Pendekar Penentang Langit

Pendekar Penentang Langit
Ch. 10 - Hutan Kuno II


__ADS_3

Liuzhen merasakan sedikit janggal, menurut Liuzhen dia telah melewati waktu tidak lebih dari dua puluh menit, hanya saja matahari telah menunjukkan tanda-tanda terbenam.


Liuzhen cuma bisa terdiam merasakan kejanggalan tersebut, jika dia kembali tidak ada jaminan kalau wanita tersebut membunuhnya. Perlahan Liuzhen mulai mengingat cerita Sang Kakek tentang hutan kuno.


Rasa penyesalan mulai menghiasi wajah Liuzhen, dirinya hanya bisa menggenggam pakaian wanita dibandingkan harus bertarung, Liuzhen berpikir kalau dia masih terlalu lemah untuk menjadi seorang pendekar.


Lamunan Liuzhen terpecah ketika sebuah serangan melesat cepat kearahnya tapi tidak lebih cepat dari wanita sungai itu, sehingga dia mampu menghindari dengan baik.


Banyak hewan buas yang mulai mengelilingi Liuzhen, keberadaan mereka bahkan tidak disadari oleh Liuzhen sendiri, sekarang dirinya berpikir melawan wanita itu tidak begitu buruk.


Liuzhen mulai melancarkan serangannya satu persatu, hanya saja hewan yang bertubuh puluhan kali lebih besar itu terlalu kuat untuk dihancurkan, tidak cuma kuat tetapi kulit mereka juga begitu tebal.


Liuzhen berpikir setidaknya satu monster ini setara dengan pendekar ahli ke-3, satu tingkat dibawah Anzhu, sedangkan Liuzhen berada ditahap pendekar muda.


**

__ADS_1


Malam hari itu Sang Kakek tidak bisa merasakan keberadaan Liuzhen sama sekali, bahkan dia mulai khawatir terjadi sesuatu pada cucunya.


Alasan Sang Kakek tidak khawatir dengan pria itu sebelumnya karena dia dapat merasakan keberadaan Liuzhen dalam jarak tertentu, cuma sekarang aura Liuzhen tidak dapat dirasakan lagi.


Sang Kakek bergegas keluar mencari pancaran aura Liuzhen, disepanjang jalan Sang Kakek melihat begitu banyak hewan buas yang mati bahkan tertumpuk di satu tempat.


Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul, Sang Kakek berpikir apakah Liu kecilnya itu terlibat atas pembantaian hewan buas tersebut.


Sepanjang malam Sang Kakek mencari Liuzhen tapi tidak menemukan apapun selain bau baju Liuzhen yang tertinggal pada seorang wanita didepannya.


"Permisi nona, apakah kau bertemu dengan seorang pemuda disepanjang jalan pada hari ini?" tanya Sang Kakek menjelaskan ciri Liuzhen.


Sang Kakek spontan menggaruk kepalanya sambil tersenyum canggung, "Ahh! Maafkan pria tua ini yang terlalu terburu-buru, margaku Fan nona muda ini bisa memanggilku Fan," balas Sang Kakek.


"Kalau begitu tuan Fan, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu kembali.

__ADS_1


"Aku sedang mencari seorang pemuda, kebetulan bau tubuh nona muda ini sama dengan pemuda yang sedangku cari," ucap Sang Kakek.


"Tuan Fan, aku mengerti maksudmu apakah kau mengendusku dari jauh hanya untuk memastikan pria bodoh itu, bukankah itu kurang sopan?" balas wanita tersebut.


"Karena kau mengenal pria mesum itu, aku harap kau mengajarinya dengan keras, dia bahkan berpura-pura tidak bisa membedakan wanita dan pria," sambung wanita itu.


"Pria tua aku akan membantumu, jadi kusarankan kau tidak perlu mencari si tidak tahu malu itu lagi, jika aku menemukannya akan kubuat dia mencarimu langsung dengan sebelah kaki." Sambil mengeluarkan tekanan auranya.


"Nona muda, aku sarankan kau tidak perlu seperti itu, lebih baik bagimu untuk tidak berurusan dengannya," ucap Sang Kakek sambil mengeluarkan aura tekanan yang lebih besar.


Seketika itu juga tidak ada angin yang berhembus, bahkan tanah disepanjang jalan mulai merasakan dampaknya. Tekanan aura Sang Kakek membuat wanita tersebut merasakan ancaman besar.


"Sepertinya kau tidak mengetahui kemana dia pergi, tapi kuperingati sekali lagi mohon ucapan nona manis ini dijaga," balas Sang Kakek pergi seketika.


Kepergian Sang Kakek dari hadapan wanita itu, memberikan angin segar kepada wanita tersebut. Dia baru saja memprovokasi seseorang yang seharusnya tidak diprovokasi.

__ADS_1


"Kekuatannya tidak jauh berbeda denganku, tetapi kenapa tekanan yang dia berikan begitu kuat," gumam wanita itu dalam hati.


"Fan... sepertinya aku pernah mendengar nama itu tapi dimana," sambung wanita tersebut dalam hati.


__ADS_2