Mendadak Istri

Mendadak Istri
Extra Part 10


__ADS_3

Sore itu setelah semua urusan selesai, Ken memutuskan langsung kembali ke Surabaya bersama mang Kusno. Dia memutuskan tidak mau menginap karena besok adalah weekend. Ken akan mengajak istri dan putranya untuk jalan-jalan.


Menjelang pukul sebelas malam, Ken sudah sampai di rumah. Dia dan mang Kusno sempat berhenti untuk makan malam tadi. Terlihat suasana rumah papanya itu sangat sepi. Mungkin, semua orang sudah beristirahat. Batin Ken.


Ken segera melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Dia mengetuk pintu yang segera dibukakan oleh asisten rumah tangga. Ken berjalan masuk menuju kamarnya. Namun, langkah kakinya terhenti saat netra matanya melihat ruang kerja sang daddy terbuka. Ken memutuskan untuk melihat ke sana.


"Dad?" Sapa Ken saat melihat sang daddy masih membolak balikkan beberapa kertas di depannya.


Daddy Vanno yang mendengar panggilan Ken langsung mendongakkan kepalanya.


"Lhah, jadi pulang? Daddy kira kamu menginap di sana." Kata Daddy Vanno.


"Nanggung besok weekend, Dad." Jawab Ken sambil berjalan mendekat dan menggeser kursi di depan meja kerja daddy Vanno.


Daddy mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.


"Lalu, bagaimana hasilnya?" Tanya daddy Vanno.


"Bagus, Dad. Semua berjalan lancar. Perizinan dan negosiasi pembelian lahan warga juga berjalan sangat lancar. Namun, akses menuju lokasi itu masih jelek Dad, mungkin pihak kita bisa bekerja sama dengan pemerintah setempat." Kata Ken.


Daddy Vanno mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan pemikiran sang putra.


"Benar apa yang kamu katakan. Nanti coba akan daddy diskusikan dengan pihak pengembang." Kata Daddy Vanno.


Ken mengangguk mengerti. Dia melirik beberapa file yang ada di depannya. Matanya menyipit saat melihat beberapa laporan itu yang menggunakan bahasa Inggris. Tidak biasanya laporan-laporan itu menggunakan bahasa asing, kecuali jika itu laporan dari perusahaan yang ada di luar negeri.


"Ini laporan dari siapa Dad?" Tanya Ken.


"Dari Marc Vissien. Perusahaan di Dubai terlihat sudah tidak sehat. Banyak yang mencoba melakukan kecurangan. Daddy akan mengumpulkan informasi selama seminggu kedepan. Kita akan mengetahui detail permasalahannya setelah itu. Setelah dapat, baru kita bisa mengambil tindakan." Kata Daddy Vanno.


Ken mengangguk-angguk mengiyakan. Jika menyangkut GC, dia tidak akan berani ikut campur, tepatnya belum berani. Dia belum berani menjadi segarang daddynya. Sang daddy benar-benar mewarisi sifat papanya. GC, dibawah kepemimpinan daddy Vanno berkembang sangat pesat. Bahkan, perusahaan otomotifnya sudah merambah Eropa Barat. 


"Daddy akan turun tangan sendiri?" Tanya Ken.


"Iya, tentu saja. Setelah semua laporan daddy terima, daddy akan turun tangan sendiri. Terlalu lama jika kita menyerahkan kepada David." Jawab daddy Vanno sambil memeriksa kembali beberapa file yang ada di depannya.


Ken mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.


"Aku siap membantu daddy." Kata Ken.


"Bagus. You're my best son." Jawab daddy.


"Sudah malam Dad, istirahat dulu. Jangan terlalu dipaksa. Kesehatan lebih penting." Kata Ken.


Daddy Vanno menoleh menatap jam dinding yang ada di ruang kerjanya. Matanya membulat sempurna saat melihat jam dinding tersebut.


"Lhah, kok sudah hampir jam sebelas. Tadi daddy bilang akan menemui mommy kamu jam sepuluh. Waduh, bisa-bisa daddy nggak dapat jatah ini. Ken, bereskan file-file ini. Daddy ke kamar dulu." Kata daddy Vanno sambil berjalan terburu-buru menuju kamarnya.

__ADS_1


Ken yang melihat tingkah sang daddy hanya bisa melongo. Dia selalu heran dengan sikap sang daddy. Jika di kantor daddynya akan berubah menjadi sosok yang sangat disegani. Namun, jika di rumah bersama sang mommy, daddynya akan berubah menjadi salah satu spesies bucin tingkat akut. 


Ken hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kedua orang tuanya. Dia segera berdiri untuk merapikan file milik daddy Vanno.


Tak berapa lama kemudian, Ken sudah selesai dan segera beranjak menuju kamar tidurnya. Dia berjalan pelan-pelan agar tidak mengganggu tidur sang istri dan putranya. Ken tersenyum melihat istri dan putranya tengah tidur terlelap. Dia langsung beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.


Sekitar lima belas menit kemudian, dia sudah selesai dan beranjak menuju tempat tidurnya. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat sang istri tengah menyusui baby Z. Gitta juga terkejut melihat Ken sudah berada di dalam kamarnya.


"Lho, kapan pulang Mas?" Tanya Gitta sambil berbisik.


"Ini baru pulang terus bersih-bersih." Jawab Ken sambil beranjak ke atas tempat tidur. "Dia bangun?" Tanya Ken.


"Hhhmmm, haus. Sebentar lagi juga akan kembali tidur lelap." Jawab Gitta.


"Setelah ini, gantian aku ya Yang." Kata Ken sambil tersenyum dan menaik turunkan alisnya.


Gitta langsung membuka matanya dengan lebar.


"Mas Ken kan baru pulang, masih capek. Istirahat dulu gih. Besok masih bisa." Jawab Gitta. Bukannya dia tidak mau menuruti keinginan sang suami. Gitta hanya tidak mau Ken tambah capek.


Tapi mana ada keturunan Vanno capek untuk urusan iya-iya. Semua capeknya bakal langsung hilang, mabur kanginan, wuusss amblas.


"Nggak capek Yang. Lihat ini sudah tegang maksimal lihat balon tiup yang di sedot-sedot Zee." Kata Ken sambil mere*mas balon tiup Gitta yang satunya.


"Eh, jangan ganggu dulu. Anak kamu bangun nanti Mas." Kata Gitta sambil mendelik.


Sepuluh menit kemudian, Gitta segera memindahkan baby Z ke dalam box bayinya. Tidak mungkin dia membiarkan sang putra tidur diatas tempat tidur, sementara daddynya akan menggarap mommynya. 


Belum sempat Gitta berbalik, Ken sudah lebih dulu menggendong Gitta ke tempat tidur.


"Maasss, kamu ih. Nggak sabaran banget." Gerutu Gitta karena terkejut.


"Biarin. Aku nggak tahan Yang, lihat nih sudah tegang banget." Kata Ken memelas sambil menggesek-gesekkan tower alaminya pada paha Gitta.


"Dasar, lihat anak sendiri minta nutrisi sudah langsung on. Bagaimana jik eemmppphhhh…" belum sempat Gitta melanjutkan perkataannya bibirnya sudah di bungkam oleh Ken.


Tangan nakal Ken juga sudah mulai menjamah kedua sumber nutrisi baby Z. Bahkan, kini baju tidur bagian depan Gitta sudah sangat basah karena ulah sang suami.


"Eemmpppphhh Masssshhh, lepas dulu ih." Kata Gitta sambil mendorong tubuh Ken agar menjauh. Ken hanya bisa menuruti keinginan sang istri.


"Tuman kamu Mas, basah semua ini. Lagian nggak sabaran baget sih." Kata Gitta sambil melepas baju tidurnya dengan dibantu oleh Ken.


"Tentu saja nggak sabar Yang. Sudah kedinginan ini, mau yang anget-anget." Kata Ken sambil mendorong kembali tubuh Gitta setelah berhasil melucuti semua penutup pada tubuh Gitta.


"Aaahhh Maassssh, jangan kampanye terushh ihh, kapan coblosannya inihh eeuughhhh." Racau Gitta.


"Sabar Sayang, nanti juga ada waktunya." Jawab Ken sambil masih sibuk berkampanye di seluruh bagian tubuh Gitta.

__ADS_1


Karena sudah tidak sabaran lagi, Gitta segera mendorong tubuh Ken dan mulai mengambil alih kendali.


"Kesuwen panggah kampanye ae. Selak garing tintane. (Kelamaan jika tetap kampanye terus. Keburu kering tintanya)." Kata Gitta sambil melakukan seperti yang reader bayangkan.


Malam itu, kegiatan kampanye langsung diakhiri oleh Gitta. Ken hanya bisa pasrah dengan perlakuan sang istri. Setelah cukup lama bertempur, Ken dan Gitta langsung merebahkan diri. Mereka saling berebut oksigen karena aktivitas yang melelahkan. Tak berapa lama kemudian, mereka kembali terlelap.


Keesokan harinya, Ken mengajak Gitta dan baby Z untuk jalan-jalan ke taman kota. Mereka ingin menikmati udara Surabaya pada pagi hari. Mommy dan daddy memutuskan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk relasi bisnis daddy.


 "Pak Ken, benarkah ini anda?" Sapa sebuah suara dari arah samping Ken dan Gitta yang sedang mendorong kereta bayi baby Z.


Sontak Ken dan Gitta menoleh ke arah sumber suara.


"Ah, pak Wisnu. Anda di Surabaya juga. Apa kabar?" Sapa Ken sambil mengulurkan tangannya.


"Alhamdulillah baik. Saya sedang menemani istri saya dirawat di rumah sakit. Ini saya sedang jalan-jalan sambil mencari sarapan. Hehehehe." Kata pak Wisnu sambil tertawa.


"Ah, istri anda sedang sakit Pak? Sakit apa?" Tanya Ken.


"Biasalah, jika kecapekan sering ngedrop." Jawab pak Wisnu. Dia tidak mau menceritakan penyakit sang istri yang sebenarnya.


Kemudian, netra mata pak Wisnu beralih pada Gitta yang tengah berdiri di samping Ken. Seketika raut wajah terkejut tampak pada wajah pak Wisnu.


"Gitta?! Kamu Gitta kan?!"



Salam kecup cium basah dari baby Z aunty dan uncle


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Lhah, kok pak Wisnu kenal dengan Gitta ya? 🤔


Mohon dukungannya ya, klik like, komen dan vote


Untuk mengetahui kapan up dan karya terbaru, bisa follow ig othor @keenandra_winda


Thank you

__ADS_1


__ADS_2