Pendekar Penentang Langit

Pendekar Penentang Langit
Ch. 88 - Minatour


__ADS_3

"Apa kita akan selamat?" Changyi sedikit putus asa.


Perkataan Changyi mendapat tatapan tajam dari Yu Fei, dia merasa ucapan itu seharusnya tidak layak keluar dari seorang pendekar.


"Jangan sampai rasa takut kalian menutupi jati diri kalian sendiri!" Tegas Yu Fei menyemangati.


Xiao Mei juga menganggukkan kepala dia berpikir jika pendapat Yu Fei benar, "Seandainya kematian adalah pilihan terakhir, aku harap kita semua masih saling mengenal di kehidupan berikutnya," sambung Xiao Mei tersenyum tipis.


"Semuanya... sudah saatnya prajurit Elang Putih untuk bangkit!" Seru Yu Fei kembali menyemangati.


Meskipun Yu Fei berkata demikian, dia juga sadar kondisi yang sedang mereka hadapi.


Tidak lama dari perkataan Yu Fei, tiba-tiba Changyi melihat sesosok banyangan besar di hadapannya.


Bayangan itu memiliki dua tanduk sambil merangkul kapak di pundak, "K...ke...ketua," Changyi merasa sesak memanggil Yu Fei.


Mata Changyi terpusat pada bayangan besar di depan, saat perlahan-lahan bayangan itu mendekat Changyi mulai semakin gelisah.


Dia berfirasat jika makhluk itu telah mengetahui lokasinya, ingin rasanya Changyi berteriak tetapi rasa takut yang dimilikinya sudah melebihi kematian.


Setelah beberapa saat bayangan di hadapan Changyi menghilang, dan pria gemuk itu berhasil menarik napas lebih lega.


Changyi berinisiatif ingin memberitahukan apa yang dia lihat kepada Yu Fei, tetapi saat dia menoleh hal yang tidak terduga terjadi, seluruh tempat telah dikepung oleh Minotaur.


Bahkan Yu Fei dan yang lain telah siap mengambil posisi bertarung, "Akhirnya moment yang ditunggu-tunggu telah datang," gumam Yu Fei tersenyum pelan.


Di sisi lain Changyi masih belum dapat menerima kenyataan, matanya melebar begitu bulat melihat sekelilingnya.

__ADS_1


"Apa aku bermimpi?" Changyi masih tidak percaya.


"Gendut... sudah saatnya kerja! Aku akan mentraktirmu banyak daging saat kita pulang," Yu Fei tersenyum lebar kepada Changyi.


"Tidak saatnya untuk menangis!" Teriak Yu Fei keras.


Dengan cepat Changyi mengusap air matanya, dia kemudian menarik napas dengan dalam dan bersiap bertarung.


"Yuwen... kami akan membuka jalan untukmu, berlarilah sebisa mungkin... harus ada salah satu diantara kita yang selamat." Yu Fei telah mengambil keputusan.


Yuwen ingin membantah keras perkataan Yu Fei, tetapi bukan saatnya untuk mengambil sikap pahlawan.


Jika tidak ada yang berhasil selamat, maka tidak akan ada yang dapat membalaskan dendam nantinya.


**


Pria itu bergegas mengikuti petunjuk dari Momo, dia bahkan tidak bertanya apakah jalan yang dipilih benar atau salah.


Jenderal Abadi telah memberitahu Liuzhen, jika teman-temannya sedang mendapatkan kesulitan.


"Momo cepat," desak Liuzhen.


Pria muda itu melihat jika monyet putih miliknya sedang mengambil sesuatu, tetapi Liuzhen tidak mempedulikan hal tersebut.


Liuzhen sedikit berang melihat tingkah Momo, dia lalu melempar kerikil kecil ke arah monyet kecil itu.


Saat dilempat kerikil Momo tersadar jika Liuzhen sedang marah, monyet kecil itu langsung kembali sambil membawa sesuatu di mulutnya.

__ADS_1


"Berhentilah bermain-main, aku akan memberikan padamu permainan yang lebih baik jika kau mau, tetapi waktunya sedang tidak tepat," keluh Liuzhen kepada Momo.


Momo yang mendengar perkataan Liuzhen langsung menuruti permintaan pria itu, kecepatan Momo berlari juga semakin cepat.


Selama perjalanan Liuzhen sedikit terpukau ketika tidak ada satupun hambatan ditemuinya, pria itu bertanya-tanya dalam hati, "Apakah momo dapat melihat masa depan?" Liuzhen berpikir keras untuk menebak.


Tidak butuh waktu lama untuk Momo menemukan tempat yang di tuju, tetapi saat Liuzhen berhasil banyak darah berceceran di lantai.


Darah tersebut membuat Momo tidak berani berjalan, dia kemudian memilih untuk bersembunyi dibalik baju Liuzhen.


Tindakan Momo membuat pria muda itu sedikit bingung, tetapi dia tidak begitu mempedulikannya.


Liuzhen kemudian melangkah lebih dalam hingga menemukan banyak monster di dalam sana, Liuzhen tidak dapat berkata apa-apa melihat jumlah Minatour.


Dari kejauhaan Liuzhen melihat samar seseorang sedang bertarung, pria itu dengan cepat langsung mendekati.


Kedatangan Liuzhen membuat banyak Minatour melirik ke arahnya, tetapi pria muda itu tidak menggubris hal tersebut.


"Minggir!" Teriak Liuzhen sambil mengayunkan pedang hitam miliknya.


Tanpa disadari air mata Liuzhen menetes perlahan-lahan, "Pergi!" Teriak Liuzhen lebih keras.


Semakin dekat Liuzhen ke arah pria itu, semakin dia mengenali orang yang sedang bertarung.


"Senior Yuu!" Liuzhen memanggil dengan keras.


Tetapi teriakan Liuzhen tidak dapat didengar oleh Yu Fei, hampir semua indera mereka terpusat pada pertarungan.

__ADS_1


Selain itu jarak diantara mereka masih terbilang jauh, "Kurang ajar! Minggir kalian semua...." Teriak Liuzhen yang melihat jumlah Minatour tidak ada habis-habisnya.


__ADS_2