Dokter Cantik Milik Ceo

Dokter Cantik Milik Ceo
Episode 77


__ADS_3

Kini keduanya sudah masuk ke kamar Bilmar.


"Besok barang-barang kamu di pindahkan semua ke kamar ini dan sekarang ini kamar saya menjadi kamar kita, dengar!" Kata Bilmar dengan tegas.


"Biasa aja kale," Ketus Anggia, sebab ia tidak suka dengan gaya bicara Bilmar.


"Makanya, ini otak," Telunjuk Bilmar mengenai kepala Anggia, "Di pakek, kenapa kamu bisa jadi dokter sih bego banget," Kata Bilmar.


"Abang ngatain Anggi bego?" Tanya Anggia tak kalah kesal, tampaknya kucing dan anjing akan segera memulai perang lagi.


"Iya, emang kamu bego!" Bilmar menyentil kepala Anggia.


"Anggia lama-lama kesel deh," Anggia menuju pintu tapi dengan cepat Bilmar menahannya.


"Mau kemana lagi?" Tanya Bilmar tanpa melepas tangan Anggia.


"Mau ambil jarum suntik, buat di suntik sama Abang kan Abang bilang Anggi bego, jadi Anggi mau buktiin dengan cara nyuntikin obat bius sama Abang, biar Abang diem," Jawab Anggia dengan wajah kesalnya.


Sementara Bilmar yang takut akan jarum suntik mendadak merinding, mendengar perkataan Anggia.


"Abang becanda kicot jangan marah," Bilmar menarik Anggia dan memeluknya dengan erat. Tak ada lagi rasa takut Bilmar seperti dulu kini ia tanpa beban memeluk Anggia.


Sementara Anggia diam saja ia pun tak menolak sama sekali, menurut Anggia di peluk Bilmar bisa mendapatkan ketenangan.


"Anggia, kamu jangan merasa sendiri lagi ya, sekarang saya suami kamu. Jadi....kamu jangan ada merasa sungkan seperti yang dulu," Bilmar mengecup pucuk kepala Anggia.


"Abang Anggi pengen bobo sambil di peluk boleh nggak?" Tanya Anggia.


Anggia memang sejak lama ingin tidur dan di peluk oleh Ayah dari bayi-bayi yang ia kandung, tapi Anggia menahan karena tidak mungkin ia mengatakannya pada Bilmar.


"Boleh dong," Bilmar mengangkat tubuh Anggia dan membaringkannya di ranjang dengan Bilmar yang juga ikut berbaring di samping Anggia.


"Boleh peluk nggak sih?" Tanya Anggia lagi.


"Boleh, yang lain juga boleh," Jawab Bilmar dengan menaik turunkan alis matanya.


"Ish," Anggia kesal dan langsung memeluk Bilmar dengan perutnya yang membuncit jadi Anggia hanya bisa memeluk sedikit saja.


Malam yang semakin larut Anggia terlelap dalam pelukan Bilmar, perasaan tenang kini ia dapatkan, bahkan aroma tubuh Bilmar juga menjadi salah satu penghantar tidur Anggia dengan lelap. Namun bagaimana dengan Bilmar? Bilmar hanya diam menatap wajah cantik Anggia yang kini di pelukannya, Bilmar menerbitkan senyuman mengingat Anggia kini telah jadi miliknya dan ia pun tidak akan pernah melepas Anggia.

__ADS_1


"Gila kok hawa kamar gw mendadak panas ya," Bilmar mengusap wajahnya kasar berusaha mengendalikan diri, karena matanya yang menatap bibir Anggia merasa sudah tidak kuat lagi untuk menahannya.


Saat Bilmar akan mendekati bibir Anggia, tiba-tiba Anggia membuka mata dan merasa bingung dengan suaminya.


"Abang kenapa?" Tanya Anggia.


"Eh, nggak, nggak papa," Bilmar mendeguk saliva dan berusaha menguasai diri.


"Abang nggak bisa tidur Anggi peluk ya?" Anggia yakin Bilmar belum tidur sebab Bilmar masih terlihat segar, dan ia merasa bersalah sudah membuat Bilmar tidak nyaman, dan ia berusaha menggeser tubuhnya agar menjauhi Bilmar, namun tangan Bilmar menahan hingga Anggia tak bisa pindah menjauh.


"Begini saja ya?" Kata Bilmar penuh harap, Anggia mengangguk, sejenak tatapan keduanya bertemu terlihat pandangan itu sangat dalam, perlahan wajah Bilmar maju mendekat bibir Anggia yang terlihat merah menantang, Bilmar memiringkan tubuhnya agar dapat bibir yang mencapai bibir Anggia, perlahan semakin dekat dan menyentuh.


"Huek," Anggia menutup mulutnya dan turun dari ranjang memasuki ruangan yang ia yakini itu adalah kamar mandi.


"Hueek, hueek," Anggia memuntahkan semua isi perutnya.


Sementara Bilmar yang masih dalam keadaan panas mulai mendudukan tubuhnya, ia kesal karena hampir saja hal yang ia mimpikan terjadi, tapi gagal karena Anggia muntah.


"Apa gw ajak perang aja itu anak gw ya, tar kalau udah lahir udah gede gw timpuk kepalanya. Masih di kandungan udah ngajak perang," Gumam Bilmar, sambil menyusul Anggia ke kamar mandi.


"Hueek, huuekk," Bilmar memijat tengkuk Anggia mungkin bisa membuat Anggia lebih baik. Anggia mencuci wajahnya agar lebih segar, dan ia kembali ke ranjang bersama Bilmar yang memapahnya.


"Nggak," Jawab Bilmar.


"Apa kamu sering mual tengah malam begini?"Tanya Bilmar penasaran.


"Iya," Anggia bersandar di dada Bilmar, ia kembali ingin mencium aroma tubuh Bilmar yang tampaknya kini akan menjadi candu baginya.


"Maaf ya, gara-gara Abang Anggi tanggung semuanya sendiri," Bilmar mengelus pucuk kepala Anggia dengan perasaan bersedih.


"Abang, Anggi pengen di seduh mie instan terus di suapin deh," Kata Anggia.


"Kamu mau di suapin?" Bilmar masih bingung.


"Iya," Jawab Anggia.


"Kok Abang ngerasa Anggi sekarang banyak maunya ya, apa Anggi udah pengen lama? Terus baru minta sekarang?" Bilmar bertanya-tanya dan penasaran.


"Hehehe, iya, boleh nggak sih Abang," Kata Anggia mendongkak menatap Bilmar yang lebih tinggi darinya.

__ADS_1


"Boleh, tapi apa kamu nggak pernah pengen yang lain gitu?" Tanya Bilmar penuh harap menatap wajah Anggia dan ingin kembali mengulangi hal yang tadi sempat gagal, perlahan Bilmar memegang tengkuk Anggia dan ingin ******* bibir itu.


KRUUK.


Terdengar bunyi perut Anggia.


"Abang Anggi lapar," Anggia turun dari ranjang ia ingin segera menuju dapur mencari makanan, sebelum ia benar-benar merasa lapar.


"Ya ampun anak-anak gw beneran cari ribut," Bilmar mengusap kasar wajahnya dan ikut turun juga dari ranjang, menyusul Anggia yang juga sedang berada di dapur.


"Abang kenapa?" Anggia bisa melihat wajah kesal Bilmar dan ia bingung karena keduanya sedang tidak bertengkar.


"Nggak papa," Bilmar mengambil mie instan di tangan Anggia, "Abang buatin, kalau cuman nyeduh mie instan Alhamdulilah Abang bisa," Kata Bilmar.


"Alhamdulilah, padahal Anggi bingung tadinya Abang bisanya apa, soalnya Abang kan nggak bisa papa," Jawab Anggia yang membuat Bilmar semakin kesal.


"Sapa bilang gw nggak bisa papa, bikin lu bunting buktinya gw bisa," Gumam Bilmar.


"Abang ngomong apa?" Anggia tak mendengar jelas ucapan Bilmar hingga ia kembali bertanya


Bilmar diam dan tangannya kembali bekerja agar sang istri segera memakan mie instan buatannya, Bilmar dengan bangga membuat apa yang di minta Anggia, sebab kini bukan lagi seorang Ayah yang sedang menuruti keinginan sang anak, tapi bertambah menjadi sang suami yang menuruti keinginan sang istri.


"Beres deh," Bilmar meletakan mangkuk berisi mie instan buatanya di meja makan.


"Waw," Anggia duduk di kursi meja makan dengan pandangan berbinar.


"Jadikan?" Bilmar tak pernah lepas dari rasa bangganya.


"Iya dong makasih Abang," Anggia tersenyum.


"Makasih doang?" Bilmar mengharap yang lain.


"Terus?" Tanya Anggia bingun.


"Kiss mungkin," Gumam Bilmar.


"Abang bilang apa?" Tanya Anggia bingung.


"Aku cinta pada mu," Kata Bilmar dengan jelas sambil menyendok mie instan buatannya untuk di makan Anggia yang mendadak merasa kenyang karena ucapan Bilmar, yang hanya membuat dadanya kembang kempis.

__ADS_1


__ADS_2