Mendadak Istri

Mendadak Istri
(Ken Series) Jejak


__ADS_3

Pagi itu, Ken dan Gitta segera kembali ke Jakarta. Mereka memilih berangkat lebih pagi agar terhindar dari macet yang berlebihan. Hampir pukul sepuluh pagi mereka sudah sampai di rumah. Gitta segera membersihkan diri, begitu juga dengan Ken.


"Kuliah jam berapa?" Tanya Ken saat mengekori Gitta masuk ke dalam kamar tidur mereka.


"Jam satu siang nanti Mas." Jawab Gitta sambil mengambil pakaian kotor yang ada di keranjang pakaian. Dia berniat mencuci saat itu.


"Nanti aku antar." Kata Ken.


Gitta menghentikan langkahnya untuk berbalik menatap sang suami.


"Mas Ken nggak ke kantor?" Tanya Gitta.


"Enggak ah, sudah kepalang tanggung. Lagian, kemarin juga sudah izin sama om Neo." Jawab Ken sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Gitta melanjutkan langkahnya menuju ruang laundry baju untuk mulai mencuci.


Hari itu, Gitta diantar kuliah oleh Ken. Selama menunggu Gitta kuliah, Ken pergi ke bengkel Axcell, sahabat sang daddy. Dia menunggu Gitta selesai kuliah disana.


Satu minggu sudah berlalu. Hari itu Sabtu, Gitta tidak ada jadwal kuliah. Begitu juga dengan Ken, dia tidak ada jadwal pekerjaan tambahan yang mengharuskan dia pergi ke lapangan. Sejak pagi Gitta sudah bersiap ke butik mommy untuk mempersiapkan gaun pengantin pesanan seseorang. Ken sudah mengekori Gitta dari pagi hari itu.


"Kenapa sih Mas ngikutin terus? Aku mau berangkat ke butik mommy." Kata Gitta sambil mengeringkan rambutnya yang masih sedikit basah.


"Kamu sudah selesai halangannya ya?" Bukannya menjawab Ken malah bertanya balik.


"Iya Mas, dari kemarin sore kan sudah sholat berjamaah juga." Jawab Gitta.


"Baiklah, nanti aku mau jatah, double ya, eh enggak ding, sampek capek." Jawab Ken sambil memeluk Gitta dari belakang.


Gitta langsung menghentikan aktivitasnya mengeringkan rambutnya.


"Sampek capeknya siapa, aku apa mas Ken?" Tanya Gitta sambil menatap wajah sang suami dari kaca yang ada di depannya.


"Tentu saja aku." Jawab Ken sambil membenamkan wajahnya pada ceruk leher Gitta. Sesekali dia menghirup aroma segar yang menguar dari tubuh sang istri yang habis mandi itu.


"Kalau menunggu capeknya mas Ken bisa-bisa tulang-tulangku ceklek kabeh (patah semua) Mas." Jawab Gitta sambil memangunkan bibirnya.


Ken semakin gemas saat melihat sang istri tengah cemberut. Tangannya tak tinggal diam. Kedua tangannya sudah menelusup masuk ke dalam kaos yang dikenakan oleh Gitta. Dicarinya balon tiup kesukaan yang setiap malam memanjakannya. Entah mengapa dia benar-benar sudah candu dengannya.


Menyadari tingkah suaminya yang sudah mulai aktif, Gitta segera meletakkan pengering rambut yang sedari tadi masih dipegangnya.


"Mas, ini tangan kamu ngapain sih?" Tanya Gitta sambil berusaha melepas tangan sang suami yang sudah mulai bekerja di dalam sana.


"Nyicil dulu, pelunasannya nanti malam." Jawab Ken sambil semakin menggencarkan aksinya.

__ADS_1


"Haiiiisshh nyicil. Dikira angsuran apa." Gerutu Gitta sambil masih berusaha menghentikan tangan sang suami yang mulai memainkan jarinya dengan lebih agresif di sana.


"Hu uh. Aku kan sudah puasa dua puluh dua tahun lebih. Baru buka puasa sebentar sudah harus puasa lagi. Jadi sekarang mau nyicil buka puasa." Jawab Ken dengan entengnya.


Gitta mendengus kesal. Mau tidak mau dia mengikuti keinginan sang suami. Gitta melirik jam dinding yang ada di dalam kamar tersebut. Pukul 08:50. Gitta membulatkan mata dan mulutnya saat mengetahui dia sudah sangat terlambat. Gitta segera beranjak dari tempat tidur dan menyambar bajunya yang berserakan tadi. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. 


"Sayang, aku ikut." Kata Ken sambil beranjak dari tidurnya.


Gitta yang sudah sampai di depan pintu kamar mandi pun berhenti dan menoleh menatap wajah Ken.


"Mandi sendiri nanti. Aku sudah terlambat. Jika mas Ken ikut mandi, bisa dipastikan aku tidak akan jadi berangkat ke butik hari ini." Kata Gitta sambil membuka pintu kamar mandi dan menguncinya. Dia harus buru-buru membersihkan diri dan segera berangkat.


Ken tetap memaksa mengantarkan Gitta ke butik hari itu. Dia berdalih tidak punya acara, jadi dia memutuskan akan mengantar Gitta dulu ke butik sebelum mengunjungi studio foto miliknya.


Ken dan Gitta turun dari mobil dan berjalan masuk ke butik dengan sedikit tergesa-gesa. Namun, saat melewati lobi dan hendak menuju lift, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan keberadaan mommy Retta. Seketika Gitta dan Ken menjadi salah tingkah. Apalagi, mereka mendapati tatapan mommy Retta yang tengah menyelidik. Mommy segera meminta Ken dan Gitta untuk pergi ke ruangannya.


"Kalian dari mana?" Tanya mommy begitu sampai di ruang kerjanya.


"Eh, ka-kami dari rumah Mom." Jawab Gitta dengan wajah malu. 


Retta menoleh menatap wajah sang putra yang masih berdiri di samping Gitta.


"Kamu ngapain Gitta sih Ken?" Tanya mommy masih mengamati wajah sang putra.



"Nggak ngapa-ngapain kok tumben panas-panas begini Gitta pakai baju dengan turtleneck seperti itu. Itu pasti untuk menutupi ulah kamu kan?" Tanya mommy masih penuh selidik.



"Eh, i-ini.." Gitta terlihat bingung mencari alasan. Karena memang benar apa yang dikatakan mommy, dia memakai baju itu untuk menutupi jejak sang suami yang sudah memenuhi lehernya. Dia sendiri sampai merasa malu saat melihat jejak bibir sang suami telah memenuhi lehernya.


"Kamu itu, jangan suka mengganggu pekerjaan Gitta. Hari ini dia sibuk sekali. Untung Arini masih bisa menghandlenya tadi pagi. Bagaimana jika sampai dia kerepotan dan pekerjaannya jadi terbengkalai." Kata mommy.


Ken dan Gitta merasa bersalah setelah mendengar penjelasan mommy. Mereka mengucapkan maaf beberapa kali.


"Mommy tidak menyalahkan kalian, mommy justru senang kalian berusaha keras untuk membuatkan mommy cucu. Tapi, minggu ini memang sangat padat pekerjaan yang harus dilakukan oleh Gitta. Jadi, kamu jangan menggoda Gitta terus saat siang hari Ken." Kata mommy.


"Iya." Jawab Ken.


"Iya apa?" Tanya mommy.

__ADS_1


"Iya, aku tidak akan menggoda Gitta di siang hari. Aku akan menggodanya malam hari saja." Jawab Ken dengan santainya.


Gitta sangat malu setelah mendengar perkataan sang suami. Sementara mommy masih menatap wajah putranya dengan kesal.


"Kamu ini persis seperti daddymu." Gerutu mommy.


"Tentu saja aku seperti daddy. Aku kan anaknya Mom, jadi mewarisi gen daddy dong." Jawab Ken dengan bangga.


"Mewarisi gen gesrek kok bangga." Kata mommy sambil mendelik menatap wajah Ken.


"Tapi Gitta suka kok Mom. Dia akan sangat tidak sabaran jika Ken sudah beraksi." Jawab Ken bangga. Gitta, jangan ditanya lagi seberapa malunya dia. Gitta hanya bisa menunduk malu. Dia tidak berani menatap wajah sang mertua.


Retta yang melihat menantunya tengah malu hanya bisa tersenyum. Matanya kembali menoleh menatap wajah sang putra.


"Jangan meninggalkan jejak di tempat yang bisa dilihat oleh orang lain. Kasihan Gitta." Kata mommy.


"Lalu aku harus meninggalkan jejak dimana?" Tanya Ken


"Tanya daddymu!" Jawab mommy.


Ken segera mengambil ponselnya untuk menghubungi sang daddy.


"Dad, bagaimana cara meninggalkan jejak agar tidak terlihat orang lain?" Tanya Ken to the point begitu panggilan sudah terhubung dengan sang daddy.


"Mengambang, jangan menyentuhnya." Jawab Vanno.


"Hhhhaaaahhh?!"


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Lhah, bagaimana caranya jika tidak saling bersentuhan? 🙄

__ADS_1


Jangan lupa dukungannya ya, like, comment dan vote


Thank you 🤗


__ADS_2