
__ADS_3
"Ya ampun. Bagaimana bisa aku melupakan rapat pagi ini!" Hembusan nafas Sean terdengar kasar. Sean pun buru-buru turun dari ranjang dengan keadaan polos lalu berjalan ke kamar mandi.
Sedangkan Keyla yang sedikit mendengar ucapan Sean lebih memilih melanjutkan tidurnya karena tubuhnya saat ini benar-benar lelah dan mengantuk.
Hanya mengandalkan waktu lima belas menit untuk bersiap-siap, Sean pun sudah nampak rapi dengan setelan kerjanya.
Sean melihat sekilas ke atas ranjang dimana istri sungguhannya tengah terlelap di bawah gulungan selimut. Senyuman tipis nampak tertarik di sebelah sudut bibir Sean melihat betapa menggemaskan istrinya saat ini. Tak ingin membuang waktu lama, Sean pun segera keluar dari dalam kamar lalu menuju ruang kerjanya untuk mengambil berkas dan tas kerjanya lalu berangkat menuju perusahaan. Karena kemarin Sean memerintahkan Felix untuk tidak menjemputnya, akhirnya Sean pun berangkat seorang diri menuju perusahaan menggunakan mobil sportnya seorang diri.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki terdengar terburu-buru berjalan menuju ruangan Presdir membuat Deby yang sedang sibuk mengurus berkas di depan mereka mengalihkan pandangan ke sumber suara.
"Akhirnya, Tuan Sean datang juga." Deby menghela nafas lega sebab sejak tadi mereka sudah harap-harap cemas Sean tidak hadir di rapat penting hari ini.
"Dimana Felix?" Tanya Sean saat sudah berada dekat dengan Deby.
__ADS_1
"Tuan Felix sudah berada di ruangan rapat bersama Rania, Tuan. Dan saat ini mereka tengah menunggu kedatangan Tuan di sana." Jelas Deby.
Sean mengangguk paham lalu segera masuk ke dalam ruangannya. Tak lama Sean telah keluar kembali dari ruangannya dengan memegang berkas di tangannya.
"Tuan Sean—" Deby nampak menahan tawanya saat melihat sesuatu yang tertinggal di leher Sean.
"Ada apa Deby?" Tanya Sean.
Namun bukannya menjawab Deby justru masih sibuk menahan tawanya.
"Kau memperlama waktuku saja Deby!" Decak Sean lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan meja Deby.
"Huh, semoga saja Tuan Sean tidak merasa malu nantinya di ruangan rapat." Deby tersenyum-senyum sendiri membayangkan apa yang dilihatnya baru saja.
Sampai di ruangan rapat, Sean dapat menghela nafas lega karena belum melihat kedatangan rekan bisnisnya di sana.
"Felix..." Suara Sean terdengar sedikit keras memanggil nama asistennya yang sedang sibuk merapikan berkas-berkas di atas mejanya.
"Tuan Sean. Akhirnya anda datang juga." Felix menghela nafas lega melihat kedatangan Sean.
__ADS_1
Sean mengangguk lalu berjalan ke arah Felix. "Apa Tuan Dante belum datang?" Tanya Sean.
"Tuan Dante masih terjebak macet di perjalanan, Tuan." Balas Felix.
"Apa kau sudah mempersiapkan semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk rapat kali ini?"
"Hanya menunggu file yang Tuan kerjakan." Balas Felix sambil mengarahkan pandangan pada dokumen yang Sean bawa.
Sean mengangguk paham lalu menyerahkan flashdisk beserta beberapa file yang sudah diprint kepada Felix.
"Felix, dimana Rania? Bukankah Rania ikut bersamamu ke ruangan rapat?" Tanya Sean saat menyadari Rania tidak ada ruangan rapat saat ini.
"Nona Rania masih berada di kamar mandi, Tuan. Sudah hampir lima kali Nona Rania keluar masuk ke kamar mandi dalam satu jam terakhir." Jelas Felix sambil memasang wajah masamnya.
Tak lama wanita yang disebutkan namanya itu pun sudah berada di dekat mereka.
"Tuan Sean, kau sudah datang? Tuan—" Tak berbeda halnya dengan Deby, Rania nampak menahan tawanya melihat sesuatu yang tertinggal di leher Sean saat ini.
"Sepertinya aku cukup paham hal apa yang membuatmu datang terlambat pagi ini." Ucap Rania dengan menahan tawanya sambil mengarahkan pandangan pada leher Sean.
__ADS_1
***
__ADS_2