Mendadak Istri

Mendadak Istri
(Ken Series) Gangguan Tengah Malam


__ADS_3

"Ih, mas Ken apaan sih." Kata Gitta dengan suara serak khas bangun tidurnya.


"I want you right now." Jawab Ken semakin gencar menjalankan aksinya. 


Tangan Ken sudah mulai mencari balon tiup Gitta. Sementara bibirnya menyusuri rahang hingga telinga Gitta. Ditiupnya telinga Gitta sambil digigit kecil telinga itu. Hingga membuat si empunya langsung sadar sepenuhnya bahwa sekarang mereka tengah berada di kamar sang adik.


Gitta mendorong wajah suaminya untuk menghentikan aksinya. Ken yang kesal karena keinginannya dihentikan oleh Gitta langsung memelototkan matanya dengan tajam ke arah Gitta. Gitta yang paham maksud suaminya pun langsung menangkupkan kedua tangannya pada pipi sang suami. Didekatkannya bibirnya hingga menempel pada bibir Ken dan mel*um*tnya sekilas.


"Kita masih di kamar Khanza Mas, malu jika nanti dia bangun dan melihat kita adu geraman." Kata Gitta sambil masih mengusap rambut Ken.


Ken segera melirik sang adik yang masih tidur meringkuk di dalam sambil memeluk guling kesayangannya. Segera dia berdiri dari tidurnya dan menarik lengan Gitta.


"Kita pindah ke kamarku." Kata Ken tak terbantahkan.


Gitta hanya bisa pasrah dan mengangguk mengiyakan. Dia segera bangun dan berdiri dari tidurnya. Gitta merapikan dulu tempat tidur yang berantakan sebelum berjalan mengekori sang suami keluar kamar Khanza.


Ken menarik lengan Gitta keluar dari kamar Khanza yang berada di lantai satu dan hendak pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Namun, seketika langkah kaki mereka berhenti saat melihat pemandangan tengah malam yang berasal dari dapur.


Ken dan Gitta melihat mommy dan daddy tengah berada di dapur. Mommy masih memakai baju tidur seperti biasa sedangkan daddy hanya menggunakan kolor dan kaos putih. Sepertinya mommy tengah membuat mie atau makanan lain pengganjal perut.


Namun, bukan itu yang menghentikan langkah kaki Ken dan Gitta. Mereka melihat bagaimana sang daddy menempel pada tubuh mommy seperti seorang anak yang sedang mengekori ibunya kemanapun dia pergi. Daddy menempel pada belakang tubuh mommy sambil memeluknya dari belakang. Dagunya diletakkan pada bahu kanan mommy. Daddy bahkan ikut bergerak kemanapun mommy beranjak, entah itu mengambil garam, pisau bahkan saat mommy bergerak mengambil garpu.


Ken dan Gitta masih bisa mendengar omelan mommy yang menyuruh daddy menunggu di meja makan. Namun, bukan Vanno namanya jika tidak berulah. Vanno bukannya membantu sang istri tapi malah merecokinya. Ken yang melihatnya sudah sangat gerah luar dalam. 🙄


"Apa yang mommy dan daddy lakukan di dapur?  Kalian ingin membuatkan aku dan Khanza adik lagi?" Kata Ken memecah konsentrasi orang tuanya. Eh, konsentrasi apa ini?


Seketika mommy dan daddy menoleh melihat ke arah sumber suara. Vanno yang melihat putra dan menantunya disana bukannya malu malah semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri. Retta yang malu tingkah mereka sampai dilihat anak dan menantunya berusaha untuk melepaskan pelukan sang suami.


"Mas, lepasin ih. Malu sama anak dan menantu." Gerutu Retta pada sang suami.


Vanno malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Retta.


"Biarin sayang. Biar mereka tambah gerah melihat kita. Kita komporin saja sekalian." Kata Vanno masih sambil memeluk pinggang sang istri.


"Ccckkk. Kamu kira kita kompor apa." Gerutu Retta.

__ADS_1


"Ho oh. Kan biasanya juga suka manasi sosis." Jawab Vanno sambil tergelak.


Retta yang geram dengan sikap sang suami langsung menjewer telinganya hingga Vanno melepaskan pelukannya.


"Aduuuhhh duuhh duuhhh sayang, sakit ih. Kok di jewer, biasanya suka digigit." Jawab Vanno tanpa dosa.


"Mau digigit lagi? Sini, biar aku gigit sekalian, ben cuplok pisan (biar lepas sekalian)." Geram Retta sambil mengacungkan garpu yang di pegangnya.


Ken dan Gitta yang mendengar perdebatan orang tua mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya.


"Mommy dan daddy kalau mau bertengkar lebih baik di kamar sana. Jangan di dapur, kasihan yang lihat." Gerutu Ken sambil menarik lengan Gitta agar mengikutinya berjalan menuju kamar. Gitta masih menunduk malu saat melewati mertuanya.


"Lha, memang yang lihat kasihan kenapa?" Tanya Gitta.


"Kasihan ingin segera menyerang istrinya." Jawab Ken dengan entengnya sambil menaiki tangga. Gitta yang mendengar jawaban suaminya hanya bisa mencubit pinggang sang suami. Entah kenapa wajahnya merasa panas saat mendengar jawaban Ken.


Sementara di dapur, Retta dan Vanno masih memandang kepergian anak dan menantunya menuju kamar. Setelah mereka tidak terlihat lagi, Retta segera memindahkan mie yang tadi di masaknya ke dalam mangkuk.


"Sayang, itu anak kamu kok jadi lemes gitu ya ngomongnya?" Tanya Vanno kepada sang istri.


"Ya jelas lemes banget ngomongnya, Ken kan anak kamu Mas. Sifat ajaib kamu sudah benar-benar menurun kepadanya." Dengus Retta.


"Ah, masak iya sih." Kata Vanno menimbang perkataan sang istri sambil menarik kursinya. "Tapi, bisa jadi karena diasah terus setiap hari sama Gitta terus bisa lemes gitu." Lanjut Vanno.


"Memangnya pisau diasah segala?" Tanya Retta sambil mendudukkan diri di samping Vanno.


"Bukan pisau, tapi tombak." Jawab Vanno.


Sementara di dalam kamar Ken, Gitta langsung berjalan menuju tempat tidurnya. Dia menoleh menatap jam yang ada di dekat televisi. Pukul 01.50. 


Gitta menghembuskan napas beratnya. Lembur dah ini nanti. Batin Gitta dalam hati. Belum sempat Gitta menoleh untuk mencari keberadaan sang suami, dia sudah merasakan ada dua tangan yang memeluknya dari belakang.


"Mas, pintunya sudah di kunci?" Tanya Gitta di tengah-tengah aktivitas sang suami.


"Hhhmmmm"

__ADS_1


Gitta yang sudah pecah konsentrasinya karena tingkah sang suami hanya bisa pasrah. Dia membiarkan sang suami melakukan apa yang di inginkannya. Saat mereka hendak memulai aktivitasnya, terdengar bunyi telepon menginterupsi aktivitas keduanya.


Gitta segera tersadar dan berusaha menghentikan kegiatan suaminya.


"Mass, ada telepon. Di angkat dulu gih, takut penting." Kata Gitta menahan aktivitas yang hendak dilakukan oleh sang suami.


Ken masih menggeleng mendengar perkataan sang istri. Dia masih berusaha untuk melanjutkan aktivitasnya.


Sementara telepon masih terus berdering beberapa kali seolah memiliki rencana untuk menggagalkan niatan Ken. Gitta yang sudah sangat kesal hanya bisa mendorong wajah suaminya agar menjauh.


"Mas Ken ih, angkat dulu teleponnya. Nanti dilanjut lagi." Kata Gitta.


Ken yang sudah kesal segera beranjak dari posisinya kemudian meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia melihat sekilas identitas penelepon sebelum menggeser ikon berwarna hijau tersebut.


"Hallo, ada apa Al lo telepon gue malam-malam gini. Ganggu orang tau." Gerutu Ken.


"Ken, lo sudah di Surabaya kan? Tolong gue. Gue di kantor polisi."


"Hhaahh" 


.


.


.


.


.


\=\=\=\=\=


Yang sabar ya Kj 🤣🤣


Jangan lupa dukungannya ya, like, comment dan vote

__ADS_1


Thank you 🤗


__ADS_2