
__ADS_3
"Tapi... aku masih memiliki pekerjaan yang harus aku selesaikan." Tolak Bianca secara halus.
"Apa kau lebih mementingkan pekerjaanmu dari pada putrimu?" Tanya Calvin dengan wajahnya yang berubah semakin dingin.
"A-aku..."
"Jika kau tidak ingin, biar aku saja yang menjemput Cilla." Pungkas Calvin lalu berbalik.
"Calvin, tunggu!" Bianca menahan pergelangan suaminya. "Aku akan ikut! Tunggulah sebentar." Balasnya lalu segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Ayo!" Ajaknya dengan wajah sedikit takut.
Calvin mengangguk lalu berjalan lebih dulu di depan Bianca.
Biarkan saja jas itu. Aku lebih takut jika Calvin akan marah kepadaku. Lagi pula aku bisa mengerjakannya kembali nanti setelah mengantar Cilla pulang. Batin Bianca tak ingin mengambil resiko.
*
"Mommy... Daddy..." pekik Cilla sambil berlari ke arah Bianca dan Calvin yang baru saja turun dari dalam mobil. "Mom dan Dad datang menjemputku?" Suara Cilla terdengar begitu senang. Tubuhnya bahkan melompat-lompat menggambarkan senangnya hatinya saat ini.
__ADS_1
"Ya. Dad dan Mom datang menjemputmu. Apa kau senang?" Calvin tersenyum lalu mengelus rambut putrinya.
"Tentu saja. Aku sangat senang!" Balasnya lalu memeluk tubuh Calvin yang sudah sejajar dengan tubuhnya. "Aku sangat menyayangi kalian..." ucapnya lalu mengecup pipi Calvin.
Cilla pun melepaskan pelukannya lalu beralih pada Bianca. "Mommy..." tak berbeda dengan Calvin, Cilla pun turut memberikan ciuman di kedua pipi Bianca. "Apa Mommy tidak sibuk sehingga bisa menjemputku?" Tanya Cilla dengan kening mengkerut.
Bianca tersenyum. "Mommy akan selalu menyempatkan waktu di sela kesibukan Mom untukmu." Balas Bianca.
"Asik... kalau begitu ayo kita pulang! Aku tahu pasti Mom masih ada pekerjaan setelah ini bukan?" Tanyanya yang diangguki Bianca dengan senyuman kakunya. Menurutnya Cilla sudah seperti peramal yang seolah tahu kesibukannya setiap harinya.
"Ayo masuk." Ajak Calvin lalu menggendong tubuh Cilla masuk ke dalam kursi belakang. "Apa kau masih ingin berada di sini?" Tanya Calvin karena Bianca belum juga masuk ke dalam mobilnya.
Melihat tingkah istrinya membuat Calvin menggelengkan kepalanya lalu ikut masuk ke dalam mobilnya.
Mobil pun mulai melaju membelah jalan. Selama dalam perjalanan Cilla tak henti-hentinya bercerita kegiatan apa saja yang ia lakukan saat di sekolah tadi.
"Daddy... apa Bibi Rania dan Pama William tidak jadi datang ke rumah kita?" Tanya Cilla.
__ADS_1
"Sepertinya mereka mengundur kedatangannya. Karena Bibi Rania tiba-tiba sakit dan Paman William tidak mau mengambil resiko mengajaknya berjalan jauh. Apa lagi saat ini Bibi Rania sedang mengandung." Balas Calvin.
"Bibi Rania mengandung? Mengandung adik bayi?" Tanya Cilla begitu bersemangat. Kepalanya pun maju ke depan agar dapat mendengar dengan jelas ucapan Daddynya.
"Ya. Bibi Rania sedang mengandung adik bayi." Balas Calvin sambil menatap putrinya dari kaca spion.
"Adik bayi? Adik bayi pasti sangat lucu sekali..." ucap Cilla dengan bibir berkerut merasa gemas saat membayangkannya.
"Ya... tentu saja adik bayi sangat lucu." Timpal Bianca mengelus kepala putrinya.
"Cilla juga ingin memiliki adik bayi Daddy, Mommy!" Ucap Cilla tiba-tiba.
"Kau ingin memiliki adik bayi?" Tanya Calvin yang diangguki oleh Cilla.
"Cilla ingin memiliki adik bayi seperti teman-teman yang lainnya, Daddy!" Cilla memasang wajah penuh harap.
"Baiklah. Daddy dan Mommy akan memberikan adik bayi untukmu." Balas Calvin dengan datar.
__ADS_1
Sontak saja jawaban Calvin yang tidak sesuai dengan pemikirannya membuat Bianca terbelalak.
***
__ADS_2