
__ADS_3
Di dalam gua terdalam Yu Fei dan rekan-rekannya cukup kelelahan, mereka memutuskan untuk berisirahat di sudut ruangan kecil.
Changyi yang merasa begitu banyak mengabiskan tenaga mengangkat suara, "Ketua... bagaimana sekarang? Setiap pintu yang kau pilih selalu berakhir dengan musibah," ucap Changyi dengan napas memburu.
Xiao Mei tidak membantah perkataan Changyi, begitu juga dengan Yuwen mereka semua terlihat sedikit putus asa.
Di sisi lain Yu Fei juga merasa bersalah, dia bingung setiap tempat yang mereka masuki selalu ada monster mengerikan.
Monster tersebut berbentuk manusia berkepala banteng, setiap pukulan darinya mampu mematahkan rusuk kultivator tingkat Ahli ke-9.
Seandainya monster itu hanya satu mungkin Yu Fei dan yang lainnya tidak akan tersudutkan, tetapi jumlah mereka begitu banyak.
Pada akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan mengumpulkan tenaga terlebih dahulu, kali ini Yu Fei memiliki tanggung jawab lebih besar.
Yu Fei tidak tahu kapan hal ini akan berakhir, seandainya waktu dapat diulang dia memilih untuk tidak memasuki gua.
Yuwen juga memiliki pemikiran yang sama dengan Yu Fei, bahkan kultivasi tingkat Raja-nya tidak mampu untuk melindungi diri sendiri.
**
"Kita berbicara begitu banyak, tidakkah anda mau memperkenalkan diri? Setidaknya biarkan aku dapat memanggilmu," ucap Liuzhen kepada patung.
"Heh! Dasar bocah, kalau begitu panggil saja aku Jenderal Abadi," jawab patung merasa bangga.
__ADS_1
"Jenderal? Abadi?" Liuzhen sedikit bingung mau menanggapi apa, jika dilihat-lihat lagi patung tersebut hanya ukuran saja besar tetapi bentuknya tidak menunjukkan layaknya prajurit tinggi.
"Maafkan aku... tapi wajahmu begitu mirip dengan Momo, bagaimana bisa ak memanggilmu jenderal."
Saat Liuzhen mengucapkan Momo, tiba-tiba kotak penyimpanan Liuzhen bergetar kuat sejenak.
Liuzhen merasakan hal itu dan langsung mengeluarkan momo dari kotak penyimpanan kecil miliknya, siapa sangka Sang Patung begitu terkejut ketika melihat Momo muncul.
**
Sebenarnya ruang penyimpanan hanya mampu menyimpan benda mati, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi monyet kecil milik Liuzhen.
Di sisi lain kehadiran Momo membuat Sang Patung tersentak, dia tidak percaya bisa melihat monyet putih lagi.
Andai saja seseorang menyaksikan patung besar tertawa, tidak akan ada yang mempercayainya selain menganggap itu siluman atau monster.
Hari ini Liuzhen mengalami hal rumit, bahkan lebih rumit lagi ketika menjelaskan benda mati dapat berbicara.
Meskipun begitu Liuzhen tidak mencoba untuk menangkapnya dengan akal pikiran, tetapi dia lebih menerima semuanya mentah-mentah tanpa perlu berpikir.
Setelah Momo menampakkan diri, monyet putih itu langsung berdiri di pundak Liuzhen.
Momo berpikir jika patung di depannya adalah musuh, aura patung tersebut begitu mendominasi.
__ADS_1
Sesekali Momo memekik ke arah patung, rambut di sekujur tubuhnya berdiri begitu tegang.
Liuzhen berusaha menenanginya, tetapi Momo tetap merasa terancam dengan kehadiran Sang Patung.
"Jenderal... aku tidak tau apa yang terjadi, tapi sepertinya Momo tidak begitu menyukaimu," ucap Liuzhen sambil menenangkan Momo.
"Aku bertemu begitu banyak musuh dengan kemampuan jauh lebih kuat, tetapi dia tidak pernah bertingkah seperti ini," sambung Liuzhen.
Jenderal Abadi membalas ucapan Liuzhen, "Aku juga tidak begitu mengerti, seluruh rasku saling berperang satu sama lain, ketika aku kembali semuanya sudah menjadi lautan darah."
Sang Patung kembali menyambung ucapannya, "Aku besyukur dapat melihat salah satu bangsaku yang masih hidup, tapi dia menanam kebencian padaku." Sang Patung dapat melihat isi pikiran Momo.
"Lebih tepatnya dia memiliki dendam dengan rasnya sendiri, sepertinya...." Sang Patung mencoba memikirkan hal terburuknya.
Liuzhen yang mendengar ucapan Jenderal Abadi yang tidak habis ikut penasaran, "Ada apa?" Tanya Liuzhen.
"Dari mana kau mendapatkannya?" Tanya kembali Sang Patung.
Liuzhen kembali menceritakan kisahnya di Hutan Kuno, bagaimana dia bertemu dengan Yin dan bagaimana pria muda itu bertemu dengan Momo.
Singkat cerita Sang Patung paham dengan apa yang dijelaskan Liuzhen, dia lalu memberitahukan kepada pria di hadapannya, "Sepertinya yang menghabisi seluruh rasku adalah rasku sendiri," kekecewaan Sang Jenderal terlihat begitu jelas.
"Anak muda... meskipun kau masih bocah ingusan dan juga begitu lemah, tapi aku mohon padamu untuk menjaga keturunanku dengan baik, dia akan sangat berguna bagimu nanti, satu fakta yang dapat aku sampaikan padamu, jika rasku adalah ras tertinggi di bumi dan di langit."
__ADS_1
Seketika Liuzhen kembali teringat dengan ucapan Yin untuk membawa monyet putih itu bersamanya, karena cepat atau lambat monyet itu akan banyak membantu perjalanan Liuzhen.
__ADS_2