
__ADS_3
"Kau ini bicara apa? Siapa yang bersedih, huh? Aku saja baru bertemu dengannya dan kau sudah menuduhku yang bukan-bukan!" Kilah Hana. "Aku bahkan ingin mencekik lehernya itu karna sudah membentakku seenak jidatnya! Dia kan bisa berbicara dengan baik tanpa harus mencecarku!" Sungutnya berwajah masam.
Winda seketika tertawa. "Nah, kalau begini aku baru percaya jika kau ini temanku. Jika melihat wajahmu tadi, kau seperti orang yang habis putus cinta." Ledek Winda.
"Kau ini..." Hana memukul bahu Winda keras membuat Winda mengaduh. "Kau benar-benar ingin menanggalkan bahuku secara perlahan ya!" Sungutnya. Mengelus bahunya yang sakit.
"Kau benar. Jika kau terus saja berpikir yang bukan-bukan tentangku. Aku akan lebih cepat menanggalkan bahumu itu dari tubuhmu!" Ancam Hana.
"Kau ini kenapa seram sekali!" Winda mendengus.
"Ya seperti itulah aku!" Ucapnya membusungkan dadanya.
"Jika kau terus seperti ini, laki-laki mana yang akan tertarik denganmu. Berdekatan denganmu saja jantung mereka sudah mau copot!" Cibir Winda.
"Biarkan saja. Aku bahkan senang jika tak ada yang mengganggu hidupku."
Kepala Winda menggeleng. "Kau itu terlalu menutup diri." Winda menutup kotak obat dan mengembalikan pada tempatnya.
"Kau ingin kemana?" Hana menahan pergelangan tangan Winda saat ingin meraih ganggang pintu.
"Aku ingin membuat kopi yang baru. Kau tunggulah di sini."
"Huh, baiklah. Sepertinya aku juga ingin memintamu membawakan beberapa cemilan yang ada di mobilmu jika kau tidak keberatan." Seloroh Hana.
"Huh, dasar kau ini..." Sungut Winda. "Baiklah, aku akan membawakannya." Winda pun berbalik mengambil kunci mobilnya yang ada di dalam tasnya.
Hana tertawa melihat wajah Winda yang jengkel namun tetap menuruti keinginannya.
*
__ADS_1
"Ayo!" Ajak Dika pada Kyara yang tengah duduk menunggunya di kursi.
Kyara mengangguk. Mengikuti langkah Dika menuju parkiran mobilnya.
"Aku akan sedikit ngebut. Jika kau takut, kau bisa memejamkan matamu." Saran Dika.
Kyara mengangguk. "Hati-hati." Ucapnya saat mobil Dika mulai masuk ke jalan raya melaju membelah keramaian.
Sesuai janjinya, tak memakan waktu lama mobil yang dikendarai Dika sudah memasuki perkarangan mansion keluarga Bagaskara.
"Apa kau jadi ingin mampir?" Tanya Kyara setelah melepas seat beltnya.
"Tentu saja. Aku sangat penasaran dengan wajah keponakanku itu."
Kyara dan Dika pun turun dari dalam mobil. Seorang pelayan membukakan pintu menyambut kedatangan mereka.
"Ada di ruang keluarga, Nona." Jawab pelayan.
"Baiklah. Saya masuk ke dalam dulu." Ucap Kyara.
"Mari, Bi..." Timpal Dika.
Pelayan itu mengangguk dan menampilkan senyum manisnya pada Kyara dan Dika.
"Eh, itu siapa yang datang?" Ucap Rania pada Baby Rey yang masih menangis di gendongannya.
Melihat sosok Kyara sudah mendekat ke arahnya. Baby Rey pun menjulurkan kedua tangannya pada Kyara.
"Anak Mama kenapa nangis, hem?" Kyara mengelus punggung putranya yang sedang terisak.
__ADS_1
"Halo Baby Rey..." Dika mendekat pada Kyara. Memegang tangan mungil Baby Rey.
"Dia sangat tampan. Mirip sekali seperti Gerry." Ucap Dika kemudian setelah mengamati setiap pahatan yang ada di wajah Baby Rey.
Kyara tersenyum. "Kau benar. Dia sangat mirip seperti Papanya. Bahkan tidak ada satupun yang ada di tubuhnya mirip denganku."
"Semoga sikapnya kelak tidak menyebalkan seperti Gerry." Kelakar Dika.
Kyara tersenyum. Tak lama Baby Rey pun sudah mulai tenang di dalam gendongannya. Kyara pun mendudukkan tubuhnya di sofa sambil memangku Baby Rey.
***
...Mau lanjut lagi? Kencengin komen dan votenya yuk!...
Sambil menunggu cerita Kyara update, kalian bisa mampir di dua novel aku yang lainnya, ya.
- Serpihan Cinta Nauvara (End)
- Oh My Introvert Husband (On Going)
Jangan lupa beri dukungan dengan cara
Like
Komen
Vote
Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya☺
__ADS_1
__ADS_2