
__ADS_3
Dalam pertarung sengit setidaknya Liuzhen telah menumbangkan tiga hewan buas tersebut, sedangkan masih ada begitu banyak musuh yang terus berdatangan.
"Ini tidak akan ada habis-habisnya," ucap Liuzhen kesal.
Liuzhen mencoba sebaik mungkin meminimalisir pengeluaran tenaganya, dia masih belum mengetahui apa yang akan terjadi kedepan.
Jika bukan karena Seni Raga Langit sudah dari awal Liuzhen merasakan kematian, dirinya cukup bersyukur meskipun dia baru mempelajari tingkat satu Seni Raga Langit.
Semakin lama Liuzhen bertarung tingkatan monster yang berdatangan juga semakin kuat, Anehnya beberapa monster terlihat saling bertarung satu sama lain.
Beberapa monster memilih menghindari pertarungan dan pergi beberapa yang lainnya memilih untuk bertarung, Liuzhen berpikir jika monster itu lebih agresif jika merasa terancam satu sama lain.
"Takdir sedang memihakku," gumam Liuzhen sambil menghindari pertarungan sebisa mungkin.
Liuzhen mulai memasuki hutan lebih dalam, tentu saja semakin dia memasuki hutan Liuzhen akan merasakan tubuh semakin berat, paling tidak sekarang Liuzhen merasakan empat kali dari berat tubuhnya.
Kecepatan Liuzhen juga mulai melambat, dirinya berpikir jika ini terus terjadi cepat atau lambat akan menimbulkan masalah baru.
"Aku rasa ini sudah cukup jauh, mungkin harus mencari tempat terlebih dahulu untuk memulihkan tenaga." Pikirnya dalam hati.
Liuzhen terus mengamati jalan sekeliling hingga dia menemukan sebuah gubuk tua dan mulai mendekati, Liuzhen bertanya-tanya tentang keberadaan gubuk tersebut, tempat yang rapuh tetapi masih berdiri kokoh diantara hewan-hewan besar.
__ADS_1
Sepanjang waktu Liuzhen mengamati bahkan memberanikan diri untuk memasukinya, tetapi dia tidak menemukan tanda-tanda yang aneh selain bangunan tua berdiri kokoh, Liuzhen juga berpikir tempat ini sudah lama ditinggalkan.
"Tidak terlalu buruk," gumam Liuzhen kecil.
Liuzhen mulai memulihkan stamina, dia juga berpikir untuk tidak keluar sementara waktu agar bisa kembali fokus melatih Seni Raga Langit.
Selain itu Liuzhen berpendapat kalau dirinya masih terlalu lemah untuk memahami situasi dan kondisi sekarang.
**
Sudah sebulan lebih sejak Anzhu memberikan kitab Penempaan Tubuh pada Liuzhen, dirinya cuma bisa menanti sambil bertanya-tanya apakah Liuzhen baik-baik saja.
Kehadiran Biao Bei yang terkadang mengganggu Anzhu membuat hatinya semakin gusar, Anzhu tidak pernah berpikir jika suatu saat dia harus merasakan kesunyian diantara bintang-bintang.
Pesta tersebut bukanlah tempat untuk merasakan kenikmatan atau kelezatan makanan, melainkan tempat memperbaharui koneksi serta ajang memperlihatkan bakat putra-putri mereka.
Anzhu sudah cukup terbiasa dengan hal tersebut dia hanya berpikir acara-acara seperti ini terlalu membosankan.
"Liu gege, kenapa dirimu sangat lama kembali," gumam Anzhu kecil.
Anzhu kemudian menoleh ke arah gelas sambil memutar minumannya, "Kau memang mengatakan akan kembali, tapi tidakkah kau rasa ini terlalu lama," lanjut Anzhu yang matanya mulai terasa berat.
__ADS_1
Saat Anzhu akan tertidur seorang pria menghampirinya, "Nak Anzhu apa yang sedang kau lakukan sendiri," sapa pria tua tersebut memecah rasa kantuk Anzhu.
"Ahh paman Biao, aku hanya ingin menikmati acara ini dengan caraku saja," balas Anzhu kecil.
"Keluargaku memperlakukan tamu-tamunya dengan baik, apakah ada yang kurang menurutmu nak Anzhu," tanya paman Biao lagi.
"Tidak paman! Tentu saja tidak, aku cuma sedikit bosan hanya sedikit kok paman, tidak lebih, " balas Anzhu yang matanya masih terasa berat.
Anzhu tidak begitu berantusias untuk menyembunyikan perasaan bosannya itu, dia berpikir jika acara ini penuh dengan hasrat untuk memiliki dan diakui, ditambah rasa kantuk yang tidak tertahankan lagi.
"Bosan? Apakah acara keluargaku ini kurang menarik dimata nak Anzhu?" tanya pria tua itu kembali.
"Bukan begitu paman, aku tidak bermaksud seperti itu," balas Anzhu yang kini matanya mulai melebar.
"Anakku baru saja mencapai tingkat ahli, bagaimana kalau nak Anzhu memberikan sedikit saran kepada dirinya," ucap pria tua itu sembari menunjuk ke arah Biao Bei.
Sekarang Anzhu mengerti dibalik kedatangan paman Biao dan dalang rencana dari semua ini, ingin sekali Anzhu menolak tawaran tersebut, hanya saja dia tidak ingin menyinggung paman Biao.
"Baiklah paman, aku kira diriku juga perlu menyadarkan seseorang jika wanita yang sedang melamun tidak suka untuk diganggu," ucap Anzhu berjalan kearah Biao Bei.
Anzhu mulai berdiri dan berjalan ke arah Biao Bei dengan tatapan yang menjengkelkan. Seandainya Biao Bei sedikit mengerti tentang wanita, dirinya tidak akan mengalami hal buruk.
__ADS_1
"Ahh, anak muda ini ternyata memiliki pandangan serta pemikiran yang tajam, dia tidak ingin mempermalukanku tetapi dia juga tidak ingin harga dirinya jatuh, aku rasa anakku tidak akan pernah bisa mendapatkan hati wanita ini," gumam pria tua itu dalam hati sambil mengusap janggutnya.
__ADS_2