
__ADS_3
Part 67
Retta menyipitkan matanya untuk mengintip siapa sosok laki-laki yang telah merencanakan untuk menculiknya.
Suara langkah kaki berjalan mendekatinya. Suara langkah sepatu itu semakin mendekat. Retta yang meringkuk dengan posisi sedikit membelakangi pintu merasa kesulitan untuk mengetahui sosok laki-laki tersebut.
Ketika laki-laki itu sudah mendekati Retta, dia menendang kaki Retta dengan sangat keras. Hal itu langsung membuat Retta membuka mata sambil meringis kesakitan. Dia membuka mata dan menoleh ke arah laki-laki itu. Dan, betapa terkejutnya Retta ketika mengetahui laki-laki yang ada di depannya.
"Pa-pak Andi?!" Retta sedikit mengeraskan suaranya karena terkejut.
Laki-laki itu tersenyum mengejek kearah Retta. Dia kembali melayangkan tendangan pada kaki Retta berkali-kali.
Retta hanya bisa menangis merasakan sakit pada kakinya yang terikat. Sekitar mata kakinya bahkan mengucurkan darah segar yang menimbulkan rasa nyeri pada kaki Retta.
Andi berhenti ketika Retta terus memohon sambil terisak menahan perih pada kakinya.
"Ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang keluarga suamimu lakukan!" teriaknya.
Retta masih menangis terisak. Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena kedua tangan dan kakinya terikat.
"Hiks, hiks, ap-apa salah keluargaku?, hiks hiks," tanya Retta ditengah-tengah isakannya.
__ADS_1
Hahahaha. Suara tawa Andi menggelegar di ruangan itu. Dia berjalan mendekat dan berjongkok di depan Retta. Dia mencengkeram rahang Retta dengan keras.
"Kamu mau tahu apa salah keluargamu hah?!" tanya Andi sambil mendorong wajah Retta. "Mereka telah menghancurkan kehidupan keponakanku. Mereka bahkan memburunya hingga ke ujung dunia," lanjutnya.
Retta menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia tidak mengerti dengan perkataan Andi.
"Apa maksudmu?" tanya Retta sambil masih merasa kesakitan pada kakinya.
"Cih, pura-pura tidak tahu," kesal Andi. "Aku tahu keluarga suamimu pasti sudah menceritakan kejadian masa lalu yang menimpa Vanno dan adiknya" lanjutnya.
Retta memandang Andi dengan tatapan nanar. Dia merasa sangat geram ketika mengingat masa lalu yang menimpa keluarga suaminya. Melihat Retta yang menghujamnya dengan tatapan nanar, Andi mendekatinya dan mencengkeram rahangnya dengan keras.
Retta berusaha duduk sambil meringis menahan sakit. Ketika melihat Retta yang berusaha duduk, Andi langsung mendorongnya hingga kepalanya membentur lantai dengan lumayan keras.
"Tidak usah macam-macam!" bentak Andi kepada Retta. "Aku akan memancing suami dan keluargamu agar kesini. Aku akan menghabisi kalian semuanya di sini" kata Andi sambil berjalan keluar ruangan.
Retta yang merasa sedikit pusing karena benturan pada kepalanya berusaha untuk menoleh mengikuti pergerakan Andi.
"Jaga dia baik-baik!" perintah Andi pada Aris dan saudaranya. "Nanti sore aku akan kembali lagi kesini membawa seseorang. Pastikan dia tidak berbuat ulah dan kabur. Jika itu terjadi, aku pastikan ayah dan keluargamu yang lain akan menerima konsekuensinya" lanjutnya.
Setelah memberikan perintah, Andi segera pergi dari bangunan tua itu. Dia mengendarai mobilnya menjauh dari hutan itu menuju kota untuk menemui Angela.
__ADS_1
Sepeninggal Andi, Mitha dan Aris segera menghampiri Retta. Mereka bergidik ngeri ketika melihat kondisi kaki Retta yang penuh memar dan darah. Mitha segera berlari mengambil kotak obat yang ada di dalam tas ranselnya. Dia segera membersihkan darah yang mengalir dari kaki Retta dan segera memberikan pertolongan pertama.
Sementara itu, di lantai bawah terjadi kegaduhan. Aris dan Mitha saling menoleh dan segera membereskan peralatan obat yang mereka gunakan. Mereka khawatir jika Andi datang kembali.
Ketika hendak beranjak dari tempatnya, Mitha dan Aris dibuat terkejut dengan suara pintu yang ditendang dengan sangat keras hingga terbuka. Mitha, Aris dan Retta kompak menoleh ke arah pintu bersamaan.
Mereka terkejut ketika melihat Leo sudah babak belur dengan darah mengucur dari pelipisnya. Leo berjalan memasuki ruangan dengan kedua tangan berada di belakang punggungnya. Dia dituntun oleh dua orang laki-laki yang memiliki tubuh jauh lebih besar daripada Aris dan Leo.
Retta membulatkan mata dengan lebar ketika melihat laki-laki yang berjalan di belakang ketiga orang tersebut.
"Maass!"
.
.
.
.
.
__ADS_1
__ADS_2