
__ADS_3
Persawat akhirnya mendarat, mereka semua turun dari pesawat. Guna menggendong Ghavin dan melangkahkan kakinya masuk kedalam bandara. Ayunda tersenyum melihat Guna yang terlihat sangat cekatan mengurus bayi mereka.
"Mbak, Kak Guna perhatian banget ya sama Mbak dan Ghavin. Nanti kalau Dinda hamil dan punya bayi pasti Kak Raka juga perhatian gitu sama Dinda!" ucap Adinda.
"Tapi kalau mbak sih yakin banget itu si Gemal kalau dia udah punya anak sama Vian Mbak yakin seratus persen kalau Gemal pasti akan berubah dan sayang banget sama Vian" ucap Ayunda membuat Vivian menggelengkan kepalanya.
"Mbak Ayu jangan ngarang, dimana-mana perhatian itu terlihat ketika masih berdua saja. kalau udah bertiga apalagi berempat biasanya bapaknya nggak mau ngurusin anaknya" ucap Vivian.
"Vian, Papa kita sejak dulu selalu ngebantu Mama jagain kita. Jadi nggak semua suami itu perhatiannya hanya saat mereka muda, buktinya Papa sampai kita gede kelihatan banget masih sayang sama Mama!" jelas Ayunda.
"Iya Mbak," ucap Vivian. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua kandungnya. Ia merasa beruntung menjadi bagian keluarga Candrama, apalagi Farhan sejak dulu selalu memanjakannya.
"Dinda!" panggil Raka.
"Vian, yakinlah batu kalau ditetesin air terus menerus dia akan hancur juga sama kayak kekerasan hati Gemal lama-lama dia akan luluh juga sama kamu!" ucap Adinda. Adinda tahu perasaan Vivian yang sebenarnya kepada Gemal walau Cuvuan selalu menutupinya. "Aku kesana dulu ya" ucap Adinda mendekati Raka dengan cepat.
"Kenapa Kak?" tanya Adinda.
Raka menunjukkan ponselnya dan melihat Felisa dilayar ponselnya sedang memakan es krim bersama Ratna dan Elin. "Bunda jangan lupa buat dedek kata nenek sama Oma" ucap Felisa membuat Adinda melototkan matanya.
"Feli sayang udah makan?" tanya Adinda sengaja mengalihkan pembicaran.
"Udah Bunda-bunda cium Feli dulu!" pinta Feli membuat Adinda segera mendekatkan layar ponselnya dan mencium wajah Feli cup.... Adinda kembali menatap layar ponsel dan melihat wajah imut Felisa dengan gemas.
"Ayah cium Feli juga!" pinta Felisa. Adinda mendekatkan ponsel itu ke wajah Raka. cup...Raka mencium wajah Felisa dari kayar ponselnya. "Bunda dan Ayah cium-ciuman juga!" ucap Felisa membuat Adinda melototkan matanya. "Ayo Bunda!" ucap Felisa membuat Adinda mencium pipi Raka.
__ADS_1
"Udah kan nak sekarang Feli kasih ponselnya ke Nenek atau Oma!" ucap Adinda. Ia melihat Ratna tersenyum melihat wajah kesal putrinya yang lucu itu "Mama nggak boleh ngajarin Felisa yang aneh-aneh!" ucap Adinda.
"Hahaha... kamu lucu ya Din, malu-maluin padahal mau. itu bukan Mama yang ngajarin kan kamu bilang kalau Feli kangen sama kamu, kamu minta video call dan kamu janji bisa cium Felisa dari jauh. Adinda kesal Mamanya dan Mbak Mami memang punya seribu alasan buat menggodanya.
Raka mengambil ponselnya dari tangan Adinda. "Ma, kita mau berangkat ke hotel!" ucap Raka.
"Iya nak, jagain istri bocah kamu ya nak!" ucap Ratna membuat Raka tersenyum.
"Iya Ma sekarang sudah dewasa Ma, anak bungsu Mama!" ucap Raka sambil memegang kepala Adinda dengan satu tangannya.
"Iya Ka, udah bisa buat anak soalnya hahaha.." tawa Elin ternyata telah mengambil ponsel Ratna.
"Iya Mbak. Titip Felisa ya Mbak, Ma!" pinta Raka.
"Iya Ka, yang tabah ya Ka!" goda Elin membuat Adinda kesal.
"Waalaikumsalam" ucap Ratna dan Elin bersamaan. Klik Raka segera menarik tangan Adinda karena sepertinya mobil yang menjemput mereka telah sampai didepan.
"Ka..." panggil Alfa membuat Adinda dan Raka mempercepat langkahnya mendekati Alfa dan yang lainnya.
Mereka masuk kedalam mobil yang telah datang menjemput mereka. Raka duduk disamping Adinda sedangkan Karina dan Alfa berada dibelakang. Guna, Ayunda, Gemal dan Vivian beserta dua pengasuh berada di mobil yang berbeda.
"Kita nggak ke resort yang kemari Kak?" tanya Adinda.
"Nggak, kita ke hotel yang baru. Hotel ini baru dua bulan menjadi milik kita. Pemilik baru menjualnya dengan harga murah karena proyek mega ini terhambat disebabkan kekurangan investor" ucap Raka.
__ADS_1
"Jadi kita kesini bukan hanya sekedar menemani berbulan madu Ka?" tanya Alfa.
"Iya Kak, kita kesini sekalian peresmian hotel ini!" jelas Raka.
"Dasar aneh mana ada bulan madu ramean begini sekalian kerja juga" ketus Adinda.
"Yang aneh itu kamu, kita masih banyak waktu kalau mau pergi berdua saja. Saya akan sangat sibuk dan kamu sebagai asisten pribadi setelah selesai kuliah nanti kamu bakalan bisa pergi berdua dengan saya kemanapun saya pergi!" ucap Raka membuat Adinda menatap Raka dengan tatapan menyelidik.
"Awas ya Kak tidak ada pelakor diantara kita berdua!" ancam Adinda membuat Alfa dan Karina tersenyum. "
"Pelakor yang kamu maksud maksud itu Rifki? dia bukan tandingan saya Dinda dan kamu tahu itu" ucap Rak membuat Adinda terkejut. Namun melihat wajah kesal Raka, ia harus segera mengatakan hal yang manis agar suaminya ini tidak marah padanya.
Adinda memegang tangan Raka "Rifki kan nggak setampan Kakandaku ini, lagian Dinda udah bucin parah sama Kakanda" goda Adinda membuat Raka malu karena godaan Adinda didengar Alfa.
"Bisa tidak kamu sedikit lebih kalem Dinda, kamu nggak malu sama Kak Alfa!" bisik Raka.
"Udah biasa Ka, tabahkan hatimu saja. Dari dulu sampai sekarang begitulah Adinda mana bisa dirubah!" ucap Alfa membuat Raka menganggukkan kepalanya.
"Iya kak tadi malam..." ucapan Adinda terhenti saat Raka menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Diam!" bisik Raka karena ia tahu Adinda bisa saja keceplosan menceritakan sesuatu yang terjadi malam tadi jika dipancing Alfa atau Ayunda. Padahal ia tahu sebenarnya istrinya ini tidak berniat untuk mengatakannya. "Yang tadi malam rahasia Dinda" bisik Raka.
*Astaga **** banget sih gue, gue mau mempermalukan diri gue sendiri. Kak Raka aku padamu!
Batin Adinda bersyukur karena Raka segera menghentikannya niatnya yang ingin menceritakan jika ia terpaksa memakai kemeja Raka dan celana dalam Raka karena ulah Ayunda*.
__ADS_1
tbc..
jangan lupa like, komentar, rate bintang lima dan Vote ya! terimakasih...
__ADS_2