Mendadak Istri

Mendadak Istri
(Ken Series) Jika hanya menempel tidak enak


__ADS_3

Ken yang melihat Gitta sangat kesusahan bergerak karena bengkak pada tengkuknya menjadi tidak tega. 


"Akan aku bantu." Kata Ken saat melihat Gitta hendak beranjak duduk.


"Hhhaaaahhh?!" Gitta mendadak cengo mendengar perkataan Ken. "Gimana Mas?" Tanyanya polos.


Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia sendiri bingung kenapa kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutnya. Namun, jika mengingat hanya ada perawat laki-laki yang sedang berjaga, Ken menjadi memberanikan diri untuk menawarkan bantuan pada Gitta.


"Aku bantu kamu bersiap-siap. Tidak mungkin kan jika para perawat laki-laki itu yang akan membantumu?" Kata Ken.


Gitta memikirkan perkataan Ken. Ada benarnya juga apa yang baru saja dikatakan Ken. Tidak mungkin dirinya akan dibantu laki-laki lain saat berpakaian. Dia lebih memilih dibantu oleh Ken, suaminya, daripada dibantu oleh laki-laki lain. 


Gitta mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Ken. Dengan malu-malu dia segera berbalik membelakangi Ken. Seketika terlihat punggung putih mulus Gitta terpampang dengan sempurna didepan mata Ken.


Glek Glek Glek.


Ken berulang kali menelan salivanya dengan susah payah.


Astagaaa, itu putih sekali. Pantas saja balon tiupnya juga putih mulus. Batin Ken. Dia lagi-lagi harus menelan salivanya. 


Gitta segera mengambil kacamata besarnya untuk membungkus balon tiupnya. Dia memakainya di depan, dibalik selimutnya. Kemudian mengulurkan kedua ujungnya ke belakang.


Ken masih diam mematung. Dia memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh Gitta. Dia sedikit tersentak saat sang balon tiup sedikit mengintip dari bawah lengan Gitta. Ken masih diam tak bergerak.


Gitta yang kebingungan karena Ken diam saja, sedikit menoleh. "Mas, ini tolong bantu aku." Kata Gitta membuyarkan lamunan Ken pada balon tiup Gitta.


Ken segera tersadar dan menoleh menatap tangan Gitta yang menyodorkan ujung kacamata balon tiupnya. Ken memegangnya dan mencari ujung yang satunya. Dia berusaha menahan napas dan menahan ular pythonnya agar tidak ikut menggeliat. Bisa malu dirinya jika hal itu sampai terjadi.


Ken berusaha untuk mengaitkan kedua ujung kacamata balon tiup itu. Namun, mungkin karena belum terbiasa melakukannya, Ken menarik kedua ujung itu dengan sedikit keras. Seketika Gitta merasakan sakit dan sesak.


"Aaahhh Maassshh." Gitta malah mengeluarkan suara yang terdengar "horor" di telinga Ken. Karena terkejut, Ken langsung melepaskan kedua ujung kacamata itu. Gitta juga terkejut dengan apa yang dilakukan Ken tiba-tiba.


Ken yang menyadari kesalahannya segera meminta maaf.


"Ma-maaf. Aku belum terbiasa." Katanya kikuk sambil meraih kedua ujung kacamata tadi. Kali ini, dengan tangan sedikit gemetar, akhirnya Ken bisa memasangkan kacamata besar itu dengan benar. 


Gitta segera meraih kemejanya dan memasukkan kedua lengannya dengan bantuan Ken. Dia tidak ingin berlama-lama pada situasi yang membuatnya canggung kali ini. 


Setelah selesai, Gitta membalikkan tubuhnya dan berusaha untuk turun dari brankar. Ken segera membantunya untuk turun dari brankar tersebut. Setelahnya, dia membantu memegangi lengan Gitta saat berjalan keluar ruang perawatan. Karena dilihatnya, Gitta masih sedikit limbung.


Pada saat mereka hendak keluar, Retta juga tengah berjalan menuju ruang perawatan Gitta. Dia terlihat membawa kantong besar di kedua tangannya.


"Apa itu Mom?" Tanya Ken saat melihat mommynya berjalan mendekat.


"Oh ini, makanan buat kalian. Mommy yakin kalian belum makan dari tadi." Kata Retta. "Bagaimana sayang, sudah mendingan?" Tanya Retta pada menantunya. Ciieee menantu euy. 🤭

__ADS_1


Gitta yang mendengarnya hanya bisa tersenyum dan mengangguk. "Sudah Bu, hanya tinggal pusing sedikit." Jawab Gitta.


"Eh, kok panggil ibu lagi sih. Mulai sekarang harus sudah membiasakan memanggil mommy dan daddy seperti Ken." Kata Retta.


Gitta hanya bisa mengangguk mengiyakan sambil tersenyum. Setelahnya, Retta mengajak anak dan menantunya untuk menuju ke parkiran mobil. Kali ini, Vanno mengambil alih kemudi. Retta langsung mengambil tempat duduk di samping sang suami. Dia ingin memberi kesempatan anak dan menantunya untuk saling mengenal dan mendekatkan diri. Retta tahu jika antartikanya tidak akan bergerak jika tidak dipaksa. Oleh karena itu, dia harus berusaha untuk lebih mendekatkan mereka. 


Retta sengaja meminta Ken untuk menyuapi Gitta. Awalnya, Gitta menolaknya. Namun, karena lehernya belum terlalu bisa digunakan untuk menunduk, akhirnya dia hanya bisa pasrah saat Ken menyuapinya. Setelahnya, Gitta segera memejamkan matanya. Kepalanya masih terasa pening.


Retta yang melihat Ken masih belum peka langsung memelototi putranya.


"Ada apa sih Mom?" Tanya Ken dengan polosnya.


"Itu istri kamu tidur, posisinya tidak nyaman. Dipeluk kek, di elus kek apa disayang gitu. Ini kok diam saja." Gerutu Retta.


"Kenapa harus begitu?" Tanya Ken lagi.


Retta semakin geram dengan sang putra. Dicubitnya paha Ken dengan keras.


"Aaauuuwww, sakit Mom." Kata Ken setengah berteriak.


Karena teriakan Ken, Gitta terbangun. Dia mengerjab-ngerjabkan matanya. Retta yang menyadari hal itu segera meminta maaf.


"Maaf sayang, Ken membangunkanmu ya" kata Retta.


Gitta berusaha tersenyum sambil menggeleng. "Tidak kok Mom."


Gitta yang terkejut dengan apa yang tiba-tiba dilakukan oleh Ken langsung mendongak menatap wajah Ken. Wajah mereka sangat dekat, hanya berjarak beberapa sentimeter saja. 


Deg deg deg.


Jantung mereka langsung mendadak tidak sehat. Ken yang melihat wajah Gitta sangat dekat, tidak kuasa untuk memalingkan wajahnya. Begitu juga dengan Gitta. Entah dorongan dari mana Ken semakin mendekatkan bibirnya pada bibir Gitta. Dan, saat kedua benda kenyal itu hampir bertabrakan, tiba-tiba ada suara menginterupsinya.


"Nanti kalau cuma menempel rasanya tidak enak lho, tidak ada rasanya." Kata Vanno tiba-tiba dari balik kemudi.


Seketika Ken dan Gitta menegakkan tubuhnya. Entah mengapa mereka bisa mempunyai pikiran yang aneh-aneh saat masih ada orang tuanya di dalam mobil itu.


Sementara itu, Retta segera mencubit laha Vanno dengan sangat keras.


"Aduuhhh sayang, bahaya lho ini." Kata Vanno. "Bisa tidak sih kebiasaan kamu yang suka cubit pahaku itu dihilangkan. Wes didhel dhuwel iki pupuku rek." (Sudah babak belur ini pahaku) Kata Vanno.


"Biarin, biar tahu rasa. Lagian ya Mas, itu anak sama menantumu mau saling kenalan malah di ganggu." Gerutu Retta.


"Lha, mereka kan sudah kenal sayang. Masak iya mau kenalan lagi." Jawab Vanno.


"Kenalan bibir, Maaasss. Seperti tidak pernah muda saja." Jawab Retta dengan ketus.

__ADS_1


Sementara dua orang yang berada di belakang mereka merasa salah tingkah. Mereka merasa malu dengan apa yang baru saja mereka lakukan, meskipun tidak sampai terjadi hal yang diharapkan para pembaca, hehehehe. 🤗


"Bukan begitu sayang, justru karena sudah pernah jadi aku kasih tahu tadi." Kata Vanno.


Retta mendengus kesal mendapati jawaban Vanno. Dia masih memanyunkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Vanno yang melihat istrinya merasa sangat gemas.


"Itu bibir kenapa masih dimanyun-manyunkan begitu sayang. Mau kenalan juga?" Goda Vanno tanpa rasa malu dengan anak dan menantunya.


"Ogaaah, wes apal aku rasane Mas. (Nggak mau, sudah hafal aku rasanya Mas). Jawab Retta.


"Lhah kok gitu, tapi ketagihan kan?" Kata Vanno tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.


"Ora Mas oraaaa." Jawab Retta sambil menoleh menatap Vanno. "Ora kleru." Lanjutnya sambil menahan senyuman.


"Hahahahhaa." Vanno tertawa mendengar jawaban istrinya.


Sementara dua orang yang berada di belakang mereka hanya bisa mengelus dada melihat tingkah absurd orang tua yang ada di depannya.


Sekitar satu jam kemudian mereka sudah sampai di rumah Vanno. Gitta dilarang untuk kembali ke kos-kosan untuk mengambil barang-barangnya. Dia terlihat sangat lelah.


Retta segera menyuruh Ken untuk membawa Gitta beristirahat ke dalam kamarnya. Gitta masih merasakan pusing dikepalanya.


Gitta mengekori Ken berjalan menuju kamarnya. Ken membuka kamar tidurnya yang bernuansa khas laki-laki. Warna putih mendominasi kamar tersebut. Tidak banyak juga perabotan yang ada di sana. Gitta melihat hanya ada sebuah tempat tidur king size yang berada di tengah ruangan, sebuah sofa bed di dekat jendela, meja dan kursi kerja di dekat sofa bed tersebut, sebuah karpet bulu terhampar di depan televisi dengan banyak bantal berada di atasnya.


Gitta masih mengekori Ken memasuki kamar tersebut. Namun, matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah foto besar yang berada persis di depan tempat tidur king size tersebut. Foto Ken yang hanya menggunakan celana super pendek dan bertelanjang dada sehingga menampilkan otot-otot lengan dan perutnya. Gitta yang melihat bagian bawah Ken pada foto itu langsung memekik dengan keras.


"Astagaaa Mas, blonceng"


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Maaf up lama ya, baru pulang


Jangan lupa dukungannya ya, like, comment dan vote


Biar tambah semangat 🤭

__ADS_1


Terima kasih 🤗


__ADS_2