Hanya Sekedar Menikahi

Hanya Sekedar Menikahi
Benar-benar bahagia


__ADS_3

Selama dalam perjalanan, William tak henti mengalihkan pandangannya dari wajah istrinya yang terlihat sangat lelap dalam tidurnya. Rasa bahagia memenuhi relung hatinya setelah mengetahui adanya makhluk mungil yang sedang bersemayang di dalam tubuh istrinya. William mengelus perut rata itu dengan sayang.


"Agh, aku benar-benar bahagia." Gumamnya mencium gemas rambut istrinya. Tiba-tiba senyuman William pun menyurut kala mengingat satu nama yang sering mengacaukan pemikirannya akhir-akhir ini. "Aku harap ketakutanku selama ini tidak terjadi." Gumamnya lagi penuh pengharapan. William benar-benar takut dengan permasalahan yang dihadapinya dapat membuat Rania pergi meninggalkannya bersama anak yang sudah lama ia harapkan kehadirannya.


Setidaknya sampai sembilan bulan ke depan aku masih bisa memperjuangkanmu untuk tetap berada disisiku.


Mobil pun terus melaju membelah jalanan yang cukup sepi siang itu. Hingga beberapa menit berlalu mobil pun telah sampai di apartemen William.


"Apa anda ingin menggendong Nona Rania lagi, Tuan?" Tanya Steve.


William dengan cepat mengangguk. "Tolong bawakan tas istriku." Titahnya yang diangguki Steve.


"Euh..." Rania melenguh dalam tidurnya. Tak lama kedua kelopak matanya pun terbuka. "William..." Gumam Rania saat melihat begitu dekat wajah suaminya.


"Kau sudah bangun?" Tanya William sambil terus berjalan menuju unit apartemennya.


Kesadaran Rania pun kembali datang. "Turunkan aku..." Perintahnya saat menyadari jika kini tubuhnya tengah berada dalam gendongan William.


"Diamlah. Kita akan segera sampai." Ucap William semakin mempercepat langkah kakinya.


Setelah masuk ke dalam apartemennya, dengan hati-hati William pun menurunkan tubuh Rania di atas sofa.


"Lain kali tidak perlu menggendongku. Tubuhku ini berat dan kau akan keberatan jika selalu menggendong tubuhku. Kau bisa membangunkanku jika telah sampai di apartemen." Ucap Rania.

__ADS_1


"Tak masalah. Aku bahkan tidak keberatan jika harus menggendong tubuhmu kemana pun itu." Balas William dengan santai.


Rania mendengus. "Terserah kau saja." Balas Rania tak ingin berdebat.


"Mana ponselmu?" Tanya William.


"Ponselku? Untuk apa?" Tanya Rania kembali.


"Apa kau tidak ingin menghubungi Ibu dan Ayahmu untuk memberitahuka kabar bahagia ini?" Tanya William.


Rania menepuk jidatnya. "Aku hampir saja melupakannya!" Seru Rania. "Ibu pasti akan sangat senang jika mengetahui sebentar lagi akan mempunyai cucu." Ucap Rania berkaca-kaca. Mengingat wajah tersenyum Ibunya tiba-tiba saja membuat hatinya bersedih.


"Kalau begitu cepatlah hubungi Ibu." Perintah William.


Setengah jam lebih melakukan panggilan telefon dengan ayah dan ibunya, akhirnya Rania pun menutup telefonnya karena Ibunya sedang sibuk berjualan di warung baksonya.


"Ayah dan Ibu sangat senang saat mengetahui kehamilanku." Ucap Rania pada William yang baru saja datang membawakan makanan di tangannya.


William mengembangkan senyumannya. "Tentu saja. Dan mereka pun pasti bangga memiliki menantu hebat seperti diriku." Soloroh William. Lalu meletakkan makanan yang dibawanya ditas meja.


Rania mendengus. "Kau terlalu percaya diri sekali." Cibirnya.


William tertawa. "Tentu saja. Aku..." Selorohnya lagi.

__ADS_1


"Sudahlah... Aku sudah sangat lapar. Sebaiknya kita makan sekarang juga." Ucap Rania sambil mengelus perut ratanya.


William berjongkok. Mensejajarkan tingginya dengan Rania. "Anak Daddy sudah lapar, ya..." Ucap William sambil mengelus perut istrinya.


Rania tersenyum. "Iya... Ayo kita makan dulu." Ajak Rania lagi yang diangguki oleh William.


"Biar aku saja yang menyiapkan makanan untukmu." Ucap William menahan pergelangan tangan Rania yang ingin mengeluarkan makanan dari dalam bungkusannya.


***


Buat mengetahui jadwal update, kalian bisa bergabung di grup chat author, ya... Dan buat teman-teman semua... Mampir ke karya baruku yang berjudul "Dia Anakku, Bukan Adikku." Yuk sambil menunggu cerita Rania dan William update. Dan kalian juga bisa mampir di dua novel aku yang lainnya juga, ya.


- Serpihan Cinta Nauvara (End)


- Oh My Introvert Husband (End)


Jangan lupa beri dukungan dengan cara


Like


Komen


Vote

__ADS_1


Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya...


__ADS_2