
__ADS_3
Al langsung terdiam saat Khanza datang sambil membawakan botol susu buat baby Z. Dia segera mengambil alih baby Z dari pangkuan Al. Khanza menoleh menatap wajah Al sebelum berlalu pergi dari ruang tengah. Sementara Al hanya tersenyum nyengir.
Ken yang mengamati interaksi Khanza dan Al hanya terkekeh geli. Dia sangat tahu wajah-wajah seperti Al. Dia juga selalu merasakan hal yang sama saat mendapat tatapan mata tajam dari Gitta.
Setelah Khanza pergi, Ken langsung menoleh menatap wajah Al. Dia ingin mengetahui permasalahan apa yang membuat Al tidak nyaman di rumah sakit.
"Apa yang buat lo nggak nyaman di rumah sakit Al?" Tanya Ken.
Seketika Al menoleh menatap wajah Ken yang sedang menoleh ke arahnya. Dia menghembuskan napas beratnya sebelum bercerita.
"Gue minta jangan sampai Khanza tahu masalah ini. Gue nggak mau buat dia marah-marah dan tidak nyaman." Kata Al.
"Oke. Gue janji nggak akan kasih tahu Khanza." Kata Ken. "Lo ada masalah apa di rumah sakit?" Tanya Ken.
Al menggelengkan kepalanya sebelum menjawab langsung pertanyaan Ken.
"Nggak ada. Gue sih aman-aman saja di rumah sakit, hanya saja gue sedikit tidak nyaman dengan beberapa dokter di sana." Jawab Al.
"Tidak nyaman? Maksudnya bagaimana?" Tanya Ken bingung.
Al menghembuskan napas beratnya sebelum kembali bercerita. Dia juga melirik ke arah dapur untuk jaga-jaga siapa tahu Khanza akan kembali lagi ke ruang tengah.
"Ada beberapa dokter wanita, lumayan senior sih, sering berantem. Mereka sering terlibat adu mulut, bahkan di kantin khusus pun gue sering melihat mereka bertengkar. Awalnya gue nggak ambil pusing, gue nggak peduli. Tapi, setelah minggu lalu dokter Diaz memberitahu gue jika para dokter itu berantem gara-gara gue, gue jadi merasa aneh Ken. Gue jadi merasa nggak nyaman." Kata Al.
Ken mengernyitkan dahinya bingung. Dia masih belum bisa mencerna cerita Al dengan baik.
"Tunggu, tunggu. Ada beberapa dokter wanita yang berantem gara-gara lo, emang apa yang lo lakuin terhadap mereka, lo tebar pesona kepada mereka Al?" Tanya Ken.
Seketika Al menoyor kepala Ken. Ken yang tidak bisa menghindar pun hanya bisa pasrah.
"Sial*n lo kalau ngomong. Ngapain juga gue tebar pesona kepada dokter-dokter senior itu. Mending istri gue kemana-mana kali." Dengus Al kesal.
Ken langsung terkekeh geli melihat Al yang sedang bersungut-sungut kesal.
"Ya kali, mana gue tau Al. Lagian, ngapain itu para dokter senior berantem gara-gara lo, kurang kerjaan banget." Kata Ken.
"Entahlah gue juga nggak ngerti pastinya. Tapi, kata dokter Diaz mereka suka sama gue." Jawab Al.
Ken semakin terkekeh setelah mendengar jawaban Al.
__ADS_1
"Gue bilang juga apa. Gue dulu pernah ngomong sama lo, mending lo jujur sama semua orang jika lo adalah menantu daddy, biar tidak ada yang salah paham. Nah, kalau sudah begini bagaimana coba." Kata Ken sambil masih terkekeh geli.
"Gue nggak bisa Ken, nggak mungkin gue bilang ke semua orang jika gue adalah menantu daddy. Mau ditaruh dimana muka gue. Setidaknya, biarkan gue belajar dulu, gue selesaikan kuliah gue, baru gue bisa ambil alih rumah sakit. Mungkin, saat itu secara tidak langsung mereka akan mengetahui siapa gue sebenarnya tanpa harus bersusah payah menjelaskan kepada mereka siapa gue sebenarnya." Jawab Al.
Ken mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia setuju dengan pemikiran Al. Memang ada baiknya apa yang dilakukan Al saat ini dengan menyembunyikan identitasnya. Orang-orang tidak akan berpikir dia hanya menerima jabatan tanpa adanya keahlian yang dimiliki oleh Al.
"Gue setuju dengan pemikiran lo Al. Lalu, apa yang akan lo lakuin selanjutnya?" Tanya Ken.
"Entahlah. Gue juga nggak tahu Ken. Mungkin yang bisa gue lakuin hanya menghindar dari mereka." Jawab Al.
"Kalau masalah itu sih harus. Memang lo mau jika sampai ketahuan Khanza dan lo disuruh tidur di luar." Kata Ken.
Belum sempat Al menjawab, sudah terdengar suara dari arah dapur.
"Memangnya kenapa harus tidur di luar Kak?" Tanya Khanza. Dia berjalan menuju ruang tengah sambil menggendong baby Z dan diikuti oleh Gitta yang membawa mainan baby Z.
Glek
Seketika dua laki-laki yang tengah duduk lesehan tersebut langsung menegakkan tubuhnya. Mereka terkejut saat melihat Khanza dan Gitta datang menemui mereka.
"Ah, itu, anu,..." Al gelagapan menjawab pertanyaan Khanza. Dia melirik wajah Ken yang berada di dekatnya.
Khanza dan Gitta saling pandang, kemudian saling mencebikkan bibirnya. Setelahnya, Khanza dan Gitta mengajak para laki-laki untuk segera makan malam.
Setelah makan malam, Khanza dan Al segera pamit pulang. Mereka menolak untuk menginap di rumah Ken, dengan alasan nggak mau di ganggu oleh keusilan Ken.
Khanza dan Al sampai di rumah hampir pukul sembilan malam. Perjalanan dari rumah Ken tidak sampai lima belas menit. Mereka langsung membersihkan diri dan beranjak untuk beristirahat setelah itu.
Al sudah menunggu Khanza di atas tempat tidur. Biasanya, mereka akan bercerita sebentar tentang aktivitas yang mereka lakukan hari itu sebelum tidur atau sebelum melakukan rutinitas yang biasa mereka lakukan setiap malam.
Tak berapa lama kemudian, Khanza terlihat keluar dari dalam kamar mandi. Seperti biasa, dia menggunakan baju tidur berbahan satin yang sangat pendek. Bagian atas mampu mengekspos bahu dan lengannya dengan sempurna karena hanya ditahan oleh sebuah tali kecil yang menggantung pada kedua bahunya. Bagian bawah, Khanza juga hanya menggunakan celana pendek super mini sehingga dapat menampilkan kaki jenjangnya.
Berkali-kali Al sudah menelan salivanya dengan susah payah. Entah mengapa dia selalu saja tidak bisa mengalihkan tatapan matanya dari tubuh sang istri meski mereka sudah menikah selama kurang lebih hampir satu tahun.
"Ada apa Mas?" Tanya Khanza sambil berjalan menuju tempat tidur. Dia langsung merangkak naik ke atas tempat tidur dan mengangsur tubuhnya hingga menempel pada tubuh Al.
Hhhmm, anget, kenyal dan empuk. Itu yang dirasakan Al. Tanya kirinya pun langsung menelusup masuk ke dalam baju tidur mini Khanza. Khanza mendiamkan tingkah Al, karena memang seperti itu kebiasaan Al.
"Tidak ada apa-apa. Hanya kangen saja dua malam tidak memelukmu." Jawab Al sambil memberikan kecupan bertubi-tubi pada pucuk kepala Khanza.
__ADS_1
Khanza pun tersenyum dan mendongakkan kepalanya menatap wajah Al.
Cup
Dia membalas Al dengan meninggalkan kecupan pada bibir sang suami.
"Aku juga kangen banget dengan pelukan ini Mas, nyaman, hangat dan pastinya menentramkan hati." Kata Khanza sambil menyurukkan kepalanya pada leher Al.
Dia menelusuri leher Al sambil memberikan kecupan-kecupan kecil di sana. Tak lupa juga Khanza memberikan gigitan-gigitan dan hisapan kecil di sana. Al, jangan ditanya lagi. Dia sudah menggeram dan mendesis mendapati perlakuan Khanza. Tangannya juga semakin liar menjamah tubuh sang istri.
Dengan sekali gerakan, dia sudah berhasil membuat tubuh Khanza berada di atasnya. Dan, sret. Lolos sudah baju yang dipakai oleh Khanza dari tubuhnya. Melihat sesuatu yang menggoda di depan wajahnya, Al langsung menyambarnya.
Hap. Lalu ditangkap. Kok seperti lagu ya 🤔
Khanza, jangan ditanya lagi. Dia sudah mulai meracau tidak jelas sambil menjambaki rambut Al.
"Mmaaasshhhh, kit-tah belum ngobrol, kok sudahhh mau ngadonhh sshhh?" Kata Khanza sambil menekan kepala Al agar melakukan apa yang dikerjakannya lebih dalam.
"Besok saja ngobrolnya, aku mau rapelan dua malam kemarin."
.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Yakin nggak mau kasih hadiah buat baby Z? Bunga buat mommy Gitta, kopi buat daddy Ken juga boleh 🤗🤗
Mohon jangan lupa dukungan like, komen dan vote ya.
Untuk vote cerita KhanAl Story, bisa lihat di ig othor @keenandra_winda
__ADS_1
Thank you
__ADS_2