
__ADS_3
"Aku mengizinkanmu untuk pergi bukan berarti aku tidak akan menjemputmu untuk kembali. Aku hanya mengizinkanmu untuk pergi selama aku mencari bukti bahwa tuduhanmu itu tidak benar." Ucap William kemudian.
"Kau memang sudah seharusnya membiarkan aku pergi." Ucap Rania setelah lama terdiam.
"Sudah aku katakan aku akan menjemputmu kembali. Jika kau ingin pergi meninggalkanku maka bermimpilah dalam tidurmu. Karena di dalam dunia nyata itu semua tidak akan pernah terjadi. Karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskanmu!" Tekan William.
Rania tersenyum sinis. "Namun mimpiku itu akan menjadi kenyataan jika kau tidak bisa membantah kenyataan yang ada. Karena sampai kapan pun juga aku tidak akan pernah memaafkan yang namanya pengkhianatan. Dan aku bukanlah wanita yang baik-baik saja bila diduakan. Aku bukanlah wanita sepenyabar Kyara dalam menghadapi ujian di hidupnya. Aku Rania. Wanita keras kepala dengan segala kekuranganku." Ucap Rania dengan tegas.
William terdiam.
"Jika benar Cilla adalah darah dagingmu, aku ikhlas melepaskanmu untuk bertanggung jawab pada ibu dan anak itu. Karena aku cukup sadar jika akulah yang menjadi penghalang diantara kalian. Dan kini aku sadar akan ucapanmu yang melarangku untuk mencintaimu." Ucap Rania lalu menggigit vibir bawahnya menahan agar tangisannya tidak pecah.
"Rania... Buang semua pikiran kotor yang ada di pemikiranmu karena itu semua tidak benar!" Pungkas William. Namun William tidak ingin menjelaskan alasannya yang sebenarnya.
"Sudahlah. Aku akan bersiap-siap mempersiapkan barang-barangku karena besok pagi setelah aku mengajukan surat pengunduran diri di perusahaan Wilson aku akan langsung pulang dimana tempat seharusnya aku berada." Ucap Rania kemudian melangkah meninggalkan meja makan.
"Rania..." Suara William terbuang begitu saja di udara karena Rania sudah benar-benar lenyap dari pandangannya.
__ADS_1
"Aargh... Siall..." Umpat William mengusap kasar wajah bulenya. "Seandainya aku bergerak lebih cepat, semua ini tidak akan terjadi!" Amuk William pada dirinya sendiri. Dan kini William benar-benar menyesal karena Rania mengetahuinya lebih dulu sebelum ia membuktikan kebenarannya. Bahkan ketakutan semakin menghantui pemikirannya jika apa yang sahabatnya duga selama ini adalah benar jika Cilla adalah anaknya. Dan jika semua itu benar, maka ia harus bersiap kehilangan dua orang yang sangat berarti di hidupnya saat ini. Rania dan bayinya.
*
Perusahaan Wilson
Di ruangan Presdir pagi ini terjadi perdebatan kecil antara Sean dan Rania saat Rania menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Sean.
"Apa maksudnya ini Rania? Kenapa kau ingin mengundurkan diri dari perusahaan ini? Bukankah kau berkata jika kau sudah benar-benar nyaman bekerja di sini?" Cecar Sean merasa tidak terima akan keputusan Rania yang terbilang begitu mendadak.
"Maafkan aku, Sean. Namun aku memiliki alasan untuk melakukan ini semua. Dan saat ini aku benar-benar harus kembali ke rumah Ibuku." Ucap Rania menyembunyikan permasalahan yang ada.
Rania menggeleng. "Tidak. Ini semua murni keputusanku." Ucap Rania berbohong.
Sean berdecih. "Apa kau lupa jika kau adalah wanita yang sangat sulit untuk berbohong, Rania? Bahkan sebelum kau menyelesaikan ucapanmu aku sudah mengetahui jika kau sedang berbohong." Cetus Sean.
Rania menarik sudut bibir ke samping. Ia memang terlalu lemah jika berbohong di hadapan Sean.
__ADS_1
"Maaf. Tapi kau tidak perlu ikut campur dengan urusanku kali ini karena aku sudah memiliki keluarga." Pesan Rania tak ingin Sean mencari kebenaran akan permasalannya.
***
Buat mengetahui jadwal update, kalian bisa bergabung di grup chat author, ya... Dan buat teman-teman semua... Mampir ke karya baruku yang berjudul "Dia Anakku, Bukan Adikku." Yuk sambil menunggu cerita Rania dan William update. Dan kalian juga bisa mampir di dua novel aku yang lainnya juga, ya.
- Serpihan Cinta Nauvara (End)
- Oh My Introvert Husband (End)
Jangan lupa beri dukungan dengan cara
Like
Komen
Vote
__ADS_1
Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya...
__ADS_2