Dokter Cantik Milik Ceo

Dokter Cantik Milik Ceo
Episode 123


__ADS_3

Setelah Veli bercerita pada Anggia, kini ia tidur karena malam sudah semakin larut. Waktu sahur tiba tapi Veli sama sekali tak mengingatnya sebab ia baru beberapa saat yang lalu tertidur, karena terlalu memikirkan tentang masalah yang kini ia buat.


TOK TOK TOK.


"Veli....." Anggia mengetuk kamar Veli sebab waktu sahur hampir habis tapi Veli belum juga ikut makan sahur.


TOK TOK TOK.


Berulang kali Anggia mengetuk pintu kamar Veli namun masih saja sama, Veli sepertinya tidur sangat lelap hingga Anggia masuk tanpa permisi sebab pintu tak terkunci.


"Vel.....Veli....." Anggia menggoyangkan tubuh Veli agar terbangun.


"Em......." Veli mengucek matanya lalu duduk, "Anggi...huaam," Veli masih saja menguap.


"Sahur yuk, tumben kamu lupa sahur begini," tutur Anggia.


"Yaudah yuk....." Veli turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi, setelah itu ia menuju meja makan menyusul Anggia yang sudah pergi terlebih dahulu.


Veli menuruni anak tangga dan di sana ada Bilmar yang duduk bersebelahan dengan Anggia, sementara Aran juga duduk sambil menyuapi nasi ke mulutnya. Namun Aran tak melihat Veli sebab ia memunggungi Veli, Veli ragu apakah dirinya ikut bergabung makan bersama yang lainnya atau tidak. Yang jelas dirinya masih saja merasa malu atas kejadian beberapa jam lalu.


"Veli, sini.....entar keburu imsak lagi," Anggia yang melihat mengerti dengan apa yang kini di rasakan Veli.


"Iya......" Dengan langkah yang berat dirinya mendekati meja makan dan duduk berselang satu kursi dari Aran.


"Ayo apa lagi, entar imsak...." Anggia ingin memecahkan suasana tak enak antara Aran dan Veli.


"I....ya," jawab Veli dengan tangannya mulai mengambil nasi.


Aran menghentikan sendokan nasi pada mulutnya, ia mendeguk air dan pergi begitu saja meninggalkan meja makan bahkan tanpa berpamitan pada siapapun.


"Aran," terdengar suara berat Bilmar memanggil nama itu, Aran berhenti melangkah dan menatap Bilmar, "Makanan kamu belum habis, tidak biasanya kau begitu kan?" kata Bilmar berusaha agar Aran tak pergi dan kembali melanjutkan sahur bersama.


"Aku sudah kenyang," jawab Aran lalu ia pergi begitu saja.

__ADS_1


"Aran tunggu, gw mau ngomong," pinta Veli dengan hati-hati, namun Aran seperti tuli ia sama sekali tak perduli.


"Veli.....dia sekarang suami mu. Belajar sopan sama Aran, kecuali kamu memang bener-bener sudah cerai sama dia, atau kamu belum menikah dengannya. Tapi selama dia masih jadi suami mu biasakan untuk sopan," Anggia memperingati Veli bersikap pada Aran, dirinya tau Veli selalu berbicara sopan pada semua orang tapi tidak pada Aran.


"Maaf Nggi," kata Veli menyadari kesalahannya.


"Udah duduk, lanjut makannya.....nanti setelah sahur baru kamu ajak Aran ngomong, kalau memang kamu butuh maaf," Anggia kesal dengan Veli yang masih saja menggunakan bahasa kasar pada suaminya.


Selesai makan sahur Veli menuju kamar Aran, yang tak terlalu jauh dari kamarnya. Dan kini Veli sudah berdiri di depan pintu kamar Aran.


"Dia mau bukain pintu buat gw nggak ya?" Veli meremas piama tidur yang ia gunakan karena gugup, ia pun tak yakin kalau Aran membukakan pintu untuknya.


TOK TOK TOK.


Veli mengetuk pintu kamar Aran, perasaan takut dan was-was kini sangat ia rasakan.


CLEK.


Pintu terbuka dan terlihat Aran di sana, namun saat melihat Veli ia kembali menutup pintu kamarnya. Dengan gerakan cepat Veli berusaha menahan pintu agar tak tertutup


"Nanti saja, nanti kita akan kerumah orang tua mu," jawab Aran.


"Mas.....kerumah orang tua ku? Maksudnya bagaimana?" Veli masih tidak mengerti dengan perkataan Aran.


"Saya akan mengembalikan mu dengan baik-baik, agar kalian bisa menikah," jelas Aran lalu ia menutup pintu dan menguncinya.


"Mas!" Veli yang tersadar dari lamunannya kini kembali mengetuk pintu kamar Aran.


TOK TOK TOK.


"Mas, buka......Veli mohon."


TOK TOK TOK.

__ADS_1


"Mas......."


Berulang kali Veli mengetuk pintu kamar Aran tapi tetap saja hasilnya sia-sia, Aran tak mau perduli sedikit pun.


"Ck," Veli berjalan menuju kamarnya perasaannya kini benar-benar tercampur aduk. Apa lagi sang Papa yang memiliki penyakit jantung, dan ia pun merasa bersalah pada Aran.


Siang harinya.


TOK TOK TOK.


Aran mengetuk kamar Veli.


CLEK.


Pintu terbuka mata Veli melebar melihat Aran di sana, dengan reflek Veli memeluk Aran karena merasa bahagia. Ia berpikir kini Aran sudah memaafkannya, namun sayang Aran mendorong Veli agar menjauh darinya.


"Ayo siap-siap, saya akan mengantar mu pulang kerumah orang tua mu. Setelah itu kalau kamu mau menikah dengan dokter Farhan silahkan, saya pun sore nanti akan berangkat ke luar negeri. Kalau kamu masih mau tinggal di sini pun tak apa, karena setelah ini kita tidak akan bertemu lagi," tutur Aran pada Veli yang kini berdiri di hadapannya.


Veli shock mendengar perkataan Aran, air matanya menetes tanpa di minta. Sehina itukah kini dirinya hingga Aran benar-benar akan menceraikannya, sebesar itukah dosa yang sudah ia perbuat hingga tak ada lagi kata ampun untuknya.


"Mas," Veli duduk di lantai, berlutut di bawah kaki Aran, "Aku mohon.....hiks....hiks," Veli sudah tak tau lagi lagi harus apa agar Aran mau memaafkan dirinya.


Sementara Aran masih berdiri menatap Veli, ada perasaan kesal dan benci setelah mendapati istrinya bersama seorang pria di kamar hotel. Bahkan untuk melihat tubuh Veli saja rasanya Aran sudah jijik, bukan karena sok suci. Mungkin jika ia mendapati Veli di kamar hotel sebelum mereka menikah Aran masih bisa menerima. Tapi semua terjadi setelah mereka menikah, bukan hanya menyangkut harga diri seorang suami tapi hinaan istri yang terlalu meremehkan suami.


"Mas.....hiks, hiks," Veli masih memohon berharap Aran mau memaafkannya, "Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi," pinta Veli.


"Tidak usah jatuhkan harga diri mu, saya sadar saya salah. Dari awal saya yang memaksa mu dan kini saya sangat merasa bersalah sudah memisahkan orang yang saling mencintai, setelah ini kalian bisa menikah tanpa ada penghalang lagi. Apa lagi sampai berzina, saya tidak mau karena keegoisan saya kalian tersakiti, ayo saya tunggu di mobil ya," kata Aran lalu berbalik dan berniat inin pergi.


"Mas," Veli memegang kaki Aran hingga ia tak bisa melangkah, ada perasaan tak tega melihat Veli berlutut di kakinya. Namun ia lebih tak tega membuat Veli menjadi seorang pendosa karena Zina.


"Bangun, jangan mengemis pada ku. Kejar kebahagiaan mu," papar Aran.


***

__ADS_1


Pembaca setia dan baik hati, saya mohon berikan dukungan kalian dengan Vote. Saya yakin kalian sangat murah hati, bintang lima juga ya. Terima kasih.


__ADS_2