
__ADS_3
"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Gerry saat Asisten Jimmy masuk ke dalam ruangannya dengan wajah masam.
"Kenapa dengan wajah saya, Tuan?" Tanya Asisten Jimmy dengan kening mengkerut.
Gerry mendengus mendengar Asisten Jimmy justru menimpalinya dengan pertanyaan kembali.
"Ada apa Tuan menyuruh saya datang kemari? Apa ada hal yang perlu saya kerjakan?" Tanya Asisten Jimmy sesudah menjatuhkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Gerry.
Gerry menghela nafas panjang sebelum menjelaskan apa maksud dan tujuannya.
"Menurutmu hal apa lagi yang harus aku lakukan agar Kyara tetap berada disisiku dan mengurungkan niatnya untuk berpisah denganku." Ujar Gerry dengan nada rendah. Ia sungguh sudah buntu memikirkan jalan keluar atas permasalahannya. Dan berharap dengan berbagi cerita dengan Asisten Jimmy bisa sedikit mengurangi kegundahan hatinya.
Asisten Jimmy dapat menangkap raut wajah keputusasaan dari wajah tuannya.
__ADS_1
"Saya bukanlah orang yang terlalu paham akan urusan rumah tangga dan percintaan. Tuan pasti paham maksud saya dengan kondisi saya selama ini. Namun jika bisa memberi saran, sepertinya tahap awal dari perjuangan tuan adalah mengungkapkan perasaan tuan pada nyonya yang sudah tuan pendam selama ini." Bahkan Asisten Jimmy dapat mengetahui pasti jika tuannya sudah jatuh hati pada istrinya sejak pertama mereka berjumpa di akad pernikahan.
"Perasaan apa yang kau maksud?" Kilah Gerry menyangkal hatinya. Pandangannya pun beralih dari Asisten Jimmy untuk menutupi kebohongannya.
"Saya yakin Tuan cukup paham akan maksud ucapan saya. Karna jika Tuan terlalu lama mengungkapkan isi hati Tuan, maka akan tidak mungkin jika Tuan akan menyesal di kemudian hari." Tutur Asisten Jimmy menatap Gerry yang kini menatap pada langit-langit ruangannya.
"Apa kau yakin jika hal itu akan berakibat baik?" Tanya Gerry meragu. Bisa saja Kyara menyangka ia tengah berbohong.
Setelah hari itu Gerry pun mulai mencerna ucapan Asisten Jimmy. Ditambah dengan penjelasan dari Mama Riana dan Kakek Surya untuk memperjuangkan rumah tangganya dan mengatakan apa yang mengganjal di hatinya pada Kyara, akhirnya Gerry membulatkan tekad untuk mengungkapkan rasa yang sudah terlalu lama ia sangkal.
"Ada apa kau mengajakku ke sini?" Tanya Kyara menatap keindahan kota A dari atas rooftop kafe yang sudah dibooking Gerry khusus hanya untuk mereka berdua.
Gerry nampak begitu gugup untuk mengatakan maksud hatinya. Melihat Kyara dari arah belakang saja sudah membuat darahnya berdesir. Rasanya sungguh berat untuk mengeluarkan kata-kata yang sudah nyangkut di tenggorokannya.
__ADS_1
"Bisakah kita untuk duduk dulu." Ujar Gerry pada akhirnya. Kyara yang sedang tegak di belakang pembatas rooftop pun sontak berbalik hingga beberapa helai rambutnya ikut beterbangan oleh hembusan angin malam.
***
Jangan lupa beri dukungan dengan cara
Like
Komen
Vote
Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya☺
__ADS_1
__ADS_2