Mendadak Istri

Mendadak Istri
Side Story MI 2


__ADS_3

Seketika Gitta menghentikan gerakannya untuk meninggalkan sang suami. Dia kembali mendudukkan diri di samping Ken sambil menatap ke arah perempuan yang baru saja menghampirinya.


Kening Gitta berkerut saat menatap perempuan di depannya tersebut. Gitta merasa belum mengenal perempuan yang kini tengah tersenyum malu-malu di dekat Ken. Dia juga merasa belum pernah bertemu dengan perempuan tersebut.


Ken terlihat menghembuskan napas berat sebelum menanggapi perempuan tersebut.


"Kamu apa-apaan sih, Des," gerutu Ken sambil menatap tajam ke arah Desta, perempuan yang menghampiri Ken dan Gitta tersebut.


"Siapa, Mas?" Gitta benar-benar sudah sangat penasaran. Wajahnya pun terlihat menatap Desta dengan tatapan menyelidik.


"Dia…," belum sempat Ken menyelesaikan perkataannya, Desta sudah menyerobot lebih dulu.


"Perkenalkan, aku Desta Kanina, Kak." Desta nampak mengulurkan tangannya ke arah Gitta.


Meskipun ragu, Gitta tetap menyambut uluran tangan Desta. "Gitta," ujar Gitta dengan wajah penuh tanya.


Desta yang menyadari ekspresi Gitta tengah kesal pun hanya bisa terkekeh geli. "Hehehe, jangan cemberut begitu, Kak. Dan, jangan berpikir yang tidak-tidak." Desta masih berusaha menyembunyikan senyumannya.


"Maksudnya?"


"Hehehe, aku ini istrinya Mas Raka, Kak. Rekan kerja Mas Ken. Kami baru menikah empat bulan yang lalu. Saat itu, Mas Ken datang ke pernikahanku seorang diri, Kak Gitta kan baru melahirkan." Desta masih tampak berusaha menyembunyikan senyumannya.


"Eh, kamu istri Pak Raka Hardian?" Gitta benar-benar terkejut mendengarnya.


"Hehehe, iya Kak. Kenapa? Kak Gitta terkejut melihatku?" Desta tersenyum genit ke arah Gitta.


Entah sadar atau tidak, Gitta menganggukkan kepala. Ken yang mendengar obrolan kedua wanita di depannya tersebut hanya bisa menghembuskan napas berat. Sedangkan Desta, tampak kembali terkekeh.


"Selisih usia kami enam belas tahun, Kak. Aku sembilan belas tahun, dan Mas Raka tiga puluh lima tahun."

__ADS_1


"Eh, kok bisa?"


Kali ini, Ken yang menjawab pertanyaan Gitta. "Tentu saja bisa, Yang. Namanya juga sudah jodoh. Dimanapun dan dengan cara apapun, jika sudah jodoh juga pasti ketemu."


Gitta hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu, obrolan mereka berlanjut hingga mama Risma memanggil Gitta untuk menyusui sang putra.


Acara resepsi pernikahan Ken dan Gitta tersebut berakhir hingga selepas makan siang. Seluruh anggota keluarga segera beranjak menuju kamar masing-masing. Tak terkecuali Gitta dan Ken yang juga merasa sangat lelah.


"Kamu ambil Zee dulu deh, Mas," pinta Gitta sambil berjalan memasuki kamar.


"Zee sama Mommy?"


"Enggak. Sama Khanza, Mas."


Ken segera beranjak menuju kamar sang adik. Setelah sampai di depan pintu, Ken segera mengetuk pintu tersebut.


Cukup lama Ken mengetuk pintu kamar Khanza. Namun, dia masih belum mendapatkan jawaban. Ken segera merogoh sakunya dan mencoba menghubungi sang adik. Namun, masih tidak mendapat jawaban. Karena geram, Ken mencoba menghubungi Al.


Pada dering ke tiga, panggilan telepon tersebut terhubung. 


"Hah hah huh huh, emmppphhh, hallo Ken. Ada apa? Aaahhhh."


Ken langsung paham dengan apa yang sedang dilakukan oleh adiknya tersebut. Ken langsung mendengus kesal.


"Kalian dimana?


"Kamar."


"Dimana Zee."

__ADS_1


"Eh, Zee? Aduuhh, Yang. Berhenti dulu. Zee." Al terdengar sedang berbicara di seberang sana.


"Nanggung, Mas. Gerakiinnn." Terdengar suara Khanza memasuki pendengaran Ken.


Ken hanya bisa meraup wajahnya dwngan kasar. Dia sudah benar-benar kesal sekarang.


"Al, buka pintunya sekarang. Biar gue bawa Zee balik ke kamar gue. Setelah itu, lo selesaikan apa yang kalian lakuin."


"Eh, iya. Sebenatar." 


Tut.


Panggilan telepon tersebut langsung terputus. Beberapa saat kemudian, terlihat Al membuka pintu sambil menggendong Zee yang tengah tertidur. Jangan lupakan penampilan Al yang benar-benar membuat otak travelling ke mana-mana. 


Bagaimana tidak, saat itu Al tengah bertelanjang dada. Dia menggunakan celana boxerr, dan dapat dipastikan, tidak pakai apa-apa lagi di dalamnya. Rambut sudah acak-acakan, dengan banyak stempel alami di leher dan dadanya. Ken yang melihat hal itu hanya bisa mencebikkan bibirnya.


"Bisa-bisanya kalian mencemari telinga anak gue dengan suara 'horor' begitu. Awas saja jika nanti anak gue ketularan sifat bar-bar kalian."


Al menaikkan alis sambil menatap ke arah Ken. "Enak saja. Memangnya siapa yang lebih sering mencemari telinga Zee dengan suara-suara 'horor' jika bukan kamu dan Gitta. Jangan salahkan gue dan Khanza jika nanti Zee jadi mewarisi sifat kamu," gerutu Al.


Ken tidak menggubris perkataan Al. Dia langsung melengos pergi sambil menggendong Zee. Al yang melihat hal itu hanya bisa menghembuskan napas berat.


"Dasar, adik kakak kok sama saja. Sama-sama nggak mau ngalah. Hanya bedanya, yang satu nggak mau ngalah di atas ranjang," gumam Al.


"Aku dengar, Mas!"


\=\=\=\=


Anggap cerita ini lanjutan setelah Gitta melahirkan ya, biar tidak bingung.

__ADS_1


__ADS_2