
__ADS_3
Ken dan Gitta sampai di rumah setelah makan siang. Sesampainya di rumah, Ken dan Gitta langsung membersihkan diri. Ken merasa ada yang aneh di tubuhnya. Tadi pagi dia merasa sangat tidak nyaman, badannya terasa pegal-pegal semua ditambah dengan rasa mual yang terus terasa. Namun, saat menjelang siang tubuhnya merasa baik-baik saja.
Dia mengingat penjelasan dr. Evi tadi pagi. Ken saat ini tengah mengalami gejala kehamilan simpatik atau Couvade Syndrome. Gejala kehamilan simpatik ini tidak selalu dialami oleh laki-laki yang istrinya tengah hamil muda. Hal ini hanya terjadi pada beberapa kasus.
Syndrome kehamilan simpatik ini biasanya terjadi suami saat awal-awal kehamilan sang istri, biasanya pada triwulan pertama atau triwulan ketiga. Gejala Kehamilan Simpatik yang terjadi pada suami, hampir sama halnya dengan yang terjadi pada sang istri yang sedang mengandung. Para suami ikut merasakan tanda-tanda kehamilan yang biasanya dialami oleh sang istri saat hamil muda, seperti mual, kepala berkunang-kunang, muntah-muntah, kram perut, perut kembung, tidak nafsu makan atau nafsu makan berubah, sakit punggung dan yang lebih parah ada yang sampai malas beraktivitas.
Ken awalnya tidak begitu percaya saat dulu ada salah satu staf di kantornya yang juga mengalami gejala kehamilan simpatik. Menurutnya, itu hal yang tidak masuk akal. Sang istri yang tengah mengandung, tetapi sang suami malah yang merasakan mual dan muntahnya di pagi hari. Namun, saat sekarang dia sendiri merasakannya, Ken jadi mempercayainya.
Gitta membawakan air minum untuk suaminya yang berada di teras belakang. Hari itu Ken memutuskan untuk tidak pergi bekerja, dia akan bekerja dari rumah. Tubuhnya masih berusaha menyesuaikan dengan gejala baru yang dialaminya tersebut.
"Minumnya Mas." Kata Gitta sambil meletakkan minuman yang dibawanya diatas meja.
"Iya, makasih sayang." Jawab Ken sambil mengalihkan pandangan dari laptopnya. "Duduk sini dulu." Kata Ken sambil menarik lembut lengan Gitta hingga dia terduduk disamping Ken.
"Ada apa Mas?" Tanya Gitta.
Bukannya menjawab pertanyaan Gitta, tapi Ken malah menelusupkan kepalanya pada perut Gitta. Dia memberikan kecupan beberapa kali pada perut yang masih rata tersebut.
"Terima kasih sudah ada di sini baby. Jaga diri baik-baik didalam sana. Disini daddy akan menjaga mommy dengan baik juga." Kata Ken sambil mengusap-usap perut Gitta.
Gitta yang mendapat perlakuan seperti itu dari sang suami merasa sangat bahagia. Dulu dia sempat khawatir jika Ken tidak menginginkan anak darinya. Namun, setelah melihat sendiri sikapnya, dia merasa sangat bahagia.
Gitta masih mengusap-usap rambut sang suami yang terus menempel pada perutnya. Bibir Ken tak pernah berhenti memberikan kecupan pada perut Gitta. Saat Ken masih mengusap perut sang istri, terdengar suara ponselnya berdering. Dia segera beranjak untuk meraih ponselnya yang terletak di dekat laptopnya.
Ken melihat sekilas id penelepon sebelum menyambungkan panggilan telepon tersebut.
"Hallo Al." Sapa Ken. Ya, saat itu yang tengah menelepon adalah Al, sang sahabat.
"...."
"Kapan?" Tanya Ken.
__ADS_1
"...."
"Oke. Gue usahain. Lo hati-hati. Jangan lupa kabari gue jika susah sampai Jakarta." Kata Al. Setelahnya, panggilan telepon terputus.
"Kak Al, ya Mas?" Tanya Gitta yang sedari tadi mengamati sang suami.
"Hhhmmm. Al minta untuk ditemani ke rumah Vita." Jawab Ken.
"Kapan?"
"Kemungkinan besok lusa. Besok pagi masih mau berangkat ke Jakarta untuk memindahkan om Andreas ke rumah sakit yang ada di sini." Jawab Ken.
Gitta hanya menganggukkan kepalanya mendengar jawaban sang suami. Setelahnya, dia beranjak ke dalam rumah untuk melanjutkan aktivitasnya. Sedangkan Ken, dia juga kembali menekuni laptop yang ada di depannya.
Malam harinya, Gitta terlihat sedang menonton drakor di lantai bawah. Sementara Ken masih belum pulang. Dia pergi ke rumah daddynya untuk mengambil beberapa berkas kantornya. Gitta masih fokus dengan drakor dan cemilannya saat Ken sudah kembali dari rumah orang tuanya. Dia menenteng dua buah paper bag dan sebuah map di kedua tangannya. Gitta menoleh saat Ken berjalan menuju ruang tengah.
"Apa itu Mas?" Tanya Gitta saat melihat paper bag yang dibawa oleh Ken.
"Ini kue titipan dari mommy." Jawab Ken sambil meletakkan dua buah paper bag di atas meja.
Gitta langsung membuka paper bag tersebut dan segera mencicipinya. Eehhmm, lezat sekali. Batinnya. Entah mengapa moodnya langsung naik saat itu. Ken yang menyadari Gitta sangat senang langsung berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya. Tanpa ragu Ken memeluk Gitta dari samping. Gitta yang mendapat perlakuan dari sang suami entah mengapa menjadi risih. Dia menjadi sangat tidak nyaman saat sang suami menempel pada tubuhnya. Gitta segera menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari tubuh sang suami.
Ken yang bingung dengan sikap Gitta pun langsung mengernyitkan dahinya.
"Kenapa sih Yang?" Tanya Ken.
Gitta menoleh sebentar menatap wajah sang suami. Dia sedikit mengerucutkan bibirnya saat menatap wajah Ken.
"Mas Ken belum mandi ya, bau banget sih." Kata Gitta sambil kembali menatap kuenya.
"Hhaahh, bau bagaimana maksudnya? Aku wangi kok Yang, aku juga sudah mandi dari sore. Kan kamu sendiri tadi yang ambilkan baju gantiku." Jawab Ken tank mengerti.
__ADS_1
Gitta mengingat-ingat sore harinya tadi. Ah, iya benar. Tadi kan aku yang mengambilkan baju ganti untuk mas Ken. Tapi kenapa aku nggak suka dengan bau badannya ya. Gumam Gitta.
Ken yang masih bingung pun berusaha untuk mendekat lagi. Namun, lagi-lagi Gitta beringsut semakin menjauh darinya. Ken menjadi sedikit kesal karenanya.
"Kenapa lagi sih Yang?" Ken hampir frustasi karena sikap Gitta.
Gitta menoleh takut ke arah Ken sambil menggigit bibir bawahnya. Dia juga mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Maaf Mas, aku merasa mas Ken bau sekali." Jawab Gitta lirih.
Ken langsung membulatkan matanya saat mendengar jawaban sang istri. Perasaannya menjadi tidak enak. Dulu di kantor dia pernah mendengar cerita dari teman satu teamnya yang istrinya sedang mengandung. Temannya itu bilang jika sang istri tidak mau di dekatinya sama sekali. Jangankan mendekat, melihat wajahnya pun tidak mau. Alhasil teman Ken tersebut pindah ke rumah kakaknya yang kebetulan hanya berjarak lima rumah dari rumahnya. Namun, ketika sang suami berjauhan, si istri pun menangis merengek kepadanya agar segera pulang.
Ken benar-benar tidak habis pikir saat itu. Namun, kembali dia merasa merinding jika sampai dirinya mengalami hal yang sama.
"Sa-sayang, sudah malam kan ini. Ayo segera tidur." Kata Ken berusaha untuk mengenyahkan pikiran yang tidak-tidak di kepalanya.
Gitta menoleh sebentar menatap wajah sang suami.
"Aku nggak mau tidur sama mas Ken. Aku tidur di sini saja."
Toeennnggg.
.
.
.
.
.
__ADS_1
\=\=\=\=\=
Hayoo, apa yang akan dilakukan Ken kira-kira?
__ADS_2