Mendadak Istri

Mendadak Istri
(Ken Series) Aku kan sudah dikhitan


__ADS_3

Suara burung terdengar nyaring bersahutan pagi itu. Seorang anak laki-laki tengah bergelung di dalam selimut dengan masih menggunakan sarung yang sudah di longgarkan. Selimut tebal itu membungkus hampir seluruh tubuh anak laki-laki itu, hingga hanya ujung rambutnya yang terlihat.


Seorang gadis kecil membuka pintu kamar dan berjalan mengendap-endap sambil berjinjit. Dia berjalan ke arah jendela dan segera menyingkap korden serta membuka lebar-lebar jendela tersebut. Gadis kecil tersebut melakukan hal yang sama pada ketiga jendela yang berada pada kamar tersebut sehingga cahaya matahari dan dinginnya udara pagi langsung menerobos masuk ke dalam kamar.


Merasa udaranya terasa semakin dingin, sang anak laki-laki yang tengah bergelung di dalam selimut, malah semakin mengeratkan selimutnya. Gadis kecil itu semakin kesal karena tidak dapat membangunkan sang kakak. Ya, dia adalah Khanza kecil yang tengah berusaha membangunkan Ken pagi itu.




"Kak, ayo dong bangun. Mama sudah menunggu di bawah sama mommy," kata Khanza sambil menarik-narik lengan Ken.


"Hhhhmmm"


"Kok ham hem terus dari tadi," Gerutu Khanza. "Nanti mommy akan bawa speakernya lho kalau kak Ken masih sembunyi," lanjut Khanza sambil berbisik pada telinga Ken.


Mendengar perkataan sang adik, seketika Ken langsung membuka matanya. Benar apa yang adiknya bisikkan. Mommynya akan selalu membawa-bawa speaker alami jika di pagi hari seperti ini. Ken segera beranjak berdiri sambil menyingkap selimutnya. Dia memegangi sarung yang dipakainya untuk sholat subuh tadi dan berjalan ke kamar mandi. 


"Jangan lama-lama Kak, mama sudah lama menunggu dari tadi loh," kata gadis berusia lima tahun tersebut sambil berjalan keluar kamar.


"Hhhhmmmm"


Setelah membersihkan diri, Ken segera menuju meja makan untuk ikut sarapan. Disana sudah ada mommy, daddy, Khanza dan mama. Papa sedang berada di Palembang sejak kemarin.


"Sayang, kamu sudah yakin kan minggu depan berani di khitan?" Tanya sang oma sambil menyuapi Khanza.


"Sudah Ma. Kata teman-teman Ken tidak akan terasa sakit, karena akan di beri obat bius dulu. Benar tidak Dad?" Tanya Ken sambil menoleh ke arah Vanno.


Vanno yang tengah menyuapkan sarapannya ke dalam mulut pun segera mengangguk. "Benar, tidak akan terasa sakit kok. Semakin cepat kamu dikhitan semakin bagus." Jawab Vanno.


Ken mengangguk sambil mengunyah sarapannya. "Teman-teman Ken juga sudah banyak yang dikhitan." Kata Ken.


"Benar sayang, di usiamu seperti ini memang pas jika di khitan." Kata mama.


"Iya Ma. Jika menunggu nanti-nanti, Ken takut tumbuhnya kelamaan, atau bahkan nggak bisa tumbuh dengan baik." Kata Ken dengan santainya sambil memasukkan makanannya


Sontak perkataan Ken membuat Vanno, Retta dan mommy tersentak kaget. Retta yang tengah mengunyah sarapannya pun langsung tersedak. Vanno memberikan minuman kepada Retta. Retta menerimanya dan segera meneguknya hingga tandas. 


Setelahnya, Retta menoleh menatap Ken yang tengah menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya. 


"Apa maksudmu tumbuh Ken?" Tanya Retta. "Siapa yang bilang seperti itu?" Inbuhnya.


Ken menoleh menatap sang mommy. "Kata daddy Mom. Ken harus berani dikhitan, karena masih kecil jd nanti bs segera tumbuh," jawab Ken dengan santainya.

__ADS_1


Retta mendelik menatap Vanno. Sedangkan si tersangka hanya bisa berusaha menelan salivanya dengan susah payah. 


"Bener-bener ya kamu Mas, jangan memberikan pengertian yang salah kepada anak kamu," kata Retta benar-benar geram dengan sang suami. "Mana ada tumbuh itu si belut setelah dikhitan, emang dikira tunas pisang," lanjut Retta sambil mencubit paha Vanno.


"Adduuuhhh sayang, sakit ini lho. Aku hanya bercanda kok. Itu biar Ken tidak takut waktu mau di khitan saja." Kata Vanno sambil mengusap-usap pahanya yang merupakan bekas cubitan sang istri.


Retta masih kesal mendengar jawaban sang suami yang sembarangan. Dia masih menatap Vanno dengan tatapan tajam. Vanno yang mendapat tatapan mematikan dari Retta menciut.


Waahh, benar-benar ini. Ngalamat aku harus ke studio rekaman (baca kamar mandi ya 🤭) sendiri dan solo karir ini. Batin Vanno saat mengetahui sang istri terlihat sangat kesal.


Usai sarapan, Vanno segera mengantar mommynya pergi arisan bersama Khanza. Saat ini memang hari minggu, jadi bisa dipastikan keluarga Vanno akan quality time bersama, meskipun hanya di rumah.


Seusai mengantar sang mommy, Vanno segera kembali ke rumah. Dia ingin membujuk sang istri agar dia tidak harus ke studio untuk solo karir. Namun, ketika sampai di rumah, Vanno sama sekali tidak bisa menemukan sang istri.


"Kemana Retta Bi?" Tanya Vanno pada bi Mar yang saat itu tengah membersihkan meja makan.


Bi Mar menoleh menatap Vanno. "Tadi ke minimarket Den" jawab bi Mar.


"Sama Ken juga?" 


"Iya, tadi si kakak merengek minta ice cream yang banyak. Jadi non Retta mengajaknya ke minimarket agar bisa memilih sendiri." Jelas bi Mar.


"Lalu, Retta naik apa? Mobilnya kok di garasi Bi?" Tanya Vanno.


"Naik motor Den."


Bi Mar masih bekerja di rumah Vanno meski usianya memasuki lima puluh tahun. Vanno dan Retta sudah menganggap bi Mar seperti keluarganya sendiri. 


Vanno melakukan pemanasan sebentar sebelum mulai memainkan bola basket itu. Ketika sedang melakukan pemanasan, terlihat pak Hendrik beserta istri juga tengah lari-lari pagi mengitari komplek perumahan. Rumah mereka agak jauh sebenarnya, tapi pak Hendrik cukup dekat dengan Vanno. Karena perusahaan tempat pak Hendrik bekerja, sering bekerja sama dengan perusahaan yang tengah dipegang oleh Vanno. 


"Di rumah saja mas Vanno?" Tanya pak Hendrik saat sudah berada di depan rumah Vanno.


Vanno yang saat itu tengah melakukan pemanasan pun segera menoleh. Dia melihat pak Hendrik beserta istrinya tengah berdiri di sana. Vanno menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekat.


"Iya Pak, mumpung hari libur. Bisa main di rumah bersama anak dan istri." Jawab Vanno.


Istri pak Hendrik yang tengah memperhatikan Vanno tersenyum genit sambil masih mengamati Vanno.


"Kok main basketnya sendirian, anak dan istrinya kemana?" Tanya istrinya pak Hendrik sambil berusaha menyentuh lengan Vanno.


Vanno yang kaget mendapat perlakuan tiba-tiba dari istri pak Hendrik masih terdiam. Namun, seketika Vanno langsung menjauhkan diri dari istrinya pak Hendrik. Dia merasa risih saat mendapati tatapan mata penuh godaan dari istri koleganya itu.


Belum sempat Vanno menjawab pertanyaan dari istri pak Hendrik, sebuah motor tiba-tiba berhenti di dekat mereka. Ya, Retta dan Ken baru saja kembali dari minimarket yang berada tak jauh dari rumah mereka. 

__ADS_1


Retta melihat ada uler keket yang berusaha menggoda suaminya segera berjalan menghampiri sang suami setelah memarkirkan motornya. Sementara Ken segera masuk ke dalam rumah untuk mengganti kaos olahraganya karena tahu sang daddy pasti akan mengajaknya bermain basket.


"Selamat pagi pak Hendrik. Apa kabar?" Sapa Retta sambil berjalan mendekat.


"Ah, selamat pagi mbak Retta. Saya baik. Dari belanja?" Tanya pak Hendrik ramah.


"Ah, iya Pak. Ini, Ken minta dibelikan ice cream." Jawab Retta.


Istri pak Hendrik semakin menggeser tubuhnya agar berdekatan dengan Vanno. Vanno merasa risih, namun dia tidak bisa menghindar karena pak Hendrik masih mengajaknya ngobrol. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya pak Hendrik beserta istri segera pamit pulang. Sang istri tanpa sungkan malah memberikan senyuman menggoda kepada Vanno saat berpamitan.


Melihat hal itu, Retta merasa sangat kesal. Setelah kedua orang itu tak terlihat lagi, Retta segera berbalik menghadap Vanno.


"Senang digoda uler keket?" Ejek Retta sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Seneng itu squishy nempel-nempel di lengan, hah?!" Lanjutnya.


Mendengar perkataan Retta Vanno hanya bisa menelan salivanya dengan kasar. Dia merasa serba salah. Menjawab akan salah, diam pun tambah salah.


"Bu-bukan begitu sayang." Kata Vanno yang berusaha menjelaskan. "Tadi kan kamu tahu sendiri jika aku tidak ngapa-ngapain." Elak Vanno.


"Iya, kamu memang tidak ngapa-ngapain Mas, tapi di apa-apain. Itu squishy kenapa di tempel-tempelkan di lengan mas Vanno, terus kenapa mas Vanno diam saja?" Tanya Retta.


"A-aku kan sungkan sama pak Hendrik jika pergi sayang." Jawab Vanno.


"Sungkan apa suka?"


"Sungkan, beneran kok." Jawab Vanno.


Retta mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban sang suami. "Awas saja jika mas Vanno macam-macam. Minggu depan ikut dikhitan itu paralon air barengan sama Ken," kata Retta sambil berlalu.


"Hhhaaahhh, aku kan sudah dikhitan sayang. Aku nggak mau jadi uget-uget." 


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Masih ada kah yang menunggu lanjutannya?

__ADS_1


Jangan lupa dukungannya ya, like, comment dan vote.


Terima kasih 🤗


__ADS_2