CEO-Ku, Suamiku

CEO-Ku, Suamiku
Bawa dia pulang


__ADS_3

Makanan datang dan Adinda segera memakan makanannya dengan kesal, Raka tampak santai dan ia memotong stik dan memakanya dengan elegan membuat Adinda menatap Raka dengan sinis. Tiba-tiba seorang pria masuk kedalam ruangan khusus ini dan segera menyapa Raka.


"Apa kabar ka, seminggu nggak datang rasanya sepi, tumben nggak ngajak felisa tapi yang diajak Bundanya!" ucap Tegar membuat Raka tersenyum.


"Din, ini pemilik cafenya namanya Bang Togar" ucap Raka memperkenalkan Tegar kepada Adinda.


"Adinda" ucap Adinda mengulurkan tangannya.


"Tegar" ucapnya.


"Cantik Ka, pantesan semua cewek yang mendekatmu ditolak semua" ucap Tegar. Adinda hanya tersenyum mendengar ucapan Tegar.


"Nama Abang kayak lagunya Rosa Tegar" ucap Adinda membuat Tegar tertawa.


"Hahaha bukan kamu aja yang bilang, dulu waktu istri saya pertama kali kenalan dengan saya dia nanya ke saya apa ibu saya penggemar Rosa" ucap Tegar membuat Adinda tersenyum ternyata Tegar teman Raka ini orangnya menyenangkan. "Raka mengenai perjalanan ke dua puluh panti, saya sudah menyiapkan proposal untukmu. Kali ini sumbanganya yang banyak ya Ka!" pinta Tegar.


"Oke asal makanan ini nggak usah dibayar ya Bang!" ucap Raka membuat Tegar tertawa.


"Hahaha... Itu mah gampang" kekeh Togar.


Raka melihat Adinda telah selasai memakan makanannya. "Saya nggak bisa lama bang mau ngajakin dia jalan dulu!" jelas Raka.


"Oke Ka, hati-hati Ka jangan ngebut kan sayang kalau lecet!" goda Togar tersenyum melihat Adinda.


"Oke Bang nanti saya transfer aja ya Bang! kita pergi dulu Bang terimakasih makan gratisnya!" ucap Raka membuat Togar tersenyum.


"Terimakasih bang!" ucap Adinda.

__ADS_1


"Ayo Dinda!" ajak Raka. Ia memegang tangan Adinda dan mengajak Adinda segera keluar dari cafe.


Bagi Togar, Raka adalah orang yang sangat hebat dan mengagumkan. Karena Raka lah ia bisa membuat cafe ini bisa sebesar ini. Raka bukan hanya membantu masalah keuangan cafe tapi ia juga mengajarinya begitu banyak arti hidup. Sosok pemuda yang tidak banyak bicara tapi membuktikan dengan tindakan. Dulu tempat ini hanya sebuah warung kopi biasa yang menjadi tempat berkumpulnya geng motor mereka. Tapi sekarang cafe ini memberikan para geng motor pekerjaan juga menghidupi keluarga mereka bukan hanya sekedar tempat nongkrong mereka.


Raka menghidupkan mesin motornya dan menatap Adinda yang saat ini masih berdiri dengan wajah yang ditekuk. "Ayo kita pergi ketempat selanjutnya!" ucap Raka membuat Adinda segera duduk dan Raka melajukan motornya dengan kecepatan sedang.


Raka kembali menarik tangan Adinda agar nemeluk pinggangnya. Dalam perjalanan Adinda masih memikirkan satu nama yang membuatnya penasaran. Felisa, siapa Felisa sebenarnya. Jika Raka sering mengajaknya pergi ke cafe itu berarti Raka menyayangi sosok Felisa. Adinda sengaja memilih diam dan tidak membuka pembicaraan kepada Raka karena saat ini ia sibuk dengan pemikirannya.


Beberapa menit kemudian Raka berhenti disebuah rumah sederhana namun memiliki halaman yang luas. Adinda membaca papan nama yang tertempel di dinding Rumah ini. "Panti Harapan" ucap Adinda.


"Ayo turun!" ajak Raka, ia mematikan mesin motornya lalu turun dari motor bersama Adinda. "Ini panti yang sering aku kunjungi" jelas Raka.


Raka membuka pintu pagar dan sosok anak perempuan berumur empat tahun berlari kearahnya. "Ayah datang!" teriaknya dan ia segera memeluk kaki Raka.


Raka segera mengangkat anak itu lalu memeluknya. "Ayah lama nggak kesini, Ayah lupa sama Felisa!" ucap Felisa membuat jantung Adinda berdetak dengan kencang.


Adinda merasa bingung, tiba-tiba Raka membawa Felisa mendekati Adinda, membuat Felisa menyembunyikan wajahnya ke dalam pelukan Raka.


Seorang perempuan parubaya mendekati Raka dan Adinda. "Feli nggak boleh gitu sama Pak Raka!" ucapnya. Perempuan parubaya itu bernama Asna, ia adalah pengurus panti ini. "Ini toh yang namanya Mbak Dinda, ayo mbak masuk!" ajak Asna. Asna bisa melihat tatapan penasaran Adinda kepada Felisa.


Adinda tersenyum dan ia menatap kearah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Felisa. "Masuklah, saya akan bermain sebentar bersama Felisa!" ucap Raka.


Asna mengajak Adinda agar mengikutinya masuk kedalam panti. "Silahkan duduk nak!" ucap Asna.


"Sebelumnya ibu sangat senang nak Dinda mau mampir ke sini bersama Pak Raka!" ucap Asna membuat Adinda tersenyum.


"Bu saya mau tanya Felisa" ucap Adinda terhenti saat Asna tersenyum menatapnya.

__ADS_1


"Felisa, menganggap Pak Raka itu Ayahnya. Felisa itu anak korban kecelakaan masal yang kedua orang tuanya meninggal ditempat. Semua keluarga Felisa menolak untuk merawatnya dan akhirnya Felisa dititipkan disini. Felisa itu dulu kita kira bisu nak, tapi ketika Pak Raka datang kemari untuk memberikan bantuan kepada pantu ini, Felisa memanggil Pak Raka Ayah dan sejak itu Felisa mau bebicara kepada kita!" jelas Asna membuat Adinda tanpa sadar meneteskan air matanya.


Adinda segera menghapusnya air matanya dan menatap ibu Asna dengan tatapan sendu. "Umur Felisa berapa Bu?" tanya Adinda.


"Empat tahun tiga bulan nak, sebenarnya Felisa sudah ada beberapa orang yang mau mengadopsinya tapi Felisa menolak dan dia menangis terus. Felisa selalu bilang Ayahnya Pak Raka akan datang menjemputnya untuk tinggal bersamanya" ucap Asna.


"Apa saya boleh mengadopsinya?" tanya Adinda menatap Asna dengan tatapan penuh harap membuat Asna meneteskan air matanya.


"Sebenarnya Felisa telah diadopsi Pak Raka, tapi karena Pak Raka tidak memiliki istri Pak Raka menitipkan Felisa disini untuk sementara" jelas Asna. "Kalau Mbak Dinda menikah dengan Pak Raka berarti Felisa akhirnya memiliki keluarga yang lengkap hiks...hiks..." tangis Asna haru.


Raka masuk ke dalam panti bersama Felisa yang sekaan tidak mau lepas dari Raka dan memeluk Raka dengan erat. Adinda menatap Raka dengan tatapan bersalah karena berpikiran buruk tentang Raka. Ia kemudian mendekati Raka dan mengambil Felisa yang berada didalam pelukan Raka lalu Adinda menggendongnya.


"Felisa mau tinggal sama Bunda?" tanya Adinda membuat Felisa terisak dan kemudian menganggukkan kepalanya.


"Iya hiks.. hiks... " tangis Felisa membuat Adinsa tidak bisa menahan isakannya. "Hiks...hiks... Bunda janji nggak akan ninggalin Felisa disini?" tanya Felisa.


"Iya hiks...Ayah bawa dia pulang!" ucap Adinda dengan air mata yang menetes membuat Raka tersenyum dan menganggukkan kepalanya.


"Terimakasih" ucap Raka memeluk Adinda dan Felisa.


"Lain kali jangan main teka teki sama Bunda ya Yah!" ucap Adinda.


"Ya" ucap Raka menggaruk kepalanya karena haru juga agak sedikit canggung karena Adinda memanggilnya ayah.


Raka tersenyum bahagia karena dugaannya memang benar jika Adinda pasti akan mengatakan jika ia menginginkan Felisa tinggal bersama mereka tanpa Raka minta. Adinda sosok perempuan tulus yang ia kagumi dan ternyata hatinya tidak pernah salah mencintai sosok cantik yang saat ini menangis didalam pelukanya.


Sebenarnya ke Panti hari ini bukanlah rencananya. Ia ingin mengajak Adinda kemari jika ia telah menikah dengan Adinda. Hari ini seharusnya ia ingin mengajak Adinda bermain ke taman hiburan sesuai dengan keinginan Adinda yang ingin dilamar saat naik komedi putar. Raka tidak bisa membayangkan betapa kesalnya Gemal dan Guna saat ini, karena mungkin keduanya telah menyiapkan kejutan dan telah menyewa komedi putar agar tidak dinaiki pengunjung lain.

__ADS_1


tbc...


Makasi buat vote, like dan komentarnya...


__ADS_2