
__ADS_3
"Nanti malam mas Ken tidur di luar ngeloni Nyedit. Itu hukuman mas Ken saat pegang-pegang si ngket-ngket tadi." Kata Gitta sambil melengos.
"Yah, masa kamu tega sih Yang. Aku kan nggak salah. Itu si ngket-ngket yang godain tadi. Nanti tidur sama kamu ya, ya, ya." Kata Ken memelas.
Gitta mencebikkan bibirnya sambil memutar tubuhnya. Dia tidak mau melihat sang suami. Khanza yang melihat tingkah kakak dan kakak iparnya hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Saat sedang tertawa, tiba-tiba sebuah ciuman mendarat pada pipinya.
Cup
Sontak Khanza terkejut dan menghentikan tawanya seketika. Dia menoleh menatap si pelaku. Senyum langsung terbit pada bibirnya saat melihat sang suami lah pelakunya.
"Lagi ngobrolin apa kok sampai tertawa seperti itu?" Tanya Al sambil menggeser kursi di samping sang istri.
"Ehm, itu Kak. Kak Ken buat ulah, jadi dapat hukuman deh dari kak Gitta." Jawab Khanza sambil tersenyum menatap wajah kakaknya. Sementara Ken yang mendengar jawaban Khanza langsung mendelik ke arah sang adik.
"Enak saja bilang aku buat ulah. Itu si ngket-ngket yang cari gara-gara. Aku sih ogah cari gara-gara. Hukumannya beeeuuhhh, nggak kuat." Jawab Ken sok mendramatisir.
Al yang tertarik dengan jawaban sang sahabat sekaligus saudara ipar langsung bertanya.
"Memang hukumannya apa?" Tanya Al.
"Nanti malam tidur dengan Nyedit." Kali ini Khanza yang menjawab pertanyaan Al.
"Nyedit kucing mommy?" Tanya Al pada Khanza.
"Iya."
"Hahahaha. Kasihan sekali kamu Ken. Mana musim hujan begini, dingin-dingin euyy." Kata Al sambil ikut tertawa.
Ken yang mendengarnya semakin kesal. Dia kembali merajuk kepada sang istri. Pokoknya, harus berhasil. Begitu pikir Ken.
Akhirnya, setelah bujuk rayuan maut Ken, Gitta mengizinkan Ken tidur dengannya malam ini. Namun, dengan catatan dia harus berendam untuk membersihkan diri dari sentuhan ngket-ngket tadi. Ken pun mengangguk menyetujuinya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, Gitta sudah mulai mendekati hari untuk melahirkan. Perkiraan dokter, Gitta akan melahirkan sekitar tiga sampai sepuluh hari ke depan. Hampir semua orang terlihat siaga. Ken, mommy, dan Khanza tak kalah khawatirnya.
Khanza bahkan langsung pergi ke rumah mommy setelah pulang kuliah. Dia akan pulang ke rumahnya bersama Al setelah Al menjemputnya pada saat pulang dari rumah sakit.
Malam itu, Gitta tengah duduk di kursi ruang tengah. Ken tengah berdiskusi masalah pekerjaan dengan daddy di ruang kerja. Proyek baru mereka akan dimulai tiga bulan lagi. Jadi, mereka harus bekerja sedikit lebih keras lagi, mengingat waktunya sudah semakin sedikit.
Mommy berjalan ke arah Gitta sambil membawa segelas susu untuk Gitta.
"Terima kasih Mom." Kata Gitta sambil menerima gelas berisi susu tersebut dari mommy. Dia merasa sangat bersyukur masuk di keluarga ini karena semua orang menyayanginya.
__ADS_1
"Sama-sama Sayang. Bagaimana cucu mommy? Dia masih aktif bergerak?" Tanya mommy.
Gitta meletakkan gelas berisi susu yang masih setengahnya itu di meja kecil di sampingnya, kemudian berbalik menghadap sang mertua.
"Iya Mom. Adik aktif banget, gerak-gerak terus." Kata Gitta sambil mengusap perutnya yang sudah membuncit.
"Alhamdulillah, mommy sudah nggak sabar untuk bertemu dengannya." Kata mommy sambil ikut mengusap perut Gitta.
Tak lama kemudian, Ken keluar dari ruang kerja daddy. Dia mengajak Gitta untuk segera beristirahat. Gitta dengan bantuan Ken segera pamit kepada mommy untuk beristirahat.
Lima hari berselang, Ken sedang membantu Gitta turun dari tempat tidur. Pagi itu, Gitta sudah merasakan kontraksi ringan pada perutnya setelah semalam dirinya berolahraga bersama dengan Ken. Namun, dia tidak memberitahukannya kepada Ken karena menurut Gitta, ini masih konstraksi ringan.
"Hari ini ada meeting Mas?" Tanya Gitta sambil memakaikan dasi pada leher sang suami.
Ken menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada. Aku hanya akan memeriksa beberapa persiapan untuk kerjasama dengan klien bulan depan. Ada apa? Kamu ingin aku di rumah saja?" Tawar Ken.
Gitta menggeleng cepat sebagai jawabannya. Dia masih belum yakin dengan apa yang dirasakannya. Lagipula, ada mommy di rumah. Jadi, Gitta tidak terlalu khawatir.
"Nggak usah Mas. Mas Ken ke kantor saja. Nanti jika aku butuh mas Ken, aku akan segera menelepon." Jawab Gitta.
Setelahnya, Gitta dan Ken segera pergi ke ruang makan untuk sarapan. Sudah ada mommy dan daddy menunggu di sana. Gitta masih bisa sarapan pagi itu. Konstraksi pada perutnya sudah menghilang saat itu. Hingga selesai sarapan, dia masih tidak merasakan apa-apa.
Saat Gitta hendak berdiri dari kursi, tiba-tiba dia merasakan perutnya sangat sakit. Dia seperti tidak kuat berdiri. Rasa sakitnya bahkan terasa sampai punggung.
Aaarrgghhhh
Gitta berteriak tertahan. Seketika mommy yang berada di dapur langsung berlari ke ruang makan. Mommy melihat Gitta kesakitan semakin panik. Mommy langsung berusahan menenangkan Gitta sambil menelepon Ken dan daddy yang masih belum jauh dari rumah.
Sepuluh menit kemudian, terdengar suara teriak-teriak dari luar. Ternyata suara Ken yang sudah ribut di luar. Dia langsung berlari menuju tuang tengah dimana Gitta sudah berada di sana bersama sang mommy.
"Mom, bagaimana ini? Apa sudah mau melahirkan? Sayang, mana yang sakit? Kita ke dokter sekarang ya? Dad, tolong telepon dokter Evita. Mom, barang-barang keperluan Gitta?" Ken berteriak-teriak panik sambil mengusap-usap perut Gitta.
Mommy yang gregetan dengan tingkah sang putra langsung menjitak kepala Ken.
"Jangan nambah-namabahi orang panik." Kata mommy. "Segera bawa Gitta pelan-pelan ke mobil. Mommy akan mengambil barang-barang kebutuhan Gitta" Lanjut mommy.
Ken yang masih panik pun mengiyakan perintah sang mommy. Namun, saat Gitta melihat tangan Ken yang gemetar, dia merasa takut sendiri.
"Eh Mas, aku lebih baik jalan saja. Biar pembukaannya cepat." Kata Gitta. Tidak mungkin dia mengatakan takut dibopong Ken.
Ken langsung mengangguk mengiyakan. Dia membantu Gitta berjalan ke mobilnya. Ken bahkan tidak mempedulikan saat lengannya diremas oleh Gitta saat menahan rasa sakit.
Beberapa saat kemudian, mommy juga sudah memasukkan semua barang kebutuhan Gitta ke dalam mobil daddy. Mommy ikut ke dalam mobil Ken untuk membantu menenangkan Gitta. Selanjutnya mereka segera berangkat menuju rumah sakit.
__ADS_1
Mommy beberapa kali mengomel kepada Ken karena menyetir dengan sangat cepat. Ken tidak sadar dengan kecepatan mobilnya karena terlampau panik. Ini pertama kalinya bagi Ken menghadapi situasi seperti ini.
Tak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai di rumah sakit. Daddy sudah menelepon dokter Evita tadi sebelum berangkat. Jadi, begitu Gitta sudah sampai di rumah sakit, Gitta langsung bisa diperiksa oleh dokter Evita.
Al yang memang tengah berada di rumah sakit, langsung menghampiri Ken saat melihatnya melintas.
"Sudah mau lahiran?" Tanya Al pada Ken.
"Iya. Aduuhh, gue panik banget Al." Jawab Ken.
"Tenang. Rileks jangan panik. Jika lo panik, kasihan Gitta akan semakin panik nanti." Kata Al.
Ken segera mengangguk mengiyakan.
"Gue akan telepon Khanza dulu. Dia ada jadwal satu mata kuliah hari ini." Kata Al langsung mengambil ponselnya.
Ken mengikuti Gitta ke ruang persalinan. Sementara mommy dan daddy harus menunggu di luar ruangan. Saat itu, dokter Yudith melintas dihadapan daddy dan mommy.
"Gitta sudah mau melahirkan?" Tanya dokter Yudith.
"Eh, iya Dok. Ini baru masuk ruang bersalin." Jawab mommy.
Dokter Yudith mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian dia menoleh menatap wajah Vanno.
"Sudah mau punya cucu, apa masih mau nambah anak lagi Van?"
.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Sebentar lagi end ya, tapi jangan khawatir nanti akan ada extra part. Untuk extra part, nanti lebih banyak menceritakan tentang Khanza dan Al.
Mohon dukungannya ya, like, komen dan vote
Untuk informasi kapan up dan karya baru, silahkan follow ig othor @keenandra_winda
Thank you 🤗
__ADS_1
__ADS_2