
__ADS_3
Hari sudah menjelang sore, kini Bilmar dan Ratih sudah datang ke rumah sakit untuk melihat Anggia melakukan Usg. Ratih terlihat sangat bahagia menantikan hal ini mendapat dua cucu sekaligus adalah kebahagian yang tak ternilai bagi Ratih.
"Anggia," Ratih langsung masuk ke ruangan Anggia bahkan tanpa mengetuk pintu karena sangat bersemangat sekali.
Anggia dan Veli ysng sedang duduk membicarakan tentang pasien yang barusan mereka tangani, mulai menatap Arah pintu. Keduanya tersenyum melihat Ratih dan Bilmar datang.
"Mami...." Kata Veli dengan semangat memeluk Ratih, Veli dan Anggia sangat berbeda. Jika Veli sangat suka pada Ratih karena Ratih yang baik dan suka memberinya barang mahal, namun lain halnya dengan Anggia. Anggia hanya mengungkapkan rasa terimakasihnya lewat senyum yang tulus dengan rasa yang penuh syukur, keduanya terlihat jelas memiliki perbedaan tapi tetap saja keduanya adalah wanita yang baik hati.
"Ini Dokter Veli kenapa ngerumpi di sini, bukannnya punya ruangan sendiri," Seloroh Ratih.
"Ish, Mami apa sih, Veli lagi nunggu Mami tau buat priksa Anggia," Kesal Veli mengerucutkan bibirnya.
"Oh ya.....Wah maaf ya Mami udah mikir yang lain," Ratih terkekeh melihat tingkah Veli yang cerewet.
Sementara Bilmar mendekati Anggia, Bilmar duduk di sisi meja dan Anggia duduk berhadapan dengan Bilmar di kursi kerjanya. Anggia berulang kali ingin menjauh tapi kaki Bilmar terus menaha kursi Anggia, hingga dengan terpaksa ia hanya berjarak beberapa senti dari Bilmar. Wajah Anggia memerah dan rasanya ia ingin berlari saat melihat tatapan Bilmar yang sangat dekat, sungguh membuat Anggia tidak karuan.
"Capek nggak?" Tanya Bilmar.
"Nggak sih," Jawab Anggia singkat.
"Yuk ikut aku, kita periksa ya," Tutur Veli.
Ke empatnya berjalan mengikuti Veli ke ruang pemeriksaan, jika Veli berjalan beriringan dengan Ratih maka Anggia beriringan dengan Bilmar yang merangkul pundak Anggia, rasanya Anggia sudah sering kali berjalan di rangkul Bilmar tapi entah mengapa kali ini terlihat sangat berbeda, Anggia rasanya tidak karuan sendiri.
"Ayo masuk," Veli membuka pintu untuk ketiga orang yang ikut bersamanya.
Anggia naik ke ranjang dan seorang suster mulai membantu Anggia, setelah itu baru Veli mulai memeriksakan kandungan Anggia.
__ADS_1
"Ibu Anggia Tiffani, selamat ya bayinya dua, hasil kerja kalian berhasil tuan Bilmar. Bayinya sangat sehat sekali," Tutur Veli menggoda Anggia dan Bilmar.
"Bayinya apa dokter Veli," Ratih malah ikut menggoda mengikuti Veli, tampaknya Ratih dan Veli adalah tipe wanita yang sama. Sebab Ratih juga seorang dokter memiliki watak pecicilan dan suka menggoda, tapi tetap saja Rianda menyukai Ratih yang demikian. Sebab Rianda sangat menyukai wanita yang banyak bicara.
"Manusia dong Ibu Ratih," Tutur Veli terkekeh, seolah mereka hanya sebatas pasien dan dokter yang tak pernah saling kenal sebelumnya.
"Oh, manusia...saya kira buaya kayak bapaknya, Ahahahaha," Ratih dan Veli malah tertawa terbahak-bahak menatap kelucuan wajah Anggia yang memerah sementara Bilmar yang menggaruk kepala yang tidak gatal akibat dua wanita di hadapannya.
"Emang bapaknya buaya ya Bu?" Kata Veli melanjutkan.
"Ya dulu dokter, sekarang udah insyaf..." Kata Ratih.
"Ahahahaha," Ratih dan Veli memegang perut mereka yang terasa sakit akibat tertawa.
"Kita balik ke tofik pembahasan ya," Tutur Veli yang masih merasa lucu, "Tuan Bilmar bayi anda sepasang, yang artinya satu perempuan dan satunya laki-laki, waw selamat...." Veli menggeleng-gelengkan kepala merasa bahagia juga.
Anggia turun dari ranjang setelah pemeriksaan selesai, tak perlu banyak penjelasan sebab Veli tau Anggia jauh lebih pintar darinya bahkan sudah banyak tau bagaimana Anggia. Ratih juga seorang dokter hanya saja Ratih bukan dokter kandungan, ia hanya dokter umum karena terlanjur di lamar oleh Rianda saat akan melanjutkan pendidikannya.
"Mami naik taxi aja ya," Pamit Ratih.
"Kok naik taxi Mi?" Tanya Anggia.
"Mami mau ke kantor Papi soalnya," Kata Ratih.
"Bilmar antar aja," Kata Bilmar.
"Nggak usah ya, Mami naik taxi aja kasihan Anggia mungkin mau pengen istirahat," Kata Ratih dan ia pergi dengan menaiki taxi.
__ADS_1
Sementara Bilmar dan Anggia juga masuk ke dalam mobil, Anggia duduk dan melepas jas kerjanya. Bilmar hanya mendeguk saliva saat Anggia dengan susah payah hingga harus membusungkan dadanya ke depan.
Ya ampun, bini gw bikin gataha, gede banget sih sayang.
"Anggia kok buka baju?" Tanya Bilmar.
"Nggak buka baju Abang, Anggi cuman buka jas, gerah..." Kata Anggia meletakan jasnya di jok belakang.
"O," Birmar menggaruk kepala seperti orang bodoh, sebab Anggia masih memakai dress di tubuhnya.
"Kita cari perlengkapan bayi boleh nggak Abang," Pinta Anggia.
"Emang Anggi nggak capek?" Tanya Bilmar sambil mulai melajukan mobilnya.
"Capek dikit nggak papa, pengen aja beli baju bayi," Jawab Anggia dengan antusias.
"Yaudah, tapi nggak lama-lama ya," Kata Bilmar.
"Iya," Anggia tersenyum bahagia menatap Bilmar mau menuruti keinginannya.
Bilmar berhenti di tengah jalanan karena lampu merah yang mengharuskan untuk berhenti, Bilmar menatap Anggia yang menatap jalanan dengan senyum bahagia, nanum sekilas ia melirik Bilmar. Anggia terkejut ternyata Bilmar menatapnya juga, hingga pandangan keduanya kembali bertemu.
Dengan perlahan Bilmar mendekatkan diri menarik tengkuk Anggia, perlahan mata Anggia tertutup dengan cepat Bilmar ******* habis bibir Anggia, perlahan namun pasti hingga tangan Bilmar yang sebelahnya menyentuh sebelah gundukan Anggia.
TINN.
Terdengar bunyi klakson mobil di belakang, Anggia dan Bilmar tersadar kini mereka ada di tengah jalanan. Anggia langsung melihat jalanan tangannya mengambil tisu merapikan bibirnya, sementara Bilmar tersenyum dan kembali melanjutkan perjalanan.
__ADS_1
Anggia tidak berani menatap Bilmar sama sekali, ia hanya diam dengan perasaan malu atas apa yang barusan terjadi. Padahal mengapa harus malu ia adalah istri Bilmar dan bukan kah hal yang seperti itu memang wajar di lakukan pasangan suami istri.
Namun tetap saja Anggia terlalu menutup diri, dan ia merasa risih sebab belum terbiasa dengan yang seperti itu. Bilmar tersenyum mengingat apa yang barusan terjadi tanpa di rencanakan tapi mendapat jatah di sore hari, walau hanya sebatas ciuman tidak mengapa, Bilmar menganggap itu adalah pembelajaran untuk Anggia, nanti setelah itu Bilmar baru akan mengajari wanita di sampingnya tentang menyenangkan hati suami. Bilmar juga merasa aneh ia menikahi janda tapi masih tabu dalam hal ranjang, banyak gadis yang dulu menjalin kasih dengannya namun kemampuan ranjangnya sudah sangat terlihat fropesiol.
__ADS_2