
__ADS_3
Khanza masih menunggu balasan dari komen yang diberikan pada foto postingan Al tadi. Dia sendiri terlihat enggan membuka banyak sekali komentar pada postingannya. Ya, begitulah Khanza. Meskipun ratusan hingga ribuan komentar mampir pada postingannya, dia jarang sekali membuka atau membalasnya. Bukan karena sombong atau apa, tapi memang karena dia yang tidak mau ribet. Meskipun begitu, sesekali dia masih menyempatkan diri untuk membalas komen atau dm yang mampir ke akun sosialnya.
Khanza lumayan terkenal di media sosialnya. Hal itu karena Khanza sering menjadi model untuk koleksi pakaian terbaru milik sang mommy. Namun, untuk akun pribadinya, dia tidak pernah sama sekali memposting hal-hal yang berkaitan dengan keluarganya. Untuk posting pun paling tidak hanya satu kali dalam satu atau dua minggu.
Khanza masih memandangi ponselnya. Tidak ada pemberitahuan apapun yang masuk pada akun media sosialnya itu. Yang ada hanya beberapa pemberitahuan pesan masuk dari aplikasi perpesanannya. Khanza menoleh menatap Ken yang masih terlihat sibuk berdiskusi dengan para kliennya.
Khanza kembali melihat ice cream yang ada di depannya sudah habis. Dia menoleh memanggil waiter di sana untuk kembali memesan ice cream lagi. Saat sedang menunggu pesanannya datang, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada sebuah pemberitahuan pesan langsung dari akun sosial medianya. Khanza langsung melihat pesan tersebut. Dan betapa terkejutnya saat dia mendapati pesan langsung dari Al.
Jangan suka aneh-aneh. ~ tulis Al pada pesan langsung kepada Khanza.
Segera wajah Khanza langsung berbinar bahagia. Dia segera menuliskan balasan disana.
Aku tidak aneh-aneh kok Kak, aku hanya mau belajar. ~ balas Khanza.
Khanza masih menunggu balasan dari Al. Dia berharap sahabat sang kakak itu akan membalas pesannya. Dan benar saja. Sebuah pesan masuk kembali pada akun media sosialnya.
Belajar apa? ~ tulis Al.
Khanza dengan cepat segera membalasnya.
Belajar untuk menempati hatimu kak 🥰. ~ balas Khanza dengan pedenya.
Setelah mengirimkan balasannya, Khanza masih menunggu balasan dari Al kembali. Namun, hingga Ken selesai meeting pun Al tak kunjung membalas pesan Khanza. Sementara Khanza yang sedikit kecewa pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya.
Hari demi hari pun berlalu. Selama itu pula Khanza tidak bertemu ataupun bertegur sapa dengan Al. Hingga kini sudah hampir satu bulan Khanza tinggal di Jakarta.
Selama ini, dia lebih sering ikut sang mommy ke hotel dari pada ke butik. Jika di hotel, Khanza bisa memiliki banyak aktivitas dan akan bertemu dengan banyak orang baru.
Seperti saat ini. Khanza sedang duduk di salah satu sudut restoran yang ada di hotel sang mommy bersama seorang wanita dan laki-laki asing. Mereka berdua berasal dari Kanada. Mereka adalah Giana dan Edward. Nenek Giana berasal dari Indonesia, tepatnya dari Jakarta. Hal itulah yang membuat mereka memutuskan untuk bulan madu di sini sebelum pergi ke Bali. Khanza masih terlihat asik mengobrol dengan dua orang asing tersebut.
Hingga sebuah pesan langsung masuk pada akun media sosialnya. Khanza yang memang tidak fokus pada ponselnya pun terlihat masih mengabaikan pesan tersebut. Mungkin karena Khanza masih belum melihat pesannya, si pengirim mengirimkan beberapa pesan sekaligus, sehingga berhasil menarik perhatian Khanza.
Khanza terlihat memeriksa ponselnya dan mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah pesan langsung masuk pada akun dari media sosialnya.
Kamu masih terlihat sangat cantik. ~ tulis pesan @ge_azz
Khanza merasa tidak mengenal akun itu. Dia mencoba untuk memeriksa postingan akun tersebut untuk mencari petunjuk. Namun, nihil. Hanya ada beberapa postingan tentang foto di daerah pantai pada akun tersebut.
Aku tak ingin lagi menunggu. ~ tulis pesan @ge_azz
Jaga hatimu selalu, sebelum aku mengetuknya. ~ tulis @ge_azz
Khanza masih mengernyitkan dahinya. Dia merasa sama sekali tidak mengenal akun tersebut. Khanza hanya mencebikkan bibirnya sebelum kembali meletakkan ponselnya. Dia juga tidak membalas pesan tersebut. Khanza kembali terlarut dalam obrolan seru dengan dua orang warga asing di depannya itu.
Sementara di butik, Ken terlihat sedang menunggu Gitta bersiap-siap untuk pergi ke dokter kandungan. Sejak pagi Gitta sudah membuat janji dengan dr. Evita setelah makan siang.
"Ayo Mas, aku sudah siap." Kata Gitta saat sudah berdiri di samping Ken yang sedang memperhatikan beberapa email yang masuk ke ponselnya.
Ken segera menoleh menatap sang istri yang sudah berdiri di sampingnya.
"Ayo. Mommy jadi ikut?" Tanya Ken sambil beranjak berdiri dan menggandeng tangan Gitta untuk segera berangkat.
__ADS_1
"Tidak. Mommy sudah dijemput daddy tadi." Jawab Gitta sambil berjalan mengikuti Ken.
"Kemana? Pantesan tadi daddy tadi tidak ada di ruangannya." Kata Ken.
"Lhoh, mas Ken belum tahu ya. Pak Dharma meninggal, jadi daddy dan mommy melayat kesana." Jawab Gitta sambil masuk ke dalam mobil Ken.
"Innalillahi, kok aku nggak tahu ya. Daddy tidak memberi tahu tadi." Jawab Ken. Setelahnya, Ken segera berjalan memutari mobil untuk menuju kursi kemudinya.
"Tadi, kata daddy mas Ken masih ada tamu dari Semarang, jadi daddy tidak memberi tahu." Jawab Gitta. Ken hanya mengangguk mengiyakan jawaban Gitta.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Ken sudah sampai di rumah sakit tempat praktek dr. Evita. Ken dan Gitta langsung menuju tempat prakteknya. Setelah sampai di depan tempat praktek, Ken dan Gitta segera duduk di kursi antrian. Hanya ada dua orang ibu di sana beserta suaminya masing-masing.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Gitta dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan praktek dr. Evita. Ken juga segera berdiri mengikuti sang istri. Gitta segera melakukan USG untuk kandungannya. Ken sangat antusias melihat hal itu. Namun, jenis kelamin sang baby masih belum terlihat.
Setelah konsultasi dan mendapatkan beberapa resep vitamin, Ken dan Gitta segera pamit. Ken segera mengantarkan Gitta untuk kembali ke rumah, sedangkan dirinya harus pergi ke studio.
Malam harinya, semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk makan malam di rumah. Mereka sudah terlihat mengelilingi meja makan.
"Bagaimana hasil pemeriksaan calon cucu mommy, Sayang?" Tanya mommy Retta kepada Gitta.
"Alhamdulillah semua baik Mom, semua normal." Jawab Gitta.
"Apa jenis kelamin calon keponakan aku Kak?" Tanya Khanza penuh semangat.
"Ehm, belum tahu. Masih belum kelihatan." Jawab Gitta sambil tersenyum.
"Yaaahh, padahal aku sudah mau membelikan dia baju-baju yang lucu-lucu itu." Jawab Khanza dengan wajah sedihnya.
Khanza yang mendengar perkataan mommy hanya mengangguk mengiyakan.
Saat ini, usia kandungan Gitta sudah mencapai enam belas minggu. Kamar Gitta dan Ken juga sudah di pindahkan di lantai satu. Semua orang sangat khawatir jika Gitta harus naik turun tangga. Gitta juga harus mengambil cuti kuliah. Ken dan mommy sangat protektif sekali dengan kehamilan Gitta ini. Terutama mommy, dia tidak mau sampai Gitta kecapekan sehingga akan berpengaruh pada calon cucu pertamanya.
Hari itu, mommy, daddy dan Khanza akan pergi ke Surabaya untuk mengunjungi mama dan papa. Akhir-akhir ini kondisi tubuh papa sedikit menurun. Mereka sudah berangkat ke bandara dengan diantar oleh supir keluarga.
Ken terlihat sedang memarkirkan mobilnya di garasi rumah mommy. Gitta yang saat itu berada di teras samping, segera menemui sang suami. Dia terlihat sangat bahagia saat melihat kantong kresek yang sedang dibawa oleh Ken. Ya, malam itu setelah makan malam, Gitta sangat ingin makan ronde yang ada di dekat kantor pos.
"Terima kasih Mas." Kata Gitta sambil menerima kantong kresek yang diberikan oleh Ken. Gitta langsung membawanya ke dapur untuk di pindahkan ke dalam mangkuk. Sementara Ken segera membersihkan diri.
Tak lama kemudian, Ken segera ikut bergabung dengan Gitta di ruang tengah sambil menonton televisi. Ken yang melihat Gitta sangat senang, merasa bahagia. Gitta beberapa kali menyuapkan ronde kepada Ken, yang diterimanya dengan senang hati.
"Mas, besok jadi mencari kado pernikahan Vita?" Tanya Gitta. Ya, setelah beberapa bulan yang lalu Gilang melakukan acara lamaran resmi kepada Vita, mereka akan segera melaksanakan acara pernikahan satu minggu lagi.
"Hhhmmm. Besok kita akan mencarinya." Jawab Ken.
Gitta yang hari itu merasa senang, segera merapatkan tubuhnya pada tubuh Ken. Ya, sebenarnya Gitta sudah tidak merasa mual lagi saat berada di dekat Ken. Bahkan, sejak beberapa minggu yang lalu, Gitta sering merajuk agar Ken segera pulang dari kantor. Tapi, meskipun begitu mereka masih belum melakukan hubungan suami istri lagi. Gitta yang merasa kasihan dengan Ken pun berniat untuk memberikan hadiah kepada Ken.
"Mas, nanti kalau tidur jangan pakai baju ya." Jawab Gitta sambil memainkan kancing kemeja Ken. Tubuhnya masih menempel pada dada bidang Ken. Sesekali Ken memberikan beberapa kecupan pada pucuk kepala Gitta. Ken masih mengusap-usap rambut Gitta yang menempel pada dada kanannya.
"Iya, nanti aku tidak akan pakai baju, aku akan pakai kaos saja." Jawab Ken.
Seketika Gitta memukul dada Ken dengan lirih sambil mengerucutkan bibirnya.
__ADS_1
"Aduuhh, kenapa dipukul sih Sayang, apa salahku?" Tanya Ken sok drama.
"Mas Ken suka bercandanya. Tidak usah pakai baju juga tidak usah pakai kaos." Kata Gitta sambil masih mengerucutkan bibirnya.
Ken mengerutkan keningnya bingung. Biasanya Gitta akan melarangnya agar tidak melepaskan bajunya. Tapi, kenapa sekarang dia melarangnya untuk melepas baju, pikir Ken.
"Memangnya kenapa Sayang?" Tanya Ken.
Gitta terlihat sedang menggigiti bibir bawahnya. Dia merasa malu menyampaikan keinginannya kepada Ken. Ken yang melihat hal itu pun segera memegang pipi Gitta.
"Ada apa hhhmm, apa yang kamu inginkan?" Tanya Ken dengan tatapan khawatirnya.
Gitta yang merasa malu pun memberanikan diri mendekatkan wajahnya pada wajah Ken. Gitta segera melingkarkan kedua tangannya pada leher Ken dan menempelkan bibirnya pada bibir Ken. Dia juga memberanikan diri mengambil kendali. Dipaksanya bibir Ken agar terbuka dan mengikuti alur yang dia ciptakan.
Ken sedikit terkejut dengan serangan Gitta yang tiba-tiba. Namun, dia segera tersadar dan menghentikan niatan Gitta yang hendak turun ke lehernya. Gitta yang cemberut karena mendapat penolakan Ken langsung menatapnya dengan tajam.
Ken yang mendapat tatapan tajam dari Gitta langsung tersenyum sambil membelai pipi sang istri.
"Sayang, jika kamu menggoda seperti ini, aku tidak bisa menjamin jika Kj akan bisa dijinakkan dengan mudah." Kata Ken.
Gita yang masih mengerucutkan bibirnya hanya bisa mendengus kesal.
"Aku tidak berniat untuk membuat Kj jinak malam ini. Aku justru ingin membuat dia semakin ganas." Jawab Gitta.
Ken yang mendengarnya menjadi sangat bersemangat.
"Benarkah? Kj akan buka puasa malam ini?" Tanya Ken penuh semangat.
Gitta yang mendadak malu pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. Ken yang melihat hal itu pun langsung berdiri dan membopong Gitta dengan perlahan-lahan.
"Maassss, pelan-pelan. Aku takut jatuh." Kata Gitta sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher Ken dan memegangnya dengan kuat.
"Tenang sayang, aku akan berhati-hati. Aku sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan calon anakku." Jawab Ken sambil tersenyum lebar.
.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Maaf telat up nya,
Senin sangat padat merayap jadwalnya 🙏
Jika masih berkenan mohon bantuan votenya, othor e suka kembik" mewek saat rank turun terus 🥺🥺
__ADS_1
__ADS_2