
__ADS_3
"Apa maksudmu?" Tanya Sean dengan kening mengkerut.
"Aku sudah memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai begitu pula dengannya yang begitu mencintaiku. Begitu pula denganmu, kau sudah memiliki wanita yang kau cintai tapi wanita itu tidak mencintaimu." Ucap Keyla dengan nada sedikit meledek.
"Kau..." Geram Sean sambil mencengkram erat kemudinya.
"Kenapa kau menerima perjodohan ini jika kau sudah memiliki seorang kekasih?" Tanya Sean saat rasa kesalnya sedikit menyurut.
"Coba saja kau tanyakan pertanyaan itu pada dirimu sendiri. Hal apa yang membuatmu menerima perjodohan ini." Tanya Keyla kembali.
"Itu karena..." Sean mendengus.
"Karrna Mommymu bukan? Begitu pula dengan aku." Jelas Keyla.
Sean terdiam.
"Aku begitu menyayangi ibuku sampai aku tidak tega untuk menolak permintaannya. Namun jika kau mau membatalkan pernikahan ini tak masalah. Aku justru merasa bersyukur untuk itu. Karena aku tidak harus terjebak di dalam pernikan dimana suamiku tidak mencintaiku dan menginginkan keberadaanku."
"Jika kau ingin, lakukan saja. Karena aku tidak akan melakukannya!" Cetus Sean. Lagi pula jika aku menolaknya, Mommy pasti sangat kecewa padaku. Lanjut Sean dalam hati.
"Begitu pula dengan aku. Maka dari itu lakukanlah pernikahan ini sampai kita benar-benar tidak sanggup untuk melanjutkannya di kemudian hari. Dan aku yakin jika alasan itu dapat diterima oleh logika, maka kedua orang tua kita dapat mengerti." Ucap Keyla sambil menatap ke arah samping. "Namun..." Ucap Keyla menggantung di udara.
Sean menolehkan wajahnya ke arah samping. "Namun apa?" Tanyanya penasaran.
__ADS_1
"Namun jika selama dalam pernikahan kita kau berani menyentuhku layaknya seorang istri sungguhan. Maka aku tidak akan menerima perpisahan dengan alasan apa pun. Jika kau berani menyentuhku, maka selamanya kau akan terikat denganku!" Cetus Keyla.
"Beraninya kau mengancamku. Lagi pula aku tidak berselera dengan tubuh kurusmu itu." Balas Sean dengan sinis.
Keyla menarik bibirnya ke samping. "Maka dari itu kau harus menandatangani surat perjanjian kita sebelum pernikahan itu terjadi." Ucap Keyla yang membuat Sean melebarkan kedua matanya.
Sial! Bagaimana bisa aku terkecoh dengan wajah polosnya! Ternyata dia bukanlah wanita yang bodoh. Amuk batin Sean.
*
"Apa pekerjaanmu hari ini berjalan dengan baik?" Tanya William saat Rania baru saja masuk ke dalam mobil.
"Ya... Aku sungguh merasa senang karena Baby tidak rewel hari ini." Balas Rania sambil mengelus perutnya.
"Dia memang pintar sepertimu." Ucap Rania sambil mengelus rambut tebal William.
"Kalau itu tidak usah diragukan lagi." Ucap William sambil mencium gemas perut istrinya.
"Uhuk... Uhuk..." Suara batuk yang terdengar cukup keras dari kursi depan menghentikan aksi kebucinan sepasang suami istri di kursi belakang.
"Apa kau sedang batuk, Steve?" Tanya William dengan ketus merasa terganggu oleh suara batuk Steve.
"Sepertinya begitu, Tuan." Balas Steve dengan datar.
__ADS_1
"Bisakah kau menahan batukmu itu saat aku sedang bermesraan dengan istriku!" Cetus William dengan wajah masam.
"William... Kenapa kau memarahinya." Ucap Rania menatap tak suka dengan sikap suaminya.
"Dia mengganggu konsentrasiku saat bermesraan denganmu, Sayang..." Ucap William dengan nada menggoda.
"Sa-sayang..." Rania tergagap. Panggilan sayang dari William untuk pertama kalinya padanya membuat detak jantung Rania berdetak begitu cepat.
"Ya. Sayang... Rania ku sayang..." Ucap William lalu kembali mencium gemas perut bulat istrinya.
"Uhuk..."
***
Vote, komen dan likenya dulu baru lanjut lagi ya😌
Sambil menunggu cerita HSM update, kalian bisa mampir ke novel aku yang lainnya, ya☺
- Dia Anakku, Bukan Adikku (On Going)
- Serpihan Cinta Nauvara (End)
- Oh My Introvert Husband (End)
__ADS_1
__ADS_2