
__ADS_3
Belum sempat Vita menjawab, terdengar pintu terbuka.
"Sayang, pesanan kamu tidak.…" Suara seorang laki-laki mendadak terputus saat melihat dua orang yang berada di depannya. Ya, dia adalah Gilang. Dia begitu terkejut saat melihat di dalam kamar rawat inap Vita sudah ada Gitta dan Ken. Gilang diam mematung sambil membawa kantong plastik di kedua tangannya.
Seketika Gitta dan Ken memandang ke arah pintu saat kata laki-laki itu membuka pintu. Gitta sangat terkejut melihat Gilang ada di sana. Dan, apa itu tadi, Gilang memanggil sayang kepada Vita? Gitta benar-benar tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi saat ini.
Gitta menoleh menatap wajah Vita dan Gilang bergantian. Dia menatap wajah Vita dengan tatapan tajam.
"Apa maksud semua ini Vit? Jelaskan padaku?" Kata Gitta.
Vita terlihat sedikit pucat. Dia melirik menatap Gilang yang masih berdiri di posisiny. Tak lama kemudian, Gilang berjalan mendekat ke samping Vita. Dia meletakkan kantong kresek yang bawanya pada nakas dan menggenggam tangan Vita. Hal yang dilakukan Gilang tak luput dari perhatian Gitta dan Ken. Mereka masih menunggu penjelasan dari keduanya.
"Biar gue yang jelasin Git." Kata Gilang.
Gitta mengangguk menunggu penjelasan Gilang. Sementara Vita, wajahnya masih terlihat khawatir.
"Sebenarnya, kami sudah saling memendam rasa suka sejak awal semester. Mungkin lo sudah tahu sejak saat itu gue selalu mengejar-ngejar dia. Kami sempat backstreet menjalani hubungan ini hampir dua tahun. Namun, semua berubah sejak beberapa bulan yang lalu orang tua Vita menjodohkan dia dengan orang lain. Vita tidak mungkin menolak perjodohan ini. Dia sangat menghormati orang tuanya. Dia memutuskan hubungan dengan gue. Sejak saat itu, dia selalu menghindar dari gue." Kata Gilang.
Gitta dan Ken terkejut mendengarnya. Gitta menoleh menatap wajah Vita yang terlihat bersalah karena menutupi hal iti dari Gitta.
"Jadi karena itu, lo minta tolong ke gue waktu di rest area itu?" Tanya Gitta.
"Iya. Sorry, gue benar-benar sudah hopeless waktu itu. Gue hampir putus asa." Jawab Gilang.
"Dan, kamu merahasiakan semua ini dariku selama ini Vit? Kamu nggak menganggap aku sebagai sahabatmu?" Kata-kata Gitta terasa menusuk hati Vita.
Vita menatap wajah Gitta sambil berurai air mata. Dia menggeleng dengan cepat untuk membantah tuduhan Gitta.
"Maafkan aku Git, hiks hiks aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan semua ini. Hiks." Kata Vita sambil terisak. "Aku hanya berpikir, aku tidak ingin berpacaran dulu saat sahabatku tengah berjuang untuk bertahan hidup. Hiks hiks. Maafkan aku Git, bukan maksudku untuk membohongimu." Lanjut Vita masih terisak.
Gitta yang mendengarnya menjadi luluh. Memang benar saat dia berjuang untuk bertahan hidup, hanya Vita yang selalu ada untuknya. Sahabatnya sejak SMA. Vita yang selalu ada untuknya, meskipun teman-temannya jarang ada yang mau berteman dengannya. Vita juga yang selalu menjadi pendengarnya saat paman dan bibinya memarahinya. Bahkan, Vita juga yang memberikan tumpangan tempat tinggal sementara sebelum dia menemukan kos-kosan.
Gitta segera memeluk Vita yang masih terisak. Dia ikut terisak setelahnya.
"Maafkan aku Vit, maafkan aku. Aku yang salah. Aku yang tidak bisa mengetahui keinginan hatimu. Aku yang terlalu tidak peduli dengan perasaanmu. Maafkan aku. Hiks hiks." Kata Gitta.
"Kamu tidak salah Git. Aku memang yang menyembunyikan ini dari semuanya." Kata Vita.
Setelah beberapa saat kemudian, Gitta melepaskan pelukannya. Dia beralih menatap Gilang yang masih berdiri di samping Vita.
"Maafin gue ya Lang. Gue benar-benar tidak tahu jika ceritanya seperti ini." Kata Gitta.
Gilang tersenyum mendengarnya. "Iya, maafin gue juga ya Git buat lo kesel selama berbulan-bulan ini." Jawab Gilang sambil terkekeh. Kemudian, netranya beralih menatap Ken yang masih berdiri tak jauh dari Gitta. "Dia siapa Git?" Tanya Gilang.
Seketika Gitta menoleh menatap Ken yang masih berdiri beberapa langkah di belakangnya. Gitta sedikit mundur untuk meraih tangan Ken dan menariknya agar mendekat ke arahnya.
"Kenalin, ini mas Ken. Suamiku?" Kata Gitta.
Seketika mata dan mulut Gilang membesar. "Dia suami lo? Berarti yang waktu kita bertemu di rest area itu kalian sudah menikah?" Tanya Gilang.
__ADS_1
Gitta menggeleng pelan sebelum menjawab.
"Belum. Kami belum menikah saat itu." Jawab Gitta. "Kami menikah keesokan harinya." Jawab Gitta.
"Kok bisa kamu menikah secepat ini Git? Kalian sudah saling kenal sebelumnya? Kalian pacaran?" Tanya Vita.
Hhhhhh. Gitta menarik napas panjang dan menghembuskannya sebelum menceritakan semuanya. Gitta menceritakan awal mula kejadian hingga berakhir dengan pernikahannya dengan Ken. Gilang dan Vita yang mendengarnya sangat terkejut.
"Jika kalian terpaksa menikah saat itu, lalu kenapa kalian masih melanjutkannya? Bukannya kalian tidak saling mencintai?" Tanya Gilang.
"Kami menginginkan pernikahan satu kali seumur hidup. Kami juga sudah saling ikhlas dan saling menerima dengan pernikahan ini. Jadi, kami tetap melanjutkan pernikahan ini. Toh pernikahan ini sudahbsah secara hukumndan agama." Kali ini Ken yang menjawab.
Gilang dan Vita mengangguk mengiyakan. Mereka sama-sama berdo'a agar pernikahan Ken dan Gitta langgeng sampai maut memisahkan.
"Lalu, bagaimana dengan rencana perjodohan kamu Vit?" Tanya Gitta.
Vita menggelengkan kepalanya. Dia sendiri masih bingung bagaimana cara menolak rencana itu.
"Kamu sudah pernah bertemu dengan orang yang akan dijodohkan denganmu?" Kali ini Ken yang bertanya.
Kembali Vita menggelengkan kepalanya. Dia juga menjelaskan bahwa dia sama sekali belum pernah bertemu atau berkomunikasi dengan orang yang akan dijodohkan dengannya. Vita bahkan jarang pulang ke rumah orang tuanya semenjak rencana perjodohannya disepakati. Dia lebih suka tinggal di kontrakan saudaranya.
Gitta melirik wajah Ken sekilas sambil tersenyum. Ken menghembuskan napasnya, seolah mengerti maksud tatapan Gitta. Setelah beberapa saat kemudian, Gitta dan Ken segera pamit.
Sementara itu, di dalam mobil Gitta segera meminta bantuan Ken.
"Hhhmmm."
"Mas Ken bisa bantu Vita nggak?" Tanya Gitta.
Ken menoleh sebentar sebelum menjawab pertanyaan Gitta.
"Aku tidak bisa janji. Nanti coba aku pikirkan caranya." Jawab Ken.
"Iihhh baik banget suami aku ini. Emeessshhh deh." Kata Gitta sambil mencubit pipi Ken. "Thanks ya mas imam." Lanjut Gitta.
Seketika Ken menoleh menatap wajah Gitta dengan tatapan tajamnya.
"Siapa itu imam?" Tanya Ken.
"Ya mas Ken dong. Mas Ken kan imamku." Jawab Gitta sambil memberikan satu kecupan di pipi kiri Ken.
Cup.
Seketika bibir Ken tertarik. Dia menoleh sekolas menatap Gitta.
"Kamu sudah benar-benar berani ya sekarang menggodaku?" Kata Ken.
Gitta yang tersadar dengan ulahnya langsung menegakkan posisi duduknya.
__ADS_1
"Ti-tidak kok Mas. Bukan begitu maksudku. Aku kan cuma bahagia karena mempunyai suami yang sangat baik." Jawab Gitta.
"Benarkah?" Tanya Ken.
"Tentu saja benar." Jawab Gitta.
Ken tersenyum mendengar jawaban sang istri.
"Suami yang baik, berarti juga memiliki istri yang baik juga dong?" Kata Ken sambil menoleh ke arah Gitta dan tersenyum smirk.
Gitta merinding melihat senyuman suaminya.
"Mak-maksudnya apa Mas?" Tanya Gitta.
"Kamu lupa tadi jika kamu masih harus bertanggung jawab?"
Seketika Gitta mengingat peecakapannya dengan Ken tadi saat berangkat ke rumah sakit.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan." Tanya Gitta.
"Ya tentu saja membantu menjinakkan Kj." Jawab Ken.
"Tapi aku kan datang bulan Mas."
"Kamu bisa menggunakan yang lainnya." Jawab Ken.
"Ap-apa?"
"Seluruh anggota tubuh kamu." Jawab Ken sambil tersenyum dan menaik turunkan alisnya.
"Hhhaaaahh?!"
.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Masih adakah yang menunggu lanjutannya?
Jangan lupa like, comment dan vote ya
Thank you 🤗
__ADS_1
__ADS_2