CEO-Ku, Suamiku

CEO-Ku, Suamiku
Rapuh


__ADS_3

Mereka sampai di Rumah sakit, Guna dan Ayunda mempercepat langkahnya menuju ruang ICU. Dibelakang mereka menyusul yang lainya yang juga tak kalah paniknya seperti mereka berdua. Mereka melihat Elin yang sedang duduk dikursi tunggu bersama seorang wanita paru baya yang masih terlihat cantik dan juga Ratna ibu mertua Guna. Elin melihat kedatangan mereka dan ia terisak saat putra sulungnya itu berdiri dihadapannya lalu memeluknya dengan erat


"Kakek kalian belum sadar hiks...hiks...operasinya lancar nak!" jelas Elin.


Ayunda memeluk Elin dengan erat "Kenapa Mami nggak memberitahu kita kalau Kakek mau dioperasi? kita nggak akan pergi ke Bali Mi!" ucap Ayunda.


"Itu permintaan beliau, Kakek kalian tidak ingin terlihat lemah di depan kalian!" ucap Elin membuat Raka yang baru saja datang terlihat begitu murka mendengat ucapan Elin.


"Mbak harusnya tahu, Raka berhak tahu keadaan Papi!" ucap Raka menatap Elin dengan tatapan penuh amarah.

__ADS_1


Elin mendekati Raka dan mencoba menenangkan Raka. "Raka dengerin Mbak dulu! Mbak dan Kakakmu minta maaf tidak memberitahumu, tapi dek kamu tahu bagaimana keras kepalanya Papi kan? Papi tidak mau menjalani pengobatan jika kamu tidak pergi bersama Guna dan Gemal ke Bali! keberangkatan kalian ke Bali adalah rencana beliau agar kalian semua tidak khawatir padanya" jelas Elin sendu.


Elin bisa melihat Raka yang begitu terluka saat ini. Ada rasa marah dan kecewa saat mengetahui ia sama sekali tidak diberitahu jika Papinya sedang menjalani operasi sedangkan dirinya bersenang-sedang di Bali bersama yang lainya.


"Apa hanya Kak Adit anaknya Papi?" lirih Raka namun bisa dengar Aditnya yang baru saja keluar dari ruang ICU. Aditya terkejut mendengar ucapan Adik bungsunya ini yang terlihat begitu rapuh sejak kecil. Ia mendekati Raka dan memeluknya layaknya sang Kakak yang menyayangi Adiknya. Pelukan yang membuatnya berharap agar ia dapat mengurangi beban sang adik yang merasa bersalah karena tidak mendampingi Ayah mereka.


Tak ada isak tangis yang terdengar namun semuanya tahu Raka terlihat begitu terluka dan ia pun tidak menolak pelukan dari sang Kakak sulungnya yang sangat ia hormati. "Papi kuat, yakinlah dia pasti bisa bertahan dan melihatmu bahagia bersama keluarga kecilmu kelak. Jangan pesimis dan berpikiran yang tidak-tidak Raka!" ucap Aditya.


Aditya menepuk punggung Raka dan melepaskan pelukannya. Ia menatap Raka dengan serius "Papi ingin kita kuat dan jangan bersedih untuknya dek!" pinta Aditya.

__ADS_1


Raka hanya menganggukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya mejauh dari Aditya. Ia terduduk di kursi tunggu membuat Adinda melepaskan pelukannya bersama Alfa dan memilih mendekati Raka, ia duduk disamping Raka. Adinda melihat Raka yang terlihat tidak memiliki tenaga dan terlihat begitu kusut dengan penampilanya yang selalu terlihat rapi jika dalam keadaan normal membuatnya perasaanya begitu sakit.


Adinda memegang tangan Raka. ia memasukkan semua jari tangannya ke tangan besar Raka. Tak ada kata yang terucap dari bibir Adinda, ia menyandarkan kepalanya di bahu Raka untuk sekedar menemani Raka. Raka tidak menolak kehadiran Adinda disisinya, ia membiarkan Adinda menatapnya dan melihat wajahnya yang saat ini telihat begitu kusut karena tenggelam dengan pikirannya yang kacau.


Bibir Adinda bergetar menahan tangis karena melihat kerapuhan Raka yang seperti ini. Raka terlihat sangat-sangat terluka dan ia ikut merasakan sakit hanya karena melihat kondisi Raka yang seperti ini. Wajah tanpa tangis Raka membuat Adinda tahu betapa Raka ingin terlihat kuat namun sebenarnya Raka juga terlihat tidak sanggup bersandiwara dengan ekspresi wajahnya yang datar itu. Kenapa Raka tidak menangis seperti Kak Guna yang sekarang meneteskan air matanya melihat Kakeknya dari balik kaca?.


Guna memiliki Ayunda yang bisa menguatkanya sedang pria yang ada disampingnya saat ini selalu merasa sendiri selama ini. Menciptakan ruangnya sendiri tanpa ingin siapapun mengusik dirinya dan mengetahui betapa sedih dan kesepian dirinya selama ini.


Adinda lebih suka mendengar suara Raka memarahinya atau berdebat seperti biasa dengan hal-hal kecil yang selalu mereka ributkan. "Om, tidak sendirian. Ada kita semua Om kalau itu yang Om pikirkan. Kita harus optimis dan percaya Kakek akan segera sadar" ucap Adinda.

__ADS_1


Raka tidak menjawab apapun ia mengangkat kepalanya dan mengendarkan pandangannya lalu ia menyadari kehadiran seorang wanita parubaya yang selama ini selalu ia anggap telah mati dan kenapa muncul disini seolah kehadiranya diharapkan keluarganya.


__ADS_2