
__ADS_3
Anggia kini sedang duduk di meja makan bersama dengan Ratih, keduanya sarapan bersama sebab Bilmar masih di kamar sementara Aran dan Veli masih terkurung di dalam kamar mandi. Anggia sebenarnya kasihan mendengar suara teriakan Veli minta di buka kan pintu, namun Anggia tidak berani membukannya.
"Anggia," Panggil Ratih, pada Anggia yang sedang duduk saling berhadapan dengannya sambil munyendok nasi goreng pada mulutnya.
"Ya Mi?" Jawab Anggia dengan menatap Ratih yang duduk di depannya.
"Kamu kapan periksa kandungannya? Mami pengen ikut," Ratih penasaran ia mendengar dari Veli jika Anggia hamil anak kembar dan ia ingin tahu.
"Rencana sore Mi, soalnya pagi ini Abang ada meeiting jadi tunggu Abang selesai meeiting sambil jemput Anggi," Jawab Anggia, semalam sebelum tidur Bilmar mengatakn ingin melihat anak-anaknya sebab Anggia hampir hamil genap lima bulan dan Bilmar ingin tahu jenis kelamin anaknya.
"Ya udah Mami juga sore ke rumah sakit ya?" Kata Ratih dengan antusias.
"Iya Mi, pagi ini Anggi juga mau ke rumah sakit, Anggi pengen masuk kerja," Kata Anggia yang tak bisa lepas dari pekerjaan yang sangat ia cintai itu, hingga saat hamil ini juga keinginannya hanya bekerja di rumah sakit, walau pun Anggia bekerja tidak seperti dulu yang padat sekarang bahkan ia bebas pergi kapan saja bekerja.
"Mi.....Tolong......" Teriak Veli dari kamar mandi, Ratih dan Anggia sangat jelas mendengar teriakan Veli, sebab Aran dan Veli di kurung di kamar mandi dapur sanggat dekat dengan meja makan di mana mertua dan menantu itu sedang sarapan.
"Mi kasian, kayaknya Veli udah kapok tu ribut terus sama Aran," Kata Anggia berharap sang mertua mau membuka pintu.
"Biar aja, biar nggak ribut-ribut terus, pusing Mami kalau udah Aran sama Veli berantem," Ratih ingin Veli dan Aran berjodoh tapi nyatanya adalah keduanya selalu ribut tanpa ada yang mau mengalah.
"Mi, Veli harus segera kerumah sakit, takutnya Veli ada jadwal oprasi," Kata Anggia lagi.
"Iya juga sih, ya...udah Mami buka pintu dulu ya," Ratih tiba-tiba bersemangat bangun dari duduknya, Anggia yakin akan ada rencana Ratih yang konyol ia juga ingin melihat apa yang akan di lakukan Ratih pada Veli dan Aran sebab tidak ada yang gratis bukan?.
"Mami.....Aran jahat....Mami....buka pintunya," Teriak Veli dari dalam sana.
Ratih berdiri di depan pintu, tangannya mulai memasukan anak kunci tapi tidak memutarnya sama sekali, sebab ia ingin membuat penawaran terlebih dahulu pada Aran dan Veli.
"Veli kamu mau Mami buka pintunya?" Teriak Ratih dari luar pintu.
"Iya Mi......Aran jahat hiks, hiks," Veli malah menangis.
Aran yang masih menghimpit tubuh Veli tersenyum samar, ia baru tahu ternyata gadis toboy di hadapannya itu bisa menangis juga.
"Diam!" Kata Aran.
"Aran lepasih hiks, hiks," Veli menangis karena ketakutan.
"Ternyata kau punya air mata juga ya," Aran mengusap air mata Veli dengan jari-jarinya, sambil tersenyum samar karena hiburan di hadapannya dapat melepaskan sejenak penatnya dalam memikirkan pekerjaan yang menumpuk.
"Aran.....Lepas," Kata Veli lagi, "Mami.....Ampun Mi....." Teriak Veli dengan kencang ia sudah tidak sanggup lagi berhadapan dengan Aran.
Ratih juga bingung dan penasaran sebenarnya Veli kenapa, kenapa Veli menangis apa Aran memukulnya? Tapi Ratih tidak yakin dengan hal itu.
"Kamu mau Mami lepasin Vel...?" Tanya Ratih lagi masih di luar.
"Mau Mi hiks, hiks," Jawab Veli.
__ADS_1
"Kalian harus damai mau?" Ratih menempelkan telinga pada daun pintu, ingin mendengar jawaban Veli dan Aran dengan jelas.
"Nggak Mi, Aran nggak mau damai, pintunya nggak usah di buka-buka," Jawab Aran yang membuat Veli semakin takut.
"Lu apa sih, sana jauh-jauh," Ketus Veli.
"Nah kan? Masih ribut, okey kalian tetap di sana ya," Ratih menakut-nakuti Veli dan Aran di dalam sana.
"Mami bukain, Veli nggak kuat di sini Aran jahat," Teriak Veli.
"Emang saya ngelakuin apa sama kamu?" Tanya Aran yang tertawa kecil.
"Mundur...." Teriak Veli lagi.
"Minta maaf sama saya," Tutur Aran.
"Nggak!" Teriak Veli.
"Nggak mau gw gigit bibir lu," Kata Aran yang membuat Veli merinding.
"Apasih!"
"Makanya minta Maaf sama gw," Kata Aran memaksa.
"Iya!" Teriak Veli.
"Iya apa?" Tanya Aran mengerjai Veli.
"Iklas nggak?"
"Iklas, hiks, hiks, Mami....Asal Mami bukain pintunya Veli bakalan nurut sama Mami," Kata Veli tanpa perlu menunggu kunci terdengar berputar dan gagang pintu bergerak, Aran menjauh dari Veli agar Ratih tak melihat apa yang ia lakukan pada Veli barusan. Dan dalam hitungan detik pintu terbuka lebar terlihat Ratih di sana, dengan tersenyum sebab bahagia mendengar perkataan Veli.
"Kamu yakin mau nurut sama Mami?" Tanya Ratih.
"Iya Mi,"Jawab Veli dengan suara pelan.
"Oh, Mami tau kamu terpaksa," Ratih menarik kembali pintu berpura-pura akan menutupnya lagi, tapi dengan cepat Veli memohon menjawab agar Ratih membebaskannya.
"Veli nggak terpaksa Mi," Kata Veli cepat.
"Bagus," Ratih kembali membuka pintu dengan senyumnya.
"Veli harus cepat berangkat kerja Mi," Pamit Veli tapi tangan Ratih dengan cepat merentang di depan Veli hingga Veli tak bisa pergi.
"Kamu boleh pergi setelah kalian berdamai," Ratih menatap Aran.
"Velvel dapur, damai yuk," Goda Aran mengetuk-ngetuk punggung Seli.
__ADS_1
"Iya damai," Kata Veli dengan takut.
"Peluka," Pinta Ratih.
"Apa," Veli melongo mendengar perkataan Ratih, Veli berbalik dan menatap Aran yang sedang tersenyum padanya, tapi Veli malah di buat merinding.
"Kalau tidak mau, Mami kunci sampai sore,"Kata Ratih sambil menggoyangkan anak kunci yang sudah ia pegang.
"Veli ayo pelukan yuk damai," Kata Aran yang masih saja suka dengan ketakutan Veli.
"Ogah!"
"Veli!" Tutur Ratih dengan lembut namun serasa horor di telinga Veli.
"I-iya Mi," Veli hanya mendeguk saliva saja.
"Sini, Neng, Akang peluk atuh," Aran mengankat tangannya sambil menaikturunkan alis matanya.
"Mi, ada yang lain nggak selain ini?"
"Ada!" Jawab Ratih.
Veli tersenyum ceria, ia mau menuruti keinginan Ratih kalau pun di haruskan untuk membersihkan seluruh ruangan di rumah itu. Atau mungkin Ratih ingin ia membersihkan kamar mandi Veli siap.
"Apa Mi?" Veli mengangkat tangan bersorak hore.
"Kalian menikah," Jawab Ratih.
"Ck," Veli malah semakin shock di buat Ratih.
"Mau nikah atau damai?" Tanya Ratih.
"Mi, Aran nikah aja ya, udah Neng Akang harus ngantor, sampai ketemu di pelaminan ya," Pamit Aran yang hendak melangkah. Tapi Veli dengan cepat mengejar Aran dan memeluknya tanpa ada babibubebo.
"Mi, Veli damai sama Aran, ini Veli peluk," Kata Veli yang memeluk Aran dari belakang. Yang penting ia tak menikah dengan Aran.
DEEG.
Aran mendadak tak karuan, niat hati ingin mengerjai musuh bebuyutannya tapi malah menjadi ancaman bagi dirinya sendiri, Aran bisa merasakan dua gundukan yang menempel di bagian belakan tubuhnya.
"Okey, bagus damai ya?" Ratih tersenyum bahagia.
"Iya Mi damai," Jawab Veli lalu Ratih pergi.
"Heh, jangan meluk gw terus tar lu nyaman beneran lagi," Aran ingin cepat di lepaskan Veli bukan karena tidak mau di peluk Veli tapi ia rasanya ingin menerjang Veli di ranjang, bagaimana pun ia adalah pria normal yang bisa saja terpancing.
"Gila..."Teriak Veli lalu berlari pergi meninggalkan Aran dalam keadaan yang tidak karuan.
__ADS_1
****
Minta VOTE nya dong, Kakak yang baik hehehe nanti saya UP lagi kalau ada yang Vote.
__ADS_2