
__ADS_3
Malam itu, mommy, daddy dan Khanza segera pulang. Awalnya, Khanza ingin tetap di rumah sakit untuk menemani Gitta. Namun, Ken melarangnya.
Setelah semua anggota keluarganya pulang, Ken segera membersihkan diri. Gitta yang sudah terbangun merasa bosan di rumah sakit. Dia mengubah-ubah channel televisi yang saat ini sedang dilihatnya.
Ceklek.
Ken keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe. Dia lupa tidak membawa baju ganti tadi. Ken berjalan menuju lemari baju yang ada di dekat jendela. Netra Gitta masih mengikuti kemana arah Ken berjalan.
Ken bukannya tidak mengetahui jika Gitta memperhatikan dirinya. Namun, dia tidak akan bisa melakukan apa-apa jika nanti Gitta meminta hal-hal aneh. Pede kali kamu babang Ken. 😪
Ruang rawat inap Gitta tidak terlalu luas, namun cukup nyaman. Setelah mengganti bajunya dengan celana pendek dan kaos tipis, Ken segera menggeser tempat duduk dan mendekatkannya pada brankar Gitta. Dia memandang Gitta yang tengah bersandar pada beberapa bantal yang disusun pada punggungnya.
"Sayang, kamu mau sesuatu?" Tanya Ken.
Gitta memandang wajah suaminya sekilas dan menggeleng pelan. Dia kembali menoleh ke arah televisi yang tengah menayangkan siaran langsung sepak bola internasional itu.
Ken masih memandang wajah Gitta yang tengah fokus pada televisi. Ken segera beranjak dari dari kursinya dan menggeser tubuh Gitta. Dia segera naik ke atas brankar dan menata bantal agar Gitta dapat segera tidur.
"Iihh mas Ken mau ngapain sih." Protes Gitta.
"Sudah malam. Tidur gih." Kata Ken sambil masih membenahi bantal Gitta.
"Aku masih mau menonton tv Mas." Kata Gitta sambil mengerucutkan bibirnya.
"Sudah malam. Tidur!" Kata Ken tegas. Gitta yang mendengarnya tidak bisa membantah lagi. Dia segera merebahkan tubuhnya dan mencari posisi yang nyaman bagi tubuhnya.Â
Ken segera menarik selimut agar menutupi tubuh Gitta dengan benar. Ken menundukkan wajahnya pada perut Gitta dan memberikan beberapa kecupan di sana.
"Sweet dream honey." Kata Ken sambil kembali memberikan beberapa kecupan pada perut Gitta.
Setelahnya, dia juga ikut berbaring di samping Gitta. Tangan kanannya mengusap perut Gitta dengan lembut. Netra mata Ken masih belum terpejam. Dia menatap wajah Gitta lekat-lekat.
"Tidurlah. Maaf aku lama tadi perginya." Kata Ken sambil memberikan beberapa kecupan pada wajah Gitta.
Gitta yang merasa nyaman dengan perlakuan Ken perlahan-lahan mulai memejamkan mata. Ken juga ikut merebahkan kepalanya pada bantal di samping Gitta. Tak lama kemudian, Ken dan Gitta benar-benar sudah terlelap.
Keesokan harinya, mommy dan Khanza sudah datang ke rumah sakit. Hari itu, Khanza yang bertugas menjaga Gitta. Sedangkan mommy akan ke hotel pagi itu, dan Ken harus ke kantor.
__ADS_1
"Jaga kakak kamu Za, jangan kemana-mana." Pesan mommy sebelum berangkat ke hotel.Â
"Beres Mom. Mommy tenang saja. Aku akan menjaga kak Gitta dengan baik." Jawab Khanza sambil bergaya memberikan hormat kepada sang mommy. Setelah itu, mommy segera berangkat ke hotel dengan diantar supir pribadi mommy.
Sementara itu, Ken sudah berangkat ke kantor lebih pagi. Hari ini dia harus survey ke lokasi proyek pembangunan komplek apartemen baru. Jadi, sebelum survey lokasi, Ken harus memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai prosedur administrasi. Sekitar pukul sepuluh pagi, Ken dan Dion, sang asisten segera berangkat menuju lokasi pembangunan apartemen.
Dion segera memarkirkan kendaraan yang ditumpanginya begitu sampai di lokasi pembangunan komplek apartemen baru tersebut. Ken yang saat itu datang bersama dengan Dion langsung turun untuk memeriksa lokasi. Dia berbicara dengan beberapa pengawas di sana.
Cukup lama Ken dan Dion berada di sana. Saat sedang berjalan, netra mata Ken tak sengaja melihat manajer pelaksana GC ada di sana, Robiantoro. Ken menghentikan langkahnya dan berbicara kepada Dion.
"Dia, Robi manajer pelaksana kan?" Tanya Ken memastikan. Meskipun dia sudah bekerja di kantor utama GC, tapi Ken masih belum menempati posisi strategis. Bahkan, masih tidak banyak yang tahu juga jika dia adalah putra dari Vanno.
"Benar Tuan. Dia adalah Robi manajer pelaksana GC. Apa perlu saya panggilkan?" Tanya Dion.
"Tidak usah. Kita awasi saja dia dari sini." Jawab Ken sambil tersenyum tipis.
Sementara di sebuah mall, Salsa dan sahabatnya, Dina sedang berbelanja. Mereka terlihat keluar masuk gerai pakaian dan tas sambil tertawa-tawa. Saat mereka sedang berada di toko sepatu, ada tiga orang laki-laki yang mendekati mereka.Â
Ketiga laki-laki itu mendekati Salsa dan sahabatnya dari arah belakang.
Seketika Salsa dan Dina langsung menoleh ke arah mereka. Salsa dan Dina saling mengernyitkan keningnya, bingung.Â
"Jangan takut, kami bukan orang jahat kok." Kata laki-laki yang lebih kecil.
"Kalian siapa?" Tanya Salsa dengan wajah penuh tanya.
"Perkenalkan, aku Faris, dia Indra dan yang ini Sandy." Kata laki-laki yang bertubuh atletis. "Jangan takut, kami bukan orang jahat. Kami bisa membayar kalian dua kali lipat. Jika malam ini kalian free, segera hubungi kami. Ini kartu nama saya." Lanjutnya sambil mengedipkan matanya kepada Salsa dan Dina.
Tak berapa lama kemudian ketiga laki-laki itu pergi dari sana. Salsa dan Dina saling pandang.
"Apa maksud mereka dengan bersedia membayar kita dua kali lipat? Apa mereka pikir kita wanita seperti itu?" Gerutu Salsa.
Belum sempat Dina menjawab, sudah ada seorang laki-laki yang juga melakukan hal yang sama dengan laki-laki tadi. Hingga menjelang makan siang, sudah ada tujuh orang laki-laki yang menghampiri mereka. Bahkan banyak para pengunjung di mall tersebut yang memperhatikan mereka dengan tatapan sinis.
"Sa, kenapa sepertinya mereka tidak suka melihat ke arah kita?" Tanya Dina.
"Entahlah, aku pun tidak tahu." Jawab Salsa.
__ADS_1
Saat mereka sedang berjalan menuju restoran, tiba-tiba ada seorang wanita yang berteriak dengan sangat keras memanggil Salsa sehingga menarik perhatian beberapa orang pengunjung di mall tersebut.
"Hei, dasar perempuan tidak tahu diri." Kata seorang perempuan yang tiba-tiba menjambak rambut Salsa hingga dia jatuh tersungkur.
Dina terkejut melihat Salsa yang jatuh tersungkur di dekatnya. Dia segera membantu Salsa bangun.
"Apa-apaan ini?!" Bentak Salsa.
"Kamu yang apa-apaan. Dasar perempuan murahan!" Kata wanita itu sambil menunjuk wajah Salsa dengan jari telunjuknya.
"Apa maksudmu?! Berani-beraninya mengataiku seperti itu!" Kali ini Salsa yang membentak wanita itu.
"Kamu wanita yang mengganggu suamiku. Kamu yang selalu menggodanya, iyakan?" Geram wanita itu.
Salsa cukup terkejut dengan perkataan wanita tersebut.
"Siapa yang kamu maksud?" Tanya Salsa.
Wanita itu menunjukkan beberapa foto pada Salsa. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat foto dirinya sedang bermesraan dengan seorang laki-laki yang tak lain adalah om Robi. Salsa masih membulatkan matanya memperhatikan foto yang ditunjukkan oleh wanita itu.
"Lihat saja. Aku pastikan kamu akan menyesal telah berani menggoda suamiku." Kata wanita itu dengan geram. Ya, wanita itu adalah Siska, istri Robi.
Salsa dan Dina masih diam mematung disana. Mereka masih belum menyadari telah menjadi pusat perhatian dari beberapa orang disana.
.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Dilanjut nanti ya,Â
__ADS_1
__ADS_2