
__ADS_3
Gerry menatap dari kejauhan seorang wanita dengan perut membuncit tengah melayani pelanggan yang sedang membayar tagihan makanannya. Kaca mata hitam yang kini bertengger di hidung mancungnya tak dapat menghalangi pandangannya pada sosok yang sedari tadi mencuri perhatiannya.
"Kau lihat Rania... Bayiku baru saja menendang perutku." Lirih Kyara menahan sakit sembari tertawa.
"Haha... Sepertinya kaki mungilnya itu minta diikat biar tidak bandel lagi." Seloroh Rania mengelus gemas perut Kyara.
"Huh, kau menakutinya! Lihat, dia tak lagi bergerak." Gerutu Kyara dengan bibir mengerucut.
"Hahaha... Dasar ibu hamil sensitif." Cibir Rania yang memutuskan langsung pergi dari meja kasir sebelum mendapat amukan dari Kyara.
"Dasar menyebalkan." Sungut Kyara.
Dari kejauhan Gerry melihat semua interaksi dan canda tawa istrinya yang nampak bahagia walau dalam keadaan yang sangat sederhana. Bahkan Gerry juga dapat melihat Kyara yang kini meringis karena mendapatkan tendangan dari dalam perutnya. Mungkinkah bayi yang masih bersemayam dalam perut Kyara itu menyadari bahwa saat ini ia berada dekat dengan ayah kandungnya?
Tiba-tiba rahang tegas Gerry mengeras tat kala melihat kedatangan seorang pria yang sangat dikenalinya tengah membawa satu kantong plastik dengan merk salah satu bulan yang ada pada kalender. William nampak mengeluarkan satu per satu makanan dari kantong plastik di depan meja kasir yang membuat Kyara kegirangan.
__ADS_1
Tangan Gerry terkepal semakin erat saat melihat William mengelus lembut rambut hitam lebat milik Kyara. Bahkan Gerry tak memperdulikan jika kini kukunya sudah menancap di telapak tangannya.
Sama halnya dengan Gerry, saat ini Rania tengah menahan rasa sesak yang sangat sulit untuk ia artikan melihat pandangan yang sudah biasa ia saksikan. Walau Rania tahu, jika Kyara hanya tidak tega menolak kebaikan William padanya selama ini.
"Wajahmu sudah seperti udang rebus saja." Cibir Kyara melihat wajah putih William kini memerah akibat terkena sinar matahari.
"Hahaha... Tapi tetap tampan bukan?" Kelakar William percaya diri.
"Hish, kau ini... Terlalu percaya diri sekali..." Cibir Kyara.
Para gadis yang tengah menyantap bakso nampak menatap takjub pemandangan menyegarkan mata di depan mereka. Bagaimana tidak, sangat jarang sekali mereka dapat melihat pria bule tampan di warung bakso seperti saat ini. Namun mereka harus menelan kekecewaan saat mengira jika pria itu adalah suami dari kasir yang tengah hamil saat ini.
"Apakah William sudah lama kembali?" Tanya Gerry pada Asisten Jimmy.
"Pak William baru sampai di Indonesia tadi malam. Mungkin Pak William juga baru sampai di kota ini." Jelas Asisten Jimmy.
__ADS_1
"Jalan." Perintah Gerry yang sudah tidak tahan menahan gemuruh di dadanya. Ia tidak tahu perasaan apa yang kini ia rasakan. Apakah mungkin ia merasa cemburu melihat kedekatan istri dan sahabatnya itu? Entahlah. Gerry sungguh muak dengan perasaannya saat ini.
"Menurutmu apa yang harus saya lakukan saat ini." Pertanyaan ambigu keluar dari mulut Gerry saat mereka telah sampai di hotel yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Kyara saat ini. Saat ini mereka tengah duduk di balkon kamar hotel Gerry yang tidak terlalu luas.
Asisten Jimmy seketika mengerti arah pembicaraan tuannya.
"Menurut saya jika Bapak ingin memberikan kasih sayang pada bayi itu sejak ia berada dalam kandungan, sebaiknya bapak menemui Nona Kyara saat situasi memungkinkan. Mengingat saat ini terlalu banyak orang yang melindungi dan mendukung Nona Kyara. Termasuk Kakek anda sendiri."
***
Kalian tim yang mana?
Gerry dan Kyara
William dan Kyara
__ADS_1
Jangan lupa beri dukungan dengan cara like, komen dan votenya, yeah!:)
__ADS_2