
__ADS_3
Malam ini adalah malam yang di tunggu-tunggu terutama Anggia dan Bilmar, sebab malam ini mereka melakukan resepsi untuk pernikan mereka. Setelah tadi pagi Bilmar kembali melapaskan izab kobul. Semua keluarga terlihat bahagia, terutama Ratih yang dengan bangganya memperkenalkan Anggia pada teman-teman dan kerabat jauhnya.
"Jeng Tatik, kenalan dulu dong sama mantu aku," Ratih memperkenalkan Anggia pada salah satu teman arisannya.
"Aduh jeng Ratih, mantu mu cantik sekali. Dengar-dengar dia dokter ya?" tanya teman Ratih tersebut yang bernama Tatik.
Ratih terus mengembangkan senyum bahagianya, "Iya jeng, mereka udah nikah lama. Tapi karena banyak kesibukan, jadi tidak memungkinkan untuk mengadakan resepsi. Dan sekarang semua keluarga sudah berkumpul, jadi kami sepakat membuat acara ini," jawab Ratih.
"Iya bener jeng, lebih baik begitu. Nikahin aja dulu, masalah resepsi belakangan gampang itu. Niat baik tidak boleh di tunda," jawab Tatik membenarkan apa yang di katakan Ratih.
"Jeng kita mau ke sana dulu ya, aku mau kenalin mantu aku sama yang lainnya," pamit Ratih lalu memegang lengan Anggia, hingga mata Anggia bertemu tatap dengan mata Brian.
Anggia menghentikan langkahnya, begitu pun dengan Ratih, yang kini menatap Brian. Brian tersenyum. Jika dulu ia selalu memiliki alasan saat bersama Anggia karena anak pembantu, namun tidak kali ini dengan Ratih. Ratih terlihat begitu bangga memperkenalkan Anggia, bahkan Ratih tak menutupi jika ada yang bertanya mengenal asal usul keluarga Anggia.
"Selamat," Brian mengulurkan tangan pada Anggia, tak ada rasa benci lagi yang bersarang di hati Brian. Yang ada hanya rasa bersalah karena sudah pernah menyakiti wanita yang berhati malaikat itu, sabar bertahan selama dua tahun dalam pernikahan yang menyakitkan dengan dirinya. Menerima segala perlakuan kasarnya, tanpa ada niatan untuk menyerah sedikit pun.
Anggia juga membalas senyum Brian, tak ada rasa dendam di hati Anggia sedikit pun. Semua ia jalani dengan iklas tanpa ada ia simpan lagi perasaan kecewa, "Terima kasih Mas, sudah datang di acara pernikahan kami," jawab Anggia menunjukan bertapa bahagianya ia dengan pernikahannya kali ini, bahkan tanpa bisa ia tutupi.
"Iya, semoga kau bahagia. Dan terus bahagia, tidak seperti saat bersama ku dulu. Hidup dalam tangisan dan penderitaan," kata Brian tersenyum getir, jujur saja ada rasa malu yang ia rasakan saat melihat Anggia kini. Namun mau bagaimana lagi, ia pun tak mungkin tak datang ke pernikahan itu, sebab Bilmar mengatakan bila ia tak datang berarti ia masih mengharapkan Anggia. Dan Brian benar-benar sudah tak mengharapkan Anggia, sebab mantan istrinya itu kini sudah hidup bahagia. Dan Brian pun sudah menikah lagi, istri Brian untuk kali ini sangat tak bisa di tindas. Yang baca novel Brian pasti tau betapa ganasnya Sasa.
"Yang sudah berlalu tidak usah di ingat lagi Mas, aku sudah melupakan yang buruk tentang dirimu."
Brian ingin tertawa mendengar jawaban Anggia, "Kau sudah melupakan yang buruk tentang diri ku? Memangnya apa ada sesuatu yang baik tentang ku, yang bisa kau ingat?" seloroh Brian.
"Ada, semua manusia punya sisi keburukan."
"Ya....tapi tak seburuk aku," timpal Brian dengan cepat.
__ADS_1
"Tidak begitu," Anggia bingun dengan sipat Brian yang kini banyak merendah, Anggia pun mengakui banyak perubahan Brian saat ini dan ia sangat bersyukur bila ada manusia yang berubah baik. Walau sudah jadi mantan suami asal tak ada niat buruk, tak ada salahnya untuk saling memaafkan.
"Baikah sekali lagi selamat......dan bahagia selalu," kata Brian lagi lalu matanya menatap Bilmar yang kini berdiri di samping Anggia, "Selama Bilmar," Brian kembali mengulurkan tangan pada Bilmar.
"Terima kasih Brian sudah hadir di pernikahan kami ini," jawab Bilmar.
Keduanya memang sudah tak bermusuhan lagi, sejak Brian menolong Anggia dan sejak Brian menikah dengan Sasa. Bilmar cukup menghargai tentang usaha dan pengorbanaan yang di lakukan Brian, jadi tak ada salahnya kalau kini mereka berteman.
"Ya......" jawab Brian tersenyum.
"Sasa di mana Mas, apa dia tidak ikut?" tanya Anggia.
"Apa kalian membicarakan saya," terdengar suara Sasa yang kini berdiri di samping Anggia.
"Ini dia yang di cari," Anggia tersenyum lembut, "Kamu dari mana?" tanya Anggia lagi.
"Iya kamu bener banget," jawab Anggia tersenyum.
"Yang kesana bentar yuk," kata Bilmar menunjuk tamu yang lainnya.
Brian menggaruk kepala mendengar panggilan Bilmar pada Anggia, pria yang ia ketahui sangat angkuh dan dingin tapi sangat lembut bertutur kata pada istrinya.
"Sasa, Mas Brian. Kami permisi sebentar ya," pamit Anggia.
"Iya," jawab Sasa tersenyum.
Bilmar dan Anggia pergi meninggalkan Brian, mereka menemui Ratih yang sedari tadi terus memanggil mereka. Karena banyak tamu yang masih ingin mengucapkan selamat pada keduanya insan yang tengah berbahagia itu, sejenak Bilmar menghentikan langkah kakinya dan berbisik di telinga Anggia.
__ADS_1
"Abang mau mengkada malam ini yang, jadi persiapkan diri. Yang wangi," bisik Bilmar.
"Ish....." Anggia mencubil Bilmar, "Mesum nya nggak berubah juga," jawab Anggia dengan suara pelan agar tak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Aduk, aduh, aduh. Sakit yang, nanti Abang kasih ya, jangan marah-marah," Bilmar semakin menggoda Anggia, sebab ia sangat suka melihat wajah istrinya yang bersemu merah saat ia menggodanya.
"Abang.....Anggi nangis ya," Anggia mengerucutkan bibirnya. Mengungkapkan bertapa kesalnya ia pada sang suami yang selalu memikirkan hal itu.
"Jangan nangis sekarang sayang, Abang pasti bakalan kasih. Tapi nanti ya.....setelah tamunya pulang, atau kalau kamu maunya sekarang dengan terpaksa Abang turutin," kata Bilmar menarik tangan Anggia keluar dari pesta.
"Abang kita mau kemana?" tanya Anggia bingung, "Pestanya belum selesai," lanjutnya lagi.
Bilmar tak perduli, ia mengangkat tubuh Anggia, "Abang udah nggak kuat yang," dengan langkah yang cepat Bilmar membawa Anggia ke sebuah kamar, yang memang sudah di persiapkan untuk keduanya.
"Abang di bawah masih banyak tamu," kata Anggia yang mengingat tamu masih begitu banyak.
"Sayang Abang beneran udah nggak kuat, nanti abis ini baru kita temui tamunya lagi," Bilmar membaringkan tubuh istrinya di ranjang dan dengan cepat ia menindihnya.
"Abang......." Anggia masih berusaha menolak tapi tidak bisa.
"Sayang Abang udah nggak kuat," kata Bilmar sambil membuka jas yang melekat di tubuhnya.
"Abang.....ssstttttt......." Anggia merancau tak jelas, sesaat merasakan indahnya kenikmatan yang di tawarkan Bilmar, malam yang tak pantas di sebut malam pertama itu masih terasa begitu menggairahkan. Hingga keduanya terbuai dengan nikmatnya cinta, tanpa perduli orang-orang yang masih hadir di pesta pernikahan mereka.
***
Jangan lupa, like, VOTE, bintang lima. Makasih :).
__ADS_1
__ADS_2