
__ADS_3
"Papi benar-benar keterlaluan!" ucap Aditya membuat Elin mengelus punggung Aditya mencoba menenangkannya.
"Pi, jang emosi. biar nanti kita bicarakan baik-baik sama Papi!" pinta Elin.
Aditya menghembuskan napasnya "Pilihan kamu udah tepat Guna, dari dulu papi tidak pernah memaksa kamu mengikuti keinginan kakekmu apalagi menjadi pewarisnya. dulu bahkan Papi rela mencari uang sendiri untuk biyaya kuliah Papi karena Kakek kamu tidak menyetujui Papi menjadi Dokter. kakek kamu tidak menyukai Mami kalian karena Mami kalian sangat mendukung Papi menjadi dokter" ucap Aditya.
"Mami dulu juga selalu saja menangis kalau Kakek kalian memarahi Mami. bahkan dulu Papi juga dijodohkan dengan wanita lain. padahal kan Mami ini sudah tunangan sama Papi. Mami dibilang sebagai penghambat Papi kalian untuk sukse" jelas Elin.
"Pada hal dibalik kesuksesan Papi ada doa Mami" ucap Aditya menatap istrinya dengan tatapan penuh cinta. "Kenapa kamu tidak cerita sama Papi nak?" tanya Aditya mengalihkan padangannya kepada Guna dan menatap Guna dengan serius.
"Guna tidak ingin Papi terganggu dengan masalah Guna. lagian Guna juga bisa sedikit besantai dirumah karena tidak terlalu sibuk Pi" jelas Guna tidak ingin Aditya mengkhawatirkannya.
"Papi sangat malu dengan kelakuan kakek kalian, dia tidak pernah berubah bahkan Raka menjadi korban dan sampai saat ini dia menghilang" ucap Aditya mengingat adik tirinya yang hanya berbeda satu tahun dari Guna.
Raka Ferian Candrama adalah telah menghilang sejak ia menamatkan SMAnya. hidup terkekang dan harus menjadi anak yang sempurna membuat Raka memilih meninggalkan kemewahan yang selama ini ia dapatkan. Nama Raka bahkan dilarang untuk diucapkan di depan Farhan Candrama. mengingat itu semua membuat Aditya menyesal karena meninggalkan sang adik kepada Papinya yang ambisius.
__ADS_1
"Gemal sudah meminta orang untuk mencari dimana Om Raka Pa" jelas Gemal.
"Menurut informasi yang Guna dapatkan, Om Raka bekerja disebuah Universitas di Sumatera" jelas Guna.
"Papi ingin bertemu Raka" ucap Aditya menatap keduanya dengan sendu. andai saja ia memberikan sedikit perhatian kepada adiknya mungkin Raka akan memberitahunya dimana ia berada. Aditiya dulu sangat kecewa karena Papinya membawa seorang anak yang ia akui sebagai anak bungsunya dari istri mudanya yang saat itu ia ceraikan.
"Biar Gemal pi yang cari Om Raka" ucap Gemal.
"Bawa dia pulang Gemal. Papi ingin tahu bagaimana keadaanya, apa dia telah menikah apa belum? apa dia sehat-sehat saja? apa dia mirip dengan papi apa tidak? dia adik Papi yang sangat baik. papi malu padanya karena sikap papi!" ucap Aditya.
Ayunda tersenyum melihat Elin begitu lembut pada suaminya. keduanya terlihat sangat serasi. apalagi Mami Elin ternyata yang selama ini selalu mendukung Papi. Ayunda ingin menjadi seperti Elin yang mendukung suaminya.
"Ayu kok muka kamu pucat banget?" tanya Elin menantap menantunya itu dengan tatapan khawatir.
"Ayu hanya kecapean aja Ma" jelas Ayunda.
__ADS_1
"Mami temani ke dokter ya!" ajak Elin.
"Nggak usah Mi, Ayu nggak apa-apa kok!" tolak Ayunda.
Guna memegang dahi Ayunda dan dahi istrinya itu tidak panas. ia kemudian memeluk Ayunda "Kalau ada yang sakit bilang sama Mas!" ucap Guna.
"Pi, mereka berdua ini ngermehin kita, mau pergi ke dokter? kita ini memangnya bukan dokter ya Pi?" ejek Gemal kesal dengan Mami dan kakak sulungnya.
"Hahahaha, Mami hampir lupa kalau kalian berdua Dokter" tawa Elin membahana membuat Ayunda ikut terbahak.
"Mi, gini-gini aku dan Papi ini Dokter hebat Mi" kesal Gemal.
Guna sejak tadi memperhatikan Ayunda dan ia menghela napasnya karena baru menyadari wajah pucat istrinya. "Ada yang sakit sayang?" tanya Guna lembut. Ayunda menggelengkan kepalanya. Gemal mendekati Ayunda dan memeriksa nadi Ayunda.
"Ini saran gue ya Kak, istri Kakak ini harus diberi banyak makanan sehat yang bergizi. dia kemungkinan besar sedang hamil dilihat dari kondisi tubuhnya" ucap Gemal. mendengar ucapan Gemal membuat Ayunda dan Guna terkejut.
__ADS_1
__ADS_2