hidungnya menahan bau yang sangat terasa.
"Ya sudah, tapi nanti kamu makan ya," kata Sinta yang kasihan pada Anggia.
"Kamu mau kemana?" tanya Ratih saat melihat Anggia meninggalkan meja makan.
"Mi Anggia, hueek," Anggia pergi meninggalkan semuanya bahkan belum selesai Anggia menjawab pertanyaan Ratih, sebab ia sudah tidak tahan menahan mual.
"Ratih, Anggia udah hamil berapa bulan?" tanya Sinta.
"Udah jalan lima bulan Mbak," jawab Ratih.
"Tapi Mbak, liatnya gede banget gitu kayak udah tujuh bulan?" tanya Sinta bingung.
"Saya juga bingung Mbak," Ratih juga selalu bingung dengan Anggia, usia kehamilannya tidak sesuai dengan besarnya perut Anggia. Dan Ratih pun tidak tahu kalau Anggia hamil anak kembar.
"Kembar?" Ratih masih bengong ia masih mencerna perkataan Veli.
"Wah, Ratih ternyata kamu sekali dapet cucu langsung dua," kata Sinta dengan bahagia.
"Mi apanya yang dua?" tanya Vano yang bingung dengan percakapan dua wanita itu.
"Anggia hamil anak kembar," jawab Ratih tersenyum bahagia.
Semua keluarga terlihat bahagia mendengar kabar itu, dan mengucapkan selamat pada Bilmar.
"Gila, selamat ya bro," kata Aran menyenggol bahu Bilmar.
"Aman, lu kapan sama Veli," jawab Bilmar santai.
"Uhuk, uhuk," Veli tersedak mendengar pertanyaan Bilmar.
"Iya, semalem Mami lihat Veli sama Aran lagi romantis-romantisan," Jawab Ratih dengan antusias.
__ADS_1
Aran dan Veli kesal dengan perkataan Ratih, sebab karena itu semua anggota keluarga malah ikut menggodanya.
"Sabar bro jangan maen sosor aja," Kata Arman menaik turunkan kedua alis matanya.
"Heh, kalian ngomong apa? Najis gw sama cewek pecicilan kaya dia," kesal Aran.
"Heh, tuan Aran gila, lu pikir gw mau sama lu, najis," Veli menjawab perkataan Aran dengan tidak kalah kesal.
"Siapa juga yang mau sama lu, cewek tomboy, gw ragu lu kayaknya cowok deh bukan cewek," jawab Aran lagi.
"Heh, lu kurang ajar banget si, gw cewek!" teriak Veli.
Semua keluarga menatap Veli dan Aran dengan bertanya-tanya, dan tiba-tiba Bilmar ikut menengahi dengan memberi ide.
"Aran lu berdebat sama Veli, karena bingung dia cewek atau cowok kan?" tanya Bilmar.
"Iya lah cewek mana ada yang model begini!"
"Kalau lu penasaran dia cowok apa cewek lu nikahin dia, biar bisa lihat jelas," Tutur Bilmar dengan jelas.
"Ahahahahaa, Ide lu keren bangel Bil," teriak Arman.
"Penghulu masih di depan Ran," Kata Vano lagi.
"Apasih amit-amit," ketus Aran.
"Arman bilang sama penghulu di depan, jangan dulu pulang karena Aran dan Veli juga akan segera di nikahkan," Timpal Ratih.
"Ahahahaha," Tawa keluarga terdengar menggema.
"Semuanya Veli pamit," Kata Veli berdiri dari duduknya dan melenggang pergi karena tidak tahan dengan godaan semua anggota keluarga itu.
"Veli tunggu!" Kata Sinta saat melihat Veli akan menaiki anak tangga, namun urung karena ia memanggil, Veli berbalik menatap Sinta dari kejauhan.
"Apa Ma?"
"Ada yang ketinggalan," tutur Ratih setengah berteriak.
"Ketinggalan?"
"Iya ini hati kamu ketinggalan," tangan Sinta menunjuk Aran yang sedang menatap tajam.
__ADS_1
"Mama.......hiks, hiks," Veli dengan cepat berlari menaiki tangga perasaannya sangat kesal.
__ADS_2