Hanya Sekedar Menikahi

Hanya Sekedar Menikahi
Emosi


__ADS_3

"Tuh aku bilang juga apa!" Ujar Rania ketika hujan mulai turun dengan perlahan.


Kyara menghembuskan nafasnya dengan kasar di udara. "Tapi aku takut jika Pak Gerry memarahiku..." Ucap Kyara. Tangannya mencengkram erat baju OB yang masih melekat di tubuhnya.


"Tidak akan... Lagi pula bukankah suamimu pernah berkata tidak pernah peduli dengan apa yang kau lakukan?" Cecar Rania.


Kyara nampak berpikir sejenak sebelum kemudian mengeluarkan ponselnya yang berada dalam tas.


"Kemarikan ponselmu. Biar aku saja yang menulis pesan untuk asisten suamimu itu!" Tanpa menunggu persetujuan Kyara, kini ponsel Kyara sudah berada di tangan Rania.


Kyara hanya diam memperhatikan jemari Rania berselancar di atas keyboard ponselnya. Entah pesan apa yang di tulis oleh Rania untuk asisten Jimmy.


"Nih, sudah." Rania menyerahkan kembali ponsel milik Kyara.


Kyara menerimanya. "Kau mengirim pesan apa pada Asisten Jimmy? Kenapa pesan terkirimnya tidak ada?" Kyara nampak bingung.


"Hanya aku, Asisten Jimmy dan Tuhan yang tau. Jangan memikirkannya. Lebih baik kau segera membersihkan tubuhmu dan istirahat."


"Selalu saja begitu!" Gerutu Kyara. Bibirnya nampak mengerucut.

__ADS_1


"Segeralah mandi atau aku yang akan memandikanmu!" Ancam Rania.


Kyara mendengus pasrah. Beranjak dari kursi kayu yang didudukinya. Kemudian berlalu dari hadapan Rania.


*


"Nona Kyara mengirim pesan jika malam ini ia akan menginap di rumah sahabatnya, Pak." Ucap Asisten Jimmy saat mobil yang dikendarainya sudah berhenti di depan lobby apartemen.


"Biarkan saja." Balas William acuh. Saat ini ia tengah berbalas pesan dengan Kekasihnya yang menurutnya lebih penting.


"Apa kau sudah mengatur jadwal pertemuan kita dengan Pak Robert?" Tanya Gerry setelah selesai berbalas pesan dengan Ketty.


"Baiklah. Persiapkan apa saja yang dibutuhlan untuk besok."


Asisten Jimmy mengangguk.


Gerry memasuki apartemen dengan pikiran yang kalut. Di pesan kekasihnya tadi, Ketty mempertanyakan kembali rencana pernikahan mereka. Gerry tak tahu harus membalas apa. Ia juga ragu jika Kyara berhasil meyakinkan Kakek Surya jika pernikahan mereka harus berakhir bukan karena dirinya.


Setelah membersihkan tubuhnya Gerry memutuskan untuk duduk di balkon apartemen. Pandangannya menerawang jauh. Gerry nampak menghela nafas beberapa kali. Jika Kakeknya tidak memaksanya untuk menikahi istrinya dan merestui hubungannya dan Ketty, pasti saat ini ia sedang menikmati masa-masa sibuk mempersiapkan pernikahannya. Bukan malah dipusingkan dengan rencana perceraiannya yang akan berjalan sebentar lagi.

__ADS_1


Untung saja sejauh ini kekasihnya itu tidak pernah mencurigainya. Jika Ketty sampai mengetahui pernikahannya, Gerry sangat takut jika Ketty akan meninggalkannya. Jujur saja ia masih sangat mencintai wanita itu. Gerry tetap menanamkan dipikirannya jika hanya Ketty-lah wanita yang dicintainya. Gerry bahkan selalu menampik jika kini hatinya mulai berubah haluan.


Ting


Satu notifikasi pesan masuk dari aplikasi hijau di ponselnya memutus hayalan Gerry.


"William?" Gumamnya.


Gerry membuka pesannya. Setelah membaca isi pesan dari William, entah mengapa rasa lega menyeruak dalam dadanya. William mengatakan jika Kyara menolak cintanya. Namun setelah itu tangan Gerry nampak mencengkram benda persegi empat di tangannya ketika William berkata jika ia sangat senang karena bisa mencium wanita incarannya. Walau hanya di kening saja. Dan lebih senangnya lagi, wanita itu tidak menolaknya.


"Murahan!" Umpat Gerry merasa berang. Untung saja ia masih bisa mengontrol emosinya. Jika tidak, ponsel berlogo Apel digigit berharga puluhan juta itu sudah mencium singkat dinding apartemennya.


***


Lanjut lagi gak?


Absen, yuk... Teman-teman semua dari daerah mana aja nih?


Terimakasih sudah membaca karyaku:)

__ADS_1


__ADS_2