
__ADS_3
"Apa kau yakin apa yang kau cerita kan itu benar?" tanya Aran yang masih menatap Veli penuh tanya.
"Aku udah jelasin dan kalau Mas tidak percaya tidak masalah, aku sudah menjelaskan, memohon dan meminta di kasihani. Tapi kalau Mas tetap tidak juga percaya, terserah saja," kata Veli mencoba pergi namun Aran memegang lengan Veli hingga membuatnya tak bisa melangkah lagi.
"Kau mau kemana?" tanya Aran tanpa melepas lengan Veli yang ia pegang.
"Aku mau beresin semua barang-barang aku, aku udah mohon tapi Mas nggak perduli ya sudah aku menyerah, mau percaya atau tidak terserah....yang penting aku sudah menceritakan semua nya," ucap Veli menghempaskan tangan Aran dan masuk ke kamarnya, di ikuti Aran juga tentunya.
"Kamu berani pergi tanpa ijin ku?" tanya Aran berdiri di belakang Veli.
"Memangnya kenapa? Mas sama saja. Aku benci! Kenapa nggak ada yang denger penjelasan aku, menikah di paksa, sekarang aku di rendahkan tanpa mendengar penjelasan ku. Lalu apa lagi? Apa belum cukup itu semua? Jawab Mas jangan diam saja!" Veli menunggu jawaban Aran, namun karena tak ada jawaban ia memutuskan memasukan semua pakaiannya kedalam koper. Selesai berkemas ia pergi begitu saja tanpa berpamitan.
"Veli......" Aran dengan langkah lebar dan terburu-buru mengikuti Veli yang sudah berjalan jauh darinya.
Namun Veli sama sekali tak perduli, ia masih menyeret koper miliknya hingga di depan gerbang ada taxi ia langsung menumpangi taxi tersebut tanpa perduli Aran yang terus memanggilnya.
"Veli......" Aran berdiri di tengah jalanan melihat taxi yang di tumpangi Veli semakin jauh, akhirnya ia memutuskan untuk mengejar Veli menggunakan mobil miliknya.
Aran mengemudi dengan kecepatan tinggi agar dapat mengejar taxi itu, hingga akhirnya Veli sampai di apartemen miliknya dan menyeret kopernya masuk. Aran juga yang sudah sampai mengejar Veli hingga ia berhasil masuk ke dalam lift yang sama dengan Veli.
"Veli, kau mau kemana?" tanya Aran dengan nafas yang sedikit memburu sebab mengejar Veli.
TING.
__ADS_1
Pintu lift terbukan dan Veli keluar tanpa menjawab pertanyaan Aran, dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam apartement agar Aran tak bisa masuk. Namun sia-sia bahkan Aran terlebih dahulu masuk dari pada dirinya.
"Kenapa masuk?" kesal Veli meminta Aran keluar.
"Kenapa?" tanya Aran dengan santai.
"Keluar!" Veli berusaha menarik Aran keluar dari apartement nya namun tak bisa, tenaga Veli tak seberapa di bandingkan tenaga Aran.
"Veli cukup ya!" ucap Aran dengan tegas.
DUAAR.
Veli membanting pintu hingga tertutup, lalu ia menatap Aran yang juga menatap dirinya.
"Kenapa? Kenapa memangnya?" tanya Veli dengan mata yang berkaca-kaca, "Kenapa kalian selalu memikirkan perasaan kalian, pernah tidak kalian memikirkan perasaan ku! Pernah tidak Mas? Pernah tidak kau hargai aku sedikit saja, Bisa Mas.....bisa tidak kau hargai aku sedikit saja. Tak perlu kau menghargai aku sebagai manusia, kau cukup menghargai aku sebagai hewan yang juga punya perasaan. Bisa tidak Mas?" air mata Veli jatuh seketika membasahi pipinya, berapa hari ini rasanya wanita kuat itu terlihat sangat rapuh dan terluka atas apa yang kini ia alami. Namun tak ada yang mengerti akan semua perasaan itu.
"Kau masih bertanya maksud ku? Kau masih bertanya Mas? Maksud ku aku ingin kau menghargai aku, bukan menginjak-injak harga diri ku seperti apa yang sudah kau lakukan pada ku!" jelas Veli.
"Suami mana yang tak berpikir sama seperti yang aku pikirkan saat melihat istrinya bersama seorang pria di kamar hotel? Suami yang mana Veli?" tanya Aran pada Veli lagi.
"Jadi setelah penjelasan yang ku berikan kau masih menyalahkan aku Mas? Aku sudah katakan aku tak butuh kamu percayai. Yang penting aku sudah menjelaskan itu saja, keluar dari sini. Kalau kau mau ceraikan pun silahkan aku tak perduli, karena aku memang tak pernah mencintai mu Mas!" jelas Veli dengan tegas.
DEEG DEEG DEEG.
__ADS_1
Jantung Aran berdetak kecang rasanya sangat sakit hanya karena ucapan Veli, jika dulu ia benci pada Veli bila berucap demikian namun kini hatinya terasa hancur. Batin terasa remuk redam menerima apa yang barusan ia dengar, sungguh kata-kata itu bagai racun yang dengan mudahnya membuat orang tak berdaya hingga akhirnya mati tanpa bisa di beri penawar.
Sejenak Aran menutup mata dan menarik nafas dengan dalam, hingga akhirnya ia membuka mata dan kembali menatap Veli.
"Kau tak akan pernah ku ceraikan, jangan pernah bermimpi untuk itu. Kau akan ku peryahankan sampai titik darang penghabisan ku, akan ku ajari kau cara takut kehilangan ku!" tandas Aran dengan tegas.
"Tidak usah bermimpi untuk itu, bahkan hanya untuk menghargai ku kau tak mampu. Lalu apa mungkin aku bisa takut kehilangan mu Mas, yang ada sekarang aku semakin membenci mu Mas. Aku membencu mu......hiks.....hiks....." Veli menangis sekencangnya, melepaskan kembali perasaan kesal yang kini ia rasakan.
Aran tak tega melihat Veli yang terus saja menangis, bahkan kini Aran rindu dengan Veli yang cerewet dan selalu tersenyum. Mungkin Aran lebih memilih Veli yang selalu bertengkar dengannya hanya karena hal sepele dari pada harus melihat Veli terus dan terus menangis.
"Baiklah kalau aku salah aku minta maaf," ucap Aran berusaha membuat Veli berhenti menangis.
Veli menatap Aran, rasanya ia tak percaya mendengar kalimat maaf yang di utarakan Aran.
"Sudahlah.....tinggalkan aku sendiri Mas, keluar dari sini. Aku hanya ingin sendiri tolong untuk kali ini mengerti, kali ini saja tolong mengerti aku. Aku hanya ingin sendiri, hiks....hiks....hiks," tangisan Veli masih tak henti, bahkan semakin menjadi-jadi saat mengingat bertapa harga dirinya sebagai wanita sangat rendah sekali.
Veli bukan hanya benci pada Aran saat ini, tapi ia juga benci pada Farhan. Pria yang ia cintai dan ia agukan itu ternyata sama saja memiliki sipat egois tanpa memikirkan perasaan orang lain, harapan hidup bersama pria yang di cintainya itu pupus sudah bersamaan dengan semua fakta yang ia ketahui. Namun hidup dengan Aran pun rasanya hanya duka dan duka saja tanpa ada setitik kebahagian yang tepancar sedikit pun.
"Keluar Mas! hiks....hiks," Veli terus meminta Aran meningkannya sendiri, Aran hendak pergi, namun Veli sejenak menahannya, "Mas, kau mau ceraikan aku kan? Ayo sekarang aku sudah siap. Setelah itu kau baru keluar dari sini dan kita usah tak ada ikatan lagi," kata Veli yang benar-benar tak perduli lagi dengan semuanya.
Aran tersenyum mendengar jawaban Veli.
"Baiklah."
__ADS_1
***
Jangan lupa Vote, ya Kakak semya yang baik hati. Terima kasih.
__ADS_2