Hanya Sekedar Menikahi

Hanya Sekedar Menikahi
Tidak berselera


__ADS_3

"Apa kau yakin lusa akan ikut denganku?" Tanya Rania.


Saat ini mereka tengah berada di taman samping mansion. Sedangkan Baby Rey sudah diambil alih Mama Riana.


Kyara mengangguk pasti. "Sesuai yang aku bicarakan tempo hari." Jawabnya singkat.


Rania nampak menghela nafasnya. "Jika menurutmu itu yang terbaik untukmu, maka lakukanlah." Cetusnya sudah habis akal. Lagi pula keadaan Kyara yang baru melahirkan membuat Rania sulit untuk berbicara lebih lebar yang akan membuat Kyara banyak pikiran nantinya.


"Tapi jika kau merubah pemikiranmu, itu akan jauh lebih baik." Lanjut Rania kemudian.


Bibir tertarik ke samping. Ia sangat mengerti arah pembicaraan Rania.


"Akan aku pikirkan." Putusnya.


"Aku tau kau bukan orang yang berpikir dangkal." Memeluk bahu Kyara dengan tangannya.


Kyara hanya tersenyum. Lagi pula siapa wanita yang ingin pernikahannya kandas seumur jagung? Kyara juga ingin pernikahan sekali seumur hidup. Namun ia harus benar-benar yakin pada hatinya dan suaminya. Mungkin memaafkan akan mudah baginya. Namun untuk melupakan setiap hal buruk yang dilakukan Gerry padanya sangat sulit ia lupakan. Bahkan tanpa sadar Kyara masih saja menyimpan trauma akan setiap peristiwa yang menimpanya.


"Kalau dilihat-lihat Baby Rey sangat pendiam. Dia bahkan hanya mengeluarkan suara jika lapar dan popoknya penuh." Ucap Rania mengingat keponakannya.

__ADS_1


"Benar. Dia bayi yang baik." Balas Kyara mengingat buah hatinya.


"Kyara..." Panggil Rania lirih.


"Ya?" Pandangan Kyara beralih pada wajah Rania yang nampak ragu.


"Emh... Apa William akan kembali ke Indonesia?" Tanya Rania sedikit ragu.


"Apa kau merindukannya? Hem?" Goda Kyara. Kyara sangat mengetahui jika Rania sudah lama memendam rasa dengan William. Walau Rania selalu mengelak, namun sebagai sahabat Kyara bukan lah orang yang mudah dibohongi.


"Ka-kau bicara apa?" Ketusnya memalingkan wajah.


"Jika suka katakan suka. Sebelum dia diambil orang nantinya. Lagi pula aku melihat kalian pasangan yang cocok."


"Hish... Kau ini bicara apa?!" Rania masih saja bersikukuh menolak kebenaran yang ada.


Tawa Kyara nampak menggelegar. Apa lagi melihat wajah Rania semakin memerah membuat dirinya tak bisa menahan tawa.


"Baiklah... Baiklah..." Tiba-tiba saja Kyara teringat tentang ucapan William jika ia akan dijodohkan. Jika Rania mengetahuinya pastilah sahabatnya itu akan patah hati.

__ADS_1


"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Rania yang sempat melihat perubahan wajah Kyara.


"Agh, aku tak apa." Kyara mencoba tersenyum palsu.


*


Suasana makan malam di meja makan malam ini nampak berbeda. Entah mengapa Kyara merasa tidak berselera untuk menyentuh makanan yang ada di piringnya. Pandangannya selalu tertuju pada kursi yang kosong tanpa penghuni.


"Kyara..." Mama Riana yang sudah menyelesaikan makannya terdengar bersuara.


"Iya, Ma?" Jawab Kyara menatap pada mertuanya.


"Kenapa makanannya tidak dimakan? Apa kau tidak menyukai makanannya?" Tanya Mama Riana begitu lembut. Karna sedari tadi Kyara hanya mengaduk-ngaduk makanannya tanpa memakannya.


"Hah?" Kyara terperangah. Pandangannya kini terisi pada makanannya yang memang belum ia sentuh. "Maaf... Makanannya enak kok, Mah..." Ujar Kyara tersenyum kaku. Kemudian mencoba memasukkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya walau ia sungguh tak berselera.


"Apa kau menunggu Gerry pulang bekerja dan makan bersama sehingga kau kehilangan selera?" Tanya Mama Riana yang cukup peka akan keadaan.


Kini pandangan semua orang tertuju pada Kyara yang nampak kaget akan perkataan mertuanya yang ada benarnya.

__ADS_1


***


__ADS_2