Mendadak Istri

Mendadak Istri
Part 76


__ADS_3

Retta melihat wajah Abel sekilas sebelum kemudian menganggukkan kepalanya. Melihat Retta yang mengangguk membuat Abel hanya menggelengkan kepalanya.


"Kalian ini benar-benar sulit dipercaya. Lo itu sedang sakit Ta, lihat kaki lo terluka seperti ini, bisa-bisanya kalian masih melakukan hal itu. Di rumah sakit pula," kata Abel sambil menahan geram.


"Tadi cuma sebentar kok Bel, cuma sekitar satu jam, itu pun nggak direncanakan. Mas Vanno membantuku mandi, entah kenapa kami jadi melakukannya di kamar mandi," kata Retta dengan polosnya.


"Apaa?!" kata Abel setengah berteriak. "Satu jam lo bilang cuma?" lanjutnya lagi sambil masih meninggikan suaranya.


Retta yang mendengarnya cuma mengangguk sambil terus mengamati ekspresi Abel.


Abel segera menggelengkan kepalanya sambil berdecak geram. "Emang biasanya berapa lama kalian melakukannya?" tanya Abel. "Satu jam kok cuma," lanjutnya.


Wajah Retta terasa panas ketika mendapat pertanyaan seperti itu dari Abel. Dia segera memalingkan wajahnya sambil menggigiti bibir bawahnya. Dia benar-benar merasa malu jika membahas masalah ini dengan orang lain. Jangankan membahas dengan orang lain, dengan Vanno yang setiap hari bersamanya saja masih sering merasa malu jika sering menggodanya.


Merasa kesal karena Retta tidak menjawab pertanyaannya, Abel segera menyenggol lengan Retta. Hal itu segera mengalihkan pandangan Retta kembali kepada Abel.


"Eehhmm, it-ituu sebenarnya…" perkataan Retta terpotong dengan bunyi suara ponsel Abel.


Abel segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan segera mengamatinya sebentar sebelum menerima panggilan tersebut. Setelah memeriksa id pemanggil panggilan tersebut, dia segera menggeser ikon berwarna hijau itu untuk menjawab panggilannya.


"Ada apa?!" tanyanya dengan ketus ketika sambungan telepon sudah terhubung.


"...."

__ADS_1


"Ngapain lo tanya dimana gue, bukan urusan lo gue dimana," ketus Abel.


"...."


"Cih, gue nggak peduli!" tut tut tut. Abel menutup teleponnya dengan tergesa-gesa. Dia juga segera menonaktifkan ponselnya.


Retta yang melihat tingkah laku Abel mengernyitkan dahinya bingung. Dia merasa heran dengan sikap Abel yang terkesan sangat kasar.


"Ada apa Bel?" tanya Retta ketika melihat Abel sudah menyimpan ponselnya di dalam tasnya.


Abel hanya menggeleng sambil mengalihkan pandangannya kepada Retta. "Nggak penting," jawabnya kemudian.


"Ta, lo harus ingat, saat ini mungkin akan banyak orang yang ikut mengincar lo. Gue yakin orang-orang yang dulu pernah menghancurkan perusahaan keluarga suami lo, pasti akan melakukan hal yang sama lagi jika mereka mengetahui kebenaran inj. Gue nggak ingin lo terluka," kata Abel sesaat setelah memperhatikan Retta.


"Gue percaya sama lo," kata Abel sambil melirik jam dinding yang ada di dalam kamar perawatan Retta. "Ta, sorry sepertinya gue harus segera pergi. Gue janji sama mama untuk menjemputnya di tempat budhe sebentar lagi. Gue pamit dulu ya," 


"Lo beneran mau balik sekarang?" tanya Retta.


"Iya, gue janji jika lo sudah pulang, gue akan bakal sering-sering jenguk lo dirumah. Gue juga ingin lihat seperti apa megahnya istana pemilik GC yang sangat terkenal sampai mancanegara itu," kata Abel sambil terkekeh.


"Dasar nenek sihir," gerutu Retta sambil mencubit pinggang Abel dengan gemas.


Setelahnya, Abel benar-benar berpamitan kepada Retta. Dia juga menitipkan permintaan maaf kepada Vanno karena tidak bisa menunggunya untuk berpamitan. 

__ADS_1


Beberapa saat kemudian, Vanno terlihat sudah kembali setelah makan siangnya bersama dua orang sahabatnya. Dia membawa dua bungkus paper bag dan segera menyerahkannya kepada Retta.


"Apa ini Mas?" tanya Retta sambil menerima paper bag tersebut.


"Emmmphuoll," jawab Vanno dengan mulut penuh dengan roti yang sejak tadi di lahapnya.


"Ap-apa?!"


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Jangan lupa tinggalkan jejak ya, like, vote dan komen


Kasih rating juga biar tambah semangat upnya 🤭🤭🤭

__ADS_1


__ADS_2