Hanya Sekedar Menikahi

Hanya Sekedar Menikahi
Dia tidak pulang


__ADS_3

Setelah menunggu kepulangan William ke apartemen mereka sampai dengan pukul tiga pagi, akhirnya Rania pun tertidur saat tak bisa lagi menahan kantuk di matanya.


"Dia tidak pulang?" Ucap Rania saat terbangun dari tidurnya namun tidak melihat tanda-tanda kepulangan William ke apartemen mereka. "Apa dia begitu marah kepadaku?" Ucap Rania lagi dengan sedih. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, Rania pun bangkit dari sofa menuju dapur untuk membuat sarapan. "Mungkin saja dia akan pulang sebentar lagi." Harap Rania kemudian mulai memasak sarapan pagi untuk dirinya dan William


Namun harapan Rania tinggallah harapan, karena sampai Rania ingin berangkat bekerja, William tak menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Rania menghirup oksigen dalam-dalam saat merasa pasokan oksigennya mulai berkurang. Dadanya kian terasa sesak saat memikirkan keputusannya untuk menunda kehamilan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.


Maafkan aku William. Namun aku juga sama seperti wanita lainnya yang membutuhkan kepastian atas hubungan kita ini. Batin Rania merasa bersalah. Rania pun membersihkan piring bekas makanannya lalu bersiap untuk pergi ke perusahaan Wilson menggunakan bus seperti awal mula ia bekerja di sana.


"Ada apa dengan wajahmu, Rania? Sepertinya kau sedang bersedih." Tegur Deby saat Rania menjatuhkan tubuhnya di atas kursi.


"Aku tidak apa-apa." Balas Rania tersenyum palsu.


Melihat Rania yang sepertinya sedang ada masalah membuat Deby tak lagi bertanya. Karena tidak biasanya temannya itu terlihat begitu muram. Dan dapat Deby tebak jika Rania sedang menghadapi masalah berat.


Tak jauh berbeda dengan Deby, Sean dan Felix pun turut merasakan perbedaan Rani hari ini. Bahkan Rania tak seperti biasanya mau berdebat dengan Felix hanya karena masalah sepele.


"Apa kau sedang ada masalah dengan suamimu, Rania?" Tanya Sean saat Rania kembali masuk ke dalam ruangannya membawa laporan yang ia minta.

__ADS_1


"Tidak. Saya sedang tidak ada masalah apapun. Apa masih ada yang bisa saya bantu Tuan Sean?" Tanya Rania dengan datar.


"Pulanglah. Aku tahu kau sedang tidak fokus untuk bekerja hari ini. Kembalilah bekerja jika perasaanmu sudah kembali normal." Perintah Sean.


"Saya baik-baik saja. Kalau tidak ada yang ingin dikerjakan lagi, saya pamit keluar." Ucap Rania. Lagi pula Rania bukanlah orang yang tidak profesional yang mencampurkan urusan rumah tangganya dengan perusahaan. Dan Rania masih memegang teguh kewajiban dan tanggung jawabnya selama ia bekerja.


Sean menghembuskan nafas kasar di udara saat Rania sudah lenyap dari pandangannya. "Sebenarnya masalah apa yang sedang dihadapi Rania?" Ucap Sean bertanya-tanya.


*


Di apartemen Gerry, William yang sudah cukup lama tertidur itu pun mulai membuka kedua kelopak matanya. Pandangannya mengedar, memeperhatikan dimana tempat ia berada saat ini. "Kenapa aku bisa ada di sini?" Gumam William merasa heran. Tak ingin larut dalam pemikirannya, William pun segera keluar dari dalam kamar.


William mengangguk. "Kenapa aku bisa berada di apartemen Gerry?" Tanyanya.


"Saat anda pingsan di dalam Bar, Tuan Gerry memutuskan untuk membawa anda ke apartemennya, Tuan." Jelas Steve tanpa mengatakan jika dirinya memberitahu Gerry jika ia dan Rania sedang bermasalah sehingga Gerry memutuskan untuk membawanya ke apartemen.


*

__ADS_1


Buat teman-teman semua... Mampir ke karya baruku yang berjudul "Dia Anakku, Bukan Adikku." Yuk sambil menunggu cerita Rania dan William update:)


Mau lanjut lagi? Kencengin komen dan votenya yuk!


Sambil menunggu cerita ini update, kalian bisa mampir di dua novel aku yang lainnya juga, ya.


- Serpihan Cinta Nauvara (End)


- Oh My Introvert Husband (End)


Jangan lupa beri dukungan dengan cara


Like


Komen


Vote

__ADS_1


Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya...


__ADS_2