
__ADS_3
Raka membasahi tubuhnya dengan air karena hari ini ia cukup lelah dengan pekerjaannya dan juga sibuk memikirkan istrinya. Sebenarnya ia tidak tega membuat Adinda terlihat sedih, tapi jika mengingat Adinda mengucapkan nama Rifki bahkan membandingkannya dengan Rifki membuatnya sangat murka.
Setelah mandi pikiran dan tubuhnya telah kembali segar, ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Raka melihat Adinda yang sedang terbaring di ranjang. Raka ingin mengelus kepala Adinda namun saat ia mendekati Adinda, ia mengurungkan niatnya. Egonya memintanya untuk tidak cepat luluh dan agar membuat istrinya itu mengerti kesalahannya saat ini.
Raka keluar dari kamar membuat Adinda menangis dengan keras. Ia ingin meminta maaf dengan Raka agar Raka tidak mengacuhkannya. Adinda menarik selimutnya dan memejamkan matanya hingga akhirnya ia terlelap.
Raka menuruni tangga dan ia melihat beberapa karyawan serta chef dihotelnya sedang sibuk menyiapkan acara makan malam keluarga besarnya dan juga perayaan ulang tahun Elin menatu Farhan Candrama. Beberapa orang membungkukkan tubuhnya saat melihat kehadiran Raka. Raka melangkahkan kakinya mendekati Vivian yang sedang duduk di ayunan sambil membaca buku dipangkuannya.
Raka duduk disebelah Vivian membuat Vivian melirik Raka dan kemudian tersenyum. "Tumben Om tiba-tiba nyamperin Vian" ucap Vivian.
"Memang saya nggak boleh duduk didekat kamu, asal kamu tahu ya Vian. Saya sudah seperti Ayah kamu kalau kamu lupa!" ucap Raka membuat Vivian terkekeh.
Vivian ingat bagaimana Raka menjemputnya disekolah dan juga mengawasinya bermain di Taman walaupun Raka sedang sibuk dengan buku yang ia baca. Hidup di Rumah yang besar seperti ini hanya berdua dengan Raka dan juga para pembantu, membuat keduanya saling melengkapi. Farhan selalu sibuk dengan urusan bisnisnya membuat Vivian akhirnya hanya bisa bergantung kepada Raka.
"Hehehe... iya Om becanda, kenapa Om mau konsultasi sama Vian?" goda Vivian.
"Konsultasi? kenapa saya harus konsultasi sama kamu sedangkan rumah tanggamu dan Gemal aja nggak beres" ejek Raka membuat Vivian memukul lengan Raka karena kesal.
"Om nggak boleh gitu!" ucap Vivian.
"Saya hanya ingin tanya, Dinda tadi ada cerita nggak tentang sayang?" tanya Raka.
"Ada" ucap Vivian.
__ADS_1
"Cerita apa?" tanya Raka lagi karena ia penasaran.
"Dia nangis tadi Om gara-gara Om nyuekin dia!" ucap Vivian membuat Raka mengangkat kedua alisnya. "Om kalau marah jangan kayak keponakan Om, ambekan. Udah tua ambekan" ucap Vivian mengingat sosok Gemal membuat Raka menatap Vivian dengan sinis.
"Dia bilang apa lagi?" tanya Raka melipat keduanya.
"Tanya sendiri Om!" kesal Vivian membuat Raka menghembuskan napasnya.
"Kamu kalau lagi berantem atau kesal sama suami kamu, kamu jangan pernah bahas mantan pacar kamu dan apalagi membeda-bedakannya!" ucap Raka.
"Om sama keponakan Om mirip tingkahnya ternyata" gerutu Vivian, ia segera berdiri dan melangkahkan kakinya meninggalkan Raka dengan kesal.
Raka menghembuskan napasnya dan ia memilih masuk kedalam ruang kerjanya. Banyak laporan yang harus ia baca termasuk proposal dari beberapa mahasiswa yang ia bimbing. Ia berkutat dengan pekerjaan dan melupakan sejenak masalahnya bersama Adinda.
Beberapa tamu undangan tampak hadir dan tersedia meja khusua yang berada dimeja panjang untuk para tamu kolega bisnis Farhan Candrama. Raka mencari sosok Adinda dan ia hanya melihat Vivian dan Ayunda. Raka melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana kamarnya dan juga kamar Adinda berada. Ia masuk dan melihat wajah pucat Adinda yang belum dimakeup.
Adinda melihat keberadaan Raka dibelakangnya. Raka menghela napasnya karena tadi ia sempat berpikiran buruk tentang keadaan istrinya. Ia kemudian membalikan tubuhnya dan menghembuskan napasnya lega.
"Udah ramai dibawah Din!" ucap Raka mencoba untuk membuka pembicaraannya.
Dinda melangkahkan kakinya dengan cepat dan memeluk tubuh Raka dari belakang. ia menyandarkan kepalanya di punggung Raka. "Maafkan Dinda Kak!" lirih Adinda. Raka memilih diam dan mendengarkan ucapan Adinda. "Dinda salah, Dinda janji nggak akan merepotkan Kakak!" ucap Adinda.
"Saya bukan marah karena permintanmu Dinda!" ucap Raka dingin.
__ADS_1
"Iya Dinda tahu, ini karena Dinda mengatakan tentang Rifki. Maafkan Dinda Kak... hiks...hiks... !" tangis Dinda pecah membuat Raka menghela napasnya dan ia membalikan tubuh istrinya itu lalu membalas pelukannya. "Dinda janji nggak akan mengatakan itu lagi!" ucap Adinda.
"Sudah jangan menangis lagi, kamu udah makan?" tanya Raka. Adinda menggelengkan kepalanya.
"Dinda nggak lapar Kak!" ucap Adinda membuat Raka mengeraskan rahangnya namun ia mencoba menahan emosinya karena ia sadar istrinya saat ini butuh perhatiannya.
"Jangan nangis lagi, Kakak juga minta maaf!" ucap Raka karena ia telah membuat istrinya menangis.
"Hiks... hiks... kalau mau marah Kakak jangan diemin Dinda kayak gini hiks... sehari rasanya sebulan kak!" tangis Dinda pecah membuat Raka menggendong tubuh Adinda dan mendudukkan Adinda dipangkuannya.
"Bukan setahun?" goda Raka.
"Kalau setahun kelamaan hiks...hiks... " Raka tersenyum dan ia mencium bibir Adinda dengan lembut.
"Kamu jangan pernah memuji Rifki didepan Kakak Dinda, Kakak tidak suka!" pinta Raka dingin.
"Iya Kak!" lirih Adinda. "Maafin Dinda dan jangan diemin Dinda lagi. Dinda nggak suka Kakak kayak patung dan acuh sama Dinda!" ucap Adinda membuat Raka tersenyum. Belum sampai sehari ia sengaja mengacuhkan istrinya, ternyata istrinya tidak tahan diacuhkan olehnya dan sama seperti dirinya yang tidak tahan jika berjauhan dari Adinda.
"Kakak tidak marah sama kamu hanya kesal saja!" ucap Raka.
"Kesal aja kayak gitu apalagi marah. Jangan membuat Dinda takut Kak!" pinta Adinda.
"Oke sayang" ucap Raka mencium dahi Adinda dengan lembut.
__ADS_1
__ADS_2