Hanya Sekedar Menikahi

Hanya Sekedar Menikahi
Positif


__ADS_3

Kyara nampak tertegun melihat tiga buah hasil tespek di tangannya. Tubuhnya bergetar hebat. Keringat membanjiri pelipisnya. Rasa mual yang mula dialaminya seketika berubah menjadi rasa keterkejutan.


Setelah mendengar ucapan Rania, Kyara memutuskan untuk mengeceknya terlebih dahulu. Walau pun merasa tidak yakin, namun dengan ciri-ciri yang dialaminya saat ini membuat Kyara mencoba mengeceknya.


"Bagaimana hasilnya, Kya?" Kepala Rania nampak menyembul dari pintu yang terbuka sebagian.


Kyara masih dalam keterkejutannya. Tangannya terulur memberikan tiga buah tespek ke tangan Rania.


Rania menerimanya. Kedua bola matanya membulat sempurna melihat garis dua dari ketiga tespek. Pandangannya beralih pada Kyara yang sedang berkaca-kaca.


"Kya..." Rania memasuki tubuhnya dengan sempurna ke dalam kamar mandi kemudia membawa Kyara dalam pelukannya.

__ADS_1


Tubuh Kyara yang naik turun membuat Rania tahu jika Kyara tengah menangis. "Tenanglah... Kau bisa melewati semua ini..." Hibur Rania.


"Aku takut, Rania..." Kyara semakin terisak di dalam pelukan Rania. Tangan Rania dengan setia mengulus punggung sahabatnya. Bahkan seragam yang dikenakannya terasa basah oleh air mata Kyara tak ia pedulikan.


"Hey... Apa yang kau takutkan, hm?? Ada aku yang akan menjadi orang terdepan untuk melindungimu. Tidak peduli jika orang yang aku lawan sangatlah berkuasa..." Ucap Rania.


"Aku takut jika Pak Gerry mengetahui ini semua dan menyuruhku untuk menggugurkannya... Bagaimana pun juga aku sudah menyayangi anak ini ketika aku mengetahui keberadaannya..." Kyara mengelus perutnya yang masih datar. "Aku takut, Rania... Sedari awal Pak Gerry sudah memperingatkan agar aku jangan sampai mengembangkan benihnya di dalam rahimku... Hikss..." Tangis Kyara semakin pecah mengingat perjanjian di awal pernikahan mereka.


"Selama satu bulan terakhir aku memang sudah tidak lagi mengkonsumsinya, Rania." Kyara teringat jika satu bulan belakangan terakhir ia tidak lagi mengkonsumi pil pendunda kehamilan karena Gerry yang selalu saja menyerangnya secara tiba-tiba tanpa mempertanyakan terlebih dulu jika ia sudah meminum pilnya atau belum seperti biasanya. Bahkan acap kali Gerry pulang ke apartemen dalam keadaan mabuk yang berujung pergulatan panas mereka di atas ranjang.


"Apa Pak Gerry mengetahui jika kau tidak lagi meminum pil itu?" Tanya Rania.

__ADS_1


Kyara menggeleng sebagai jawaban. "Aku takut, Rania... Hiks..." Air matanya kembali tumpah. Terbayang di benaknya jika Gerry tidak mengharapkan kehadiran anak di pernikahan mereka. Bahkan Gerry berniat menceraikannya saat usia pernikahan mereka sudah memasuki enam bulan.


Rania menghela nafasnya yang kian memberat. Ujian apa lagi yang harus dihadapi Kyara. "Kita lanjutkan di luar saja pembicaraan ini." Menuntun Kyara keluar dari kamar mandi menuju sofa. "Lalu apa yang akan kau rencanakan untuk kedepannya, Kya? Lambat lau Pak Gerry pasti akan mengetahui keadaanmu." Ucap Rania setelah mendudukkan tubuhnya di samping Kyara.


"Pernikahan kami hanya tinggal dua bulan lagi. Semuanya akan berakhir di saat kekasih Pak Gerry sudah kembali dan aku akan pergi. Selama sisa waktu pernikahan kami, aku akan tetap menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri." Ucap Kyara dengan mata yang sudah tergenang kembali.


"Lalu, bagaimana dengan anakmu?" Tanya Rania hati-hati.


"Aku akan merahasiakan keberadaannya dari Pak Gerry sampai waktuku telah habis menjadi istrinya. Aku juga akan berjuang untuknya untuk lahir ke dunia dan mendapatkan kehidupan yang layak."


*

__ADS_1


__ADS_2