
__ADS_3
"Kau..." Geram Rania mengusap keningnya yang terasa sakit.
"Apa lagi? Kau itu ribut sekali." Ucap William. William pun segera bangkit dari duduknya karna tidak ada lagi urusannya di kursi itu karna kerupuknya sudah habis. "Ingat jangan lupa buatkan aku kerupuk pengharum toilet itu satu toples!" Ucap William kemudian dan segera berlalu dari hadapan Rania yang tengah bersungut.
"Dia itu sungguh menyebalkan sekali!" Rania menghentakkan kakinya di lantai lalu mengambil toples yang sudah kosong.
*
Jarum jam terus berputar ke arah kanan. Sudah hampir 3 jam Kyara tertidur dengan pulasnya. Akhirnya ia pun terbangun karena merasakan lapar pada perutnya. Di saat kedua kelopak matanya sudah terbuka sempurna, kedua bola mata Kyara membola ketika mendapatkan wajah Gerry sudah berada dekat dengan wajahnya. Kyara menatap ke arah perutnya dimana tangan pria itu masih bertengger di sana.
Kyara dapat melihat wajah Gerry yang kelelahan. Wajar saja, pria itu langsung berangkat ke kota A setelah selesai mengerjakan pekerjaan kantornya tadi malam. Kyara menatap sendu wajah Gerry yang sudah terlihat tak terawat lagi. Pria itu nampak tidak merawar tubuhnya dengan baik beberapa bulan belakangan ini.
Dengan hati-hati Kyara pun melepas tangan Gerry yang ada di perutnya. Ia pun turun dari ranjang dengan gerakan pelan. Kyara tak ingin mengganggu tidur lelap suami atau calon mantan suaminya itu. Setelah memastikan Gerry masih terlelap, Kyara pun segera masuk ke dalam kamar mandi.
__ADS_1
Kyara menatap cerminan wajahnya di depan cermin. Semenjak mengandung beberapa bagian tubuhnya nampak membengkak termasuk kedua pipinya yang semakin membulat.
"Apa pipiku akan kembali kecil setelah anakku lahir?" Gumam Kyara mengusap perut buncitnya. "Tidurku terasa sangat nyaman sekali. Apa karna Gerry berada di sisiku tadi. Apa benar jika anakku ini sedang merindukan papanya? Apa kamu begitu menyayangi ayahmu, nak?" Tanya Kyara pada janin dalam kandungannya. Tiba-tiba wajah ceria Kyara menjadi sendu.
"Maaf jika nantinya kau akan terhalang waktu untuk bertemu Papa. Tapi semua ini Mama lakukan untuk kebaikan kita. Mama tidak ingin kau ikut terluka jika kau mengetahui Papa mencintai seorang wanita dan wanita itu buka Mama." Lirih Kyara. Kyara memang belum mengetahui jika Gerry sudah memutuskan hubungannya dengan Ketty. Bahkan Rania pun belum memberitahukannya tentang itu.
"Kau sudah bangun, Kya?" Tanya Rania yang saat ini tengah memakan lolipop di tangannya di meja kasir.
Rania terkekeh. "Ya bisa saja hantu yang menyerupaimu." Kelakarnya.
Kyara mendengus. "Dimana William dan Asisten Jimmy? Apa mereka tidak jadi ikut kemari? Kenapa mereka tak terlihat?" Tanya Kyara merasa heran.
"Mereka ada. Namun saat ini mereka sedang pergi ke pasar."
__ADS_1
"Pergi ke pasar?" Kening Kyara mengkerut. "Untuk apa mereka pergi ke pasar?" Tanya Kyara kemudian.
"Hanya membeli kerupuk jengkolku yang sudah habis."
"Apa? Bukannya kau baru saja menggorengnya tadi pagi?" Kyara merasa heran.
"Ya. Namun William menghabiskannya. Padahal aku belum sama sekali memakannya." Cebik Rania. "Karna William memintaku untuk membuatkannya satu toples lagi dan kebetulan pasokan kerupuknya sudah habis, aku suruh saja dia untuk pergi ke pasar membelinya lagi. Lagi pula ia juga tadi merasa bosan karna menunggu kalian bangun." Jelas Rania.
"William menghabiskan kerupuk jengkolmu? Yang benar saja. Bagaimana bisa pria seperti dia menyukai kerupuk jengkol?" Kening Kyara semakin berkerut.
***
Hai teman-teman semua... Jangan lupa like, komen dan votenya yah.. Beri dukungan kalian untuk cerita haluku ini. Semoga kalian masih tetap setia membaca cerita haluku ini... Terimaksih..
__ADS_1
__ADS_2