
__ADS_3
Pagi dini hari, Retta terbangun dari tidurnya. Dia merasakan bagian bawahnya telah basah. Beberapa hari ini, memang dia merasakan beberapa kali kontraksi pada perutnya. Setelah diperiksa, memang sudah waktunya Retta melahirkan. Retta menggoyangkan lengan Vanno yang masih tertidur lelap di sampingnya.
"Mas, bangun" kata Retta sambil menggoyang-goyangkan lengan Vanno.
Vanno mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya di dalam kamarnya. Ya, saat ini Retta memang telah menyalakan semua lampu, hingga Vanno harus menyipitkan matanya.
"Ada apa sayang, kau ingin sesuatu?" Tanya Vanno yang masih belum menyadari keadaan Retta.
"Mas, ini ku basah. Sepertinya aku mau melahirkan" kata Retta sambil menunjukkan bagian bawah bajunya yang sudah basah.
Vanno melebarkan matanya. Seketika wajahnya sudah pucat. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berdiri di samping Retta.
"Sa-sayang ka-kamu sabar dulu ya, aku panggil mommy dulu" kata Vanno berusaha menenangkan Retta dan segera berlari ke luar kamar untuk memanggil sang mommy.
Retta menggelengkan kepalanya melihat Vanno yang begitu panik berlari keluar kamarnya untuk memanggil mommynya. Beberapa saat kemudian, mommy datang dan memeriksa jika Retta akan melahirkan. Vanno semakin panik. Dia segera mengambil perlengkapan persalinan yang memang sudah disiapkan oleh Retta jauh-jauh hari dan memasukkannya ke dalam mobil.
Vanno segera berlari ke dalam kamarnya untuk membantu Retta menuju mobil.
__ADS_1
"Nggak usah di gendong Mas, aku masih bisa jalan sendiri," kata Retta ketika melihat Vanno hendak membopongnya. Vanno mengangguk sambil memegangi lengan Retta di sisi kirinya. Sementara mommy memegangi lengan kanan Retta.
Mommy mengernyitkan dahinya memandang Vanno. "Kamu mau ikut ke rumah sakit Van?" Tanya mommy kepada Vanno.
"Tentu saja. Aku suami Retta Mom, jadi harus ikut" jawab Vanno ketus. Vanno benar-benar geram mendengar pertanyaan sang mommy.
"Cih, masa iya ikut ke rumah sakit hanya dengan memakai boxer dan bertelanjang dada. Kamu mau menemani istri lahiran apa mau pamer tubuh hah?" Tanya mommy.
Vanno dan Retta segera melirik melihat penampilan Vanno. Vanno menepuk dahinya dan segera berbalik ke kamar untuk mengambil kaosnya. Dia juga mengganti boxernya dengan celana pendek. Dia juga menyambar ponselnya dan ponsel Retta yang tergeletak di atas nakas yang ada di kamarnya.
Segera setelah semua siap, mereka segera berangkat menuju rumah sakit. Disana sudah ada dokter Yudith yang menunggu kedatangan mereka.
Retta melirik jam dinding yang ada di bagian receptionist. "Mas, kamu istirahat dulu gih. Ini masih jam satu dini hari. Ajak mommy juga beristirahat," pinta Retta pada Vanno.
Vanno mendengus mendengar permintaan Retta. "Mana mungkin aku bisa beristirahat Ta, kamu sudah mau melahirkan ini," jawab Vanno.
Belum sempat Retta menjawab, dia sudah mulai merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya. Retta mencengkeram lengan Vanno dengan kuat. Vanno yang menyadari hal itu segera memanggil mommy untuk mendekat. Vanno membantu Retta duduk di kursi roda dan segera membawanya kembali ke ruang persalinan.
__ADS_1
Di sana, dokter Yudith sudah menunggu. Dokter Yudith segera memeriksa pembukaan Retta yang memang sudah sempurna. Retta sudah siap melakukan persalinan.
Setelah melakukan persiapan, dokter Yudith memberikan aba-aba kepada Retta agar mengejan. Sementara Vanno yang berdiri di samping Retta untuk menemani proses melahirkan. Vanno merasa tidak tega melihat perjuangan Retta. Wajah Vanno sudah sangat pucat ketika melihat Retta berusaha untuk melahirkan buah hati mereka.
Vanno tak kuasa menahan air matanya yang menetes ketika melihat Retta bercucuran peluh. Vanno bahkan tidak mempedulikan tangannya yang menjadi sasaran cakaran tangan Retta. Vanno bergidik ngeri ketika mendengar dokter Yudith menggunting bagian bawah Retta agar memudahkan baby segera lahir.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara Retta berteriak sambil mengejan dengan sangat keras. Telinga Vanno bahkan tak kuasa mendengarnya. Vanno benar-benar tidak tega melihat Retta berjuang sedemikian rupa untuk melahirkan sang buah hati. Namun, seketika pikiran itu teralihkan dengan suara tangis bayi yang sangat keras. Ya, buah hati mereka telah berhasil dilahirkan.
Vanno segera menghujami wajah Retta dengan ciumannya sambil mengucap terima kasih. Tak lupa syukur kepada Allah berkali-kali keluar dari bibir Vanno hingga tak terasa air matanya mengalir. Dokter Yudith meminta Vanno keluar ruang persalinan agar Retta bisa segera mendapat tindakan lanjutan.
Vanno berjalan ke luar ruang persalinan dan mendapati sang mommy tengah berdiri di dekat kursi tunggu. Melihat sang mommy tengah menunggunya, Vanno segera menghamburkan tubuhnya untuk memeluk sang ibu. Dia menumpahkan segala sesak di dadanya ketika menunggui proses persalinan Retta pada sang mommy.
.
.
.
__ADS_1
.
.
__ADS_2