Mendadak Istri

Mendadak Istri
(Ken Series) Godaan Vanno


__ADS_3

"Hhhhaaaaahhh? Mengambang bagaimana ini Dad?" Tanya Ken bingung. "Bagaimana ceritanya ho-oh ho-oh mengambang dan tidak bersentuhan. Memang bisa jadi bayi?" Gerutu Ken.


Sementara Vanno masih tertawa lepas diseberang sana. Ken yang kesal pun segera menyudahi panggilan teleponnya. Ken masih menggerutu karena berhasil dikerjai sang daddy. Saat ini, Ken tengah berbaring di sofa yang berada di ruang kerja mommynya sambil mengotak atik ponselnya. Sementara Gitta, dia sedang membantu mbak Arini.


Mommy berjalan masuk ke dalam ruangannya sambil membawa beberapa design baju. Dia melihat Ken yang masih fokus pada ponselnya.


"Mau nungguin Gitta sampai sore?" Tanya mommy sambil meletakkan lembaran-lembaran kertas tersebut pada meja kerjanya.


Ken menoleh untuk menatap sang mommy sambil menggeleng.


"Enggak Mom, aku mau ke studio. Sudah lama nggak kesana." Jawab Ken.


"Baguslah. Kemarin Ega kesini, katanya ada yang mau dibicarakan sama kamu. Dia lagi butuh bantuan sepertinya." Kata mommy.


Ken mengerutkan dahinya. "Benarkah?" Tanyanya. Ken berpikir sebentar, mungkin benar yang dikatakan sang mommy, sejak beberapa hari yang lalu mas Ega memang mencarinya. Ken segera menutup aplikasi online yang ada di ponselnya. Dia segera menyambar kunci mobilnya dan berjalan mendekati sang mommy.


"Aku berangkat dulu Mom." Kata Ken sambil memberikan ciuman di pipi sang mommy.


"Hati-hati. Jangan ngebut!" Teriak mommy saat Ken sudah terburu-buru keluar ruangan.


Mommy Retta hendak kembali ke lantai bawah saat ponselnya yang berada di saku bajunya berbunyi dengan keras. Retta melihat id penelepon dan segera menggeser ikon berwarna hijau tersebut setelah mengetahui identitas penelepon.


"Hallo, ada apa Mas?" Tanya Retta saat panggilan sudah terhubung. Ya, si penelepon tersebut adalah Vanno. Dia sudah beberapa kali menelepon sang istri sejak mengantarnya ke butik tadi pagi.


"Aku sudah selesai ini sayang, aku jemput sekarang ya." Kata Vanno.


Retta mengernyitkan dahinya bingung mendengar perkataan sang suami.


"Memang mau kemana sih Mas, pekerjaanku belum selesai ini." Kata Retta.


"Keloonnn Yang, aku mau kelooonn." Jawab Vanno tanpa rasa malu. (Bacanya sambil menutup hidung ya 😂)


Gitta langsung merengut mendengar jawaban Vanno. "Kamu ini Mas, masih saja aneh-aneh. Jangan ngadi-ngadi deh. Ini pekerjaanku masih belum kelar." Jawab Retta dengan kesal.


"Aku kan kangen Yang, sejak minggu lalu kita di Surabaya kamu bahkan tidak mau tidur denganku." Kata Vanno dengan suara memelas.


"Iya lah Mas. Anak juga baru kecelakaan, baru operasi. Ngalah sedikit kek sama anak." Gerutu Retta.


"Iya, iya. Aku kan sudah mengalah disana. Aku sudah pasrah setiap malam di goda daddy yang bisa tidur bareng mommy, aku ikhlas kok Yang, beneran aku ikhlas demi anak." Kata Vanno masih dengan suara memelas.


"Helaahh Mas, ikhlas kok ngomong-ngomong." Gerutu Retta.


"Aku jemput sekarang Yang, sekitar tiga puluh menit lagi sampai ini." Kata Vanno memaksa.


"Aku kan lagi sibuk Mas."


"Biarin." Jawab Vanno yang terdengar sedang membuka pintu kendaraannya.


"Iihhh, kok gitu sih." Gerutu Retta.


"Atu titat titut atu tutuh tatih tayang." 


"Mass…"


"Kasih sayang darimu yang semakin menghilang." 


"Maass Vanno…"


"Apakah kau sudah punya penggantiku?


"Apaan sih…"

__ADS_1


"Bisa-bisa aku mati karena cemburu."


"Mas, kok aku jadi merasa aneh ya."


"Apa sih sayang?" 


"Biasanya kan yang perempuan yang ngerjain suaminya. Kok ini kebalik sih."


"Nunggu kamu ngerjain aku keburu selang alamiku berubah profesi jadi penyiram tanaman Yang." Gerutu Vanno.


"Hahahahaha, emang bisa itu selang alami jadi penyiram tanaman?" Tanya Retta ditengah-tengah tawanya.


"Ya adalah, itu tanaman yang dibawah. Yang suka lebat jika ndak di bersihkan, njembrung." Jawab Vanno sekenanya.


"Iihhh apaan sih. Sudah-sudah, aku mau menyelesaikan pekerjaanku Mas." Kata Retta.


"Aku jemput. Setelah itu pulang." Kata Vanno tak terbantahkan.


Hhhhhhhh Retta hanya bisa menghembuskan nafas beratnya jika sudah seperti itu.


"Iya, iya. Aku ikut pulang. Mas Vanno hati-hati nyetirnya" Jawab Retta.


"Gitu dong. Love you, honey." Kata Vanno.


"Love you more." Jawab Retta. Setelahnya Retta benar-benar menutup panggilan teleponnya. Dia bergegas untuk ke bawah dan menemui Gitta serta Arini. Dia meminta untuk mengecheck sekali lagi gaun pernikahan klien yang akan di ambil besok.


Beberapa menit kemudian, Vanno sudah sampai dan menunggu Retta di depan butik. Retta yang memang sudah tahu jika suaminya telah menunggu, segera keluar dari butik dan berjalan menuju mobil sang suami. Mereka segera pulang setelahnya.


Sementara di tempat lain, tepatnya di studio Ken, dia segera berjalan masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dia ingin menemui Ega. Dilihatnya ke seluruh ruangan itu, namun tak di temukan keberadaan Ega sang sahabat. Ken kembali lagi keluar untuk mencarinya di ruangan bawah. Benar, ternyata Ega ada di sana.


"Apa kabar Mas?" Sapa Ken saat berhasil menemukan sang sahabat. Ya, Ken memanggil Mas karena Ega lebih tua empat tahun dari dirinya. Mereka sudah bersahabat sejak Ken duduk di bangku SMA.


"Ah, lo Ken. Gue baik. Ciieee, sekarang gini ya sudah punya istri jadi sulit banget di carinya." Goda Ega.


"Nggak juga kok Mas. Kemarin ada beberapa urusan saja." Jawab Ken.


"Iya gue tau kok. Nyokap lo sudah kasih tahu gue kemarin." Jawab Ega.


"O iya Mas, memang ada apa lo nyariin gue sejak kemarin? Nggak langsung telepon saja jika ada masalah." Tanya Ken.


Ega menghentikan aktivitasnya menyusun beberapa camera. Dia segera berbalik menghadap Ken sambil duduk di ujung meja yang ada di sana. Wajahnya terlihat bingung. Sementara Ken sudah menggeser kursi yang ada di sana dan segera menempatinya.


"Gini Ken, sebenarnya gue bingung banget. Lo tahu kan gue anak pertama, gue masih punya dua orang adik yang harus gue biayain. Bokap gue sudah lama meninggal, jadi semua tanggung jawab gue yang ambil alih. Gue ikhlas melakukannya. Gue sayang ibu dan adik-adik gue." Kata Ega.


Ken mengernyitkan dahinya bingung. Dia tahu benar dengan hal itu. Dia juga tahu pengorbanannya agar kedua adiknya tetap bisa melanjutkan pendidikan. Lalu, apa mungkin mas Ega membutuhkan dana untuk kedua adiknya, batin Ken.


"Iya, gue tau itu Mas. Gue tau banget perjuangan lo untuk ibu dan adik-adik lo." Kata Ken. "Lalu, apa masalahnya Mas?" Lanjutnya.


Ega menghembuskan nafas beratnya. Dia bukan tipe orang yang bisa dengan mudah untuk menceritakan masalah hidupnya. Ken yakin jika ini memang sangat mendesak, sehingga mas Ega mencarinya.


"Sebenarnya, ibu baru pulang dari klinik dua hari yang lalu Ken." Keta Ega.


Ken mengernyitkan dahinya.


"Kok lo nggak ngomong sih Mas?" Tanya Ken.


"Sorry, tapi memang benar sudah tidak apa-apa kok. Ibu hanya kecapekan, jadi pingsan. Adik gue yang khawatir langsung membawanya ke klinik terdekat." Jawab mas Ega.


"Lalu, sekarang bagaimana Mas?"


"Sudah baikan kok. Sudah mulai bisa berjalan keluar rumah. Tapi, gue masih melarangnya untuk beraktifitas berat." Jawab mas Ega.

__ADS_1


"Syukur alhamdulillah jika sudah sehat. Lalu, masalahnya apa Mas?" tanya Ken.


"Ehhmm, sebenarnya ibu menyuruh gue cepat-cepat nikah." Jawab mas Ega sambil menggaruk belakang telinganya sambil nyengir.


Seketika Ken langsung melongo mendapatkan jawaban dari mas Ega.


"Lalu, masalahnya dimana Mas?" Tanya Ken. Dia cukup tahu jika mas Ega tidak kesulitan untuk masalah biaya. Selain bekerja dengannya, mas Ega juga mempunyai toko yang cukup laris di ruko dekat rumahnya. Cukup lah jika dia harus membiayai sekolah kedua adiknya.


"Iti dia masalahnya Ken. Ibu menuntuk gue agar segera menikah. Sedangkan lo tahu sendiri gue tidak pernah dekat dengan cewek manapun. Boro-boro mau menikah, pacaran saja belum on the way." Jawab mas Ega.


Ken mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Dia sudah mulai mengerti duduk permasalahan yang di hadapi oleh sang sahabat. Seketika senyum cerah muncul di wajahnya. Ega yang menyadari sikap Ken langsung mendengus kesal. Dia menggerutu dengan tingkah Ken. Meskipun Ken adalah atasannya, namun Ken sama sekali tidak bersikap seperti seorang bos. Dia justru bersikap sangat biasa kepada para karyawannya, termasuk dengan Ega.


"Lo ngetawain gue ya, mentang-mentang sudah menikah." Gerutu mas Ega.


"Hehehe enggak kok Mas. Sorry, gue cuma merasa lucu saja." Jawab Ken.


"Apanya yang lucu?" tanya mas Ega.


"Maksud gue, lo bilang nggak punya cewek dan nggak dekat dengan cewek. Lalu, itu Naura apa?" Tanya Ken sambil masih tersenyum.


Seketika Ega mengernyitkan dahinya setelah mendengar perkataan Ken.


"Naura? Maksud lo apa?" tanya Ega.


Ken menghembuskan nafasnya dengan kesal. Dia yakin jika Ega tidak peka dengan perasaan Naura.


"Mas, lo benar-benar nggak nyadar apa gimana sih. Naura itu ngarep banget sama lo. Emang nggak ada setrum-setrum aneh gitu saat bareng dia?" tanya Ken.


Seketika Ega melongo sambil membulatkan matanya. Dia benar-benar terkejut mendengar penjelasan Ken.


"Naura? Kok bisa lo ngomong gitu? Dia ngarep sama gue? Dia kan punya pacar." Tanya Ega beruntun.


"Ya kali jika punya pacar ngarep sama lo Mas. Kata mommy, Naura emang sudah putus dari cowoknya. Mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Makanya dia semangat banget jika kerja bareng lo." Jawab Ken.


"Iya kah?" Tanya Ega tidak percaya.


"Ya kali gue bohong sama lo Mas." Jawab Ken.


Ega kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Bukan berarti sebenarnya dia tidak menaruh rasa pada Naura. Tapi, Ega berpikir jika saat ini Naura masih punya pacar. Jadi dia memang sedikit tertutup tentang hal-hal pribadinya jika bekerja dengannya.


"Gue kira dia masih punya pacar, jadi gue nggak pernah ngobrolin hal-hal pribadi sama dia jika sedang ada job bareng." Kata Ega.


"Sekarang kan sudah tau jika dia jorep ke Mas. Jadi, bisa langsung gercep dong. Hahahaha." Goda Ken.


"Apa itu jorep?" tanya Ega.


"Jomblo ngarep ke Mas."


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Maaf untuk part ini diselingi Vanno dan Retta ya, author e rodo kangen 🤭

__ADS_1


Jangan lupa dukungannya ya, like, comment dan vote


Thank you 🤗


__ADS_2