
__ADS_3
"Ternyata kau cukup terkenal di perusahaan ini dibandingkan aku. Bahkan mereka sama sekali tidak mengenaliku." Sindir Sean saat mereka sudah masuk ke dalam lift.
Rania tersenyum jenaka. "Tentu saja. Aku..." Balasnya begitu sombong.
"Terkenal karena ke bar-baran saja kau bisa sebangga itu!" Cibir Sean mematahkan semangat Rania.
"Kau..." Amuk Rania memukul keras lengan Sean.
"Kau ingin membunuhku ya!" Pekik Sean mengelus lengannya.
"Rasakan itu!" Cetus Rania memalingkan wajah ke samping.
"Apa anda tidak bisa bersikap dengan wajar satu hari ini sana Nona? Setidaknya di perusahaan ini saja." Ucap Felix dengan datar di belakang Rania dan Sean.
Rania membalikkan tubuhnya menatap tajam pada Felix. "Memangnya selama aku bekerja denganmu sikapku tidak wajar begitu?" Cevar Rania sambil berkacak pinggang.
"Saya rasa begitu." Balas Felix apa adanya.
"Kau..." Rania yang ingin mengamuk pun terhenti saat pintu lift sudah terbuka.
Rania pun hanya bisa membuang nafas kasar di udara untuk menghilangkan kekesalannya pada Felix.
"Aku akan membalas ucapanmu!" Ucap Rania menatap tajam pada Felix.
Felix mengangkat kedua bahunya tanda acuh. Membuat Rania semakin jengkel saja.
"Apa kalian masih ingin berada di dalam sana?" Amuk Sean.
__ADS_1
Rania pun lebih dulu keluar dari dalam lift setelah menginjak sepatu Felix cukup kuat.
"***..." Ringis Felix merasakan sakit pada kakinya. "Anda benar-benar bar-bar, Nona." Gumam Felix kembali memasang wajah datar.
"Selamat datang di perusahaan Bagaskara Tuan Sean, Asisten Felix, Nona—" Sinta terdiam dengan kedua bola mata membola saat menyadari siapakah wanita di depannya. "Nona Rania." Lanjutnya kemudian.
Sean dan Felix mengangguk. Sedangkan Rania memilih menjabat tangan Sinta. "Terimakasih Mbak Sinta." Balas Rania tersenyum.
"Kau sungguh-sungguh membuatku terkejut." Bisik Sinta yang ditanggapi Rania dengan senyuman.
Sinta pun menunjukkan ruangan dimana pertemuan akan dilakukan.
"Mohon ditunggu sebentar. Tuan Gerry akan datang sebentar lagi." Ucap Sinta yang diangguki Sean dan Felix.
Rania pun mulai mengeluarkan berkas-berkas yang diperlukan untuk presentasi serta menghidupkan layar komputernya.
*
Gerry menghentikan aktivitasnya yang sedang mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. "Baiklah. Saya akan segera ke sana." Bangkit dari duduknya kemudian menyambar jas yang menggantung di kursi kerjanya.
Asisten Jimmy pun ikut beranjak. "Tuan William sudah berada di lobby, Tuan." Lapornya pada Gerry.
"Bilang padanya untuk langsung menyusul ke ruangan rapat." Titah Gerry yang diangguki Asisten Jimmy.
"Apa anda tahu jika sahabat Nona Kyara bekerja sebagai sekretaris Tuan Sean, Asisten Jimmy?" Tanya Sinta saat berjalan beriringan dengan Jimmy.
Jimmy mengangguk tanpa menjawab.
__ADS_1
"Nona Rania sungguh terlihat keren." Puji Sinta kemudian.
"Jangan terlalu banyak berbicara. Lebih baik kau segera meminta pada Nisa untuk menyiapkan minuman dan makanan untuk rapat." Titah Jimmy merasa jengah.
Bibir Sinta mengerucut. "Nisa sudah menyiapkannya di ruang rapat, Tuan." Balas Sinta. "Dia itu sungguh tidak bisa diajak bergosip." Rutuk Sinta mengikuti langkah Asisten Jimmy menuju ruang rapat.
"Saya masih bisa mendengar ucapanmu!" Seru Jimmy tanpa membalikkan tubuhnya.
Sinta tersentak kemudian mengunci mulutnya rapat-rapat.
Gerry memasuki ruang rapat dengan senyuman terkembang di bibirnya. "Selamat datang di perusahaan kami Tuan Sean." Ucap Gerry mengulurkan tangannya pada Sean. Kemudian turut menyapa Felix dan juga Rania.
***
^^^Mau lanjut lagi? Kencengin komen dan votenya yuk!^^^
^^^Sambil menunggu cerita Kyara update, kalian bisa mampir di dua novel aku yang lainnya, ya.^^^
^^^- Serpihan Cinta Nauvara (End)^^^
^^^- Oh My Introvert Husband (On Going)^^^
^^^Jangan lupa beri dukungan dengan cara^^^
^^^Like^^^
^^^Komen^^^
__ADS_1
^^^Vote^^^
^^^Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya...^^^
__ADS_2